Wali yang Jumlahnya Bisa Dihitung

4 0 0
                                    

Wali yang Jumlahnya Bisa Dihitung

1. Aqthab r.a. (radiyallahu ‘an/wm/semoga Allah meridhai mereka).
Mereka adalah para wali yang terkumpul dalam dirinya semua hal dan maqam, baik menerimanya secara langsung maupun karena warisan. Penggunaan nama ini meluas sehingga orang yang mempunyai salah satu maqam juga disebut Quthb. Di setiap zaman, wali tingkatan ini hanya ada satu. Pemimpin suatu negeri juga terkadang disebut Quthb negeri itu dan guru suatu kelompok juga terkadang disebut Quthb kelompok itu.

Akan tetapi Aqthab yang dimaksud di sini hanya ada satu setiap zamannya. Ia juga disebut Al-Ghaits (penolong), ia adalah pemimpin suatu golongan pada zamannya. Dari segi maqam, terkadang ia merupakan pemimpin kekuasaan yang memiliki kekuasan fisik dan kekuasaan batin, contohnya Abu Bakar, ‘Umar, Utsman, ‘Ali, Hasan, Mu’awiyah bin Yazid, Umar bin ‘Abdul’ Aziz, dan Al-Mutawakkil. Terkadang Quthb hanya mempunyai kekuasaan batin, tidak punya kekuasaan fisik, contohnya Ahmad bin Harun al-Rasyid dan Abu Yazid al-Busthami. Mayoritas Aqthab tidak mempunyai kekuasaan fisik

2. Aimmah r a. (para pemimpin). Dalam setiap zaman, jumlahnya tidak lebih dari dua, artinya tidak ada yang ketiga. Yang pertama bernama ‘Abdur Rabbi, yang kedua dinamakan ‘Abdul Malik, sedangkan Quthb adalah ‘Abdullah. Kedua Aimmah ini akan menggantikan Quthb apabila ia meninggal dan kedudukan keduanya seperti menteri. Salah seorang dari mereka hanya mengetahui alam malakut (alam kekuasaan/alam gaib/mikrokosmos), sedang yang satunya hanya mengetahui alam mulk (alam kerajaan/dunia jasmani/makrokosmos).

3. Autad r.a. Mereka hanya berjumlah empat, tidak kurang dan tidak lebih, dalam setiap zamannya. Kami pernah bertemu salah seorang dari mereka di kota Fes yang dikenal dengan nama Ibnu Ja’dun. Ia adalah seorang pekerja penumbuk daun pacar atau inai. Masing-masing dari keempat orang itu tinggal di di daerah timur, barat, selatan, dan utara. Arahnya dilihat dari Ka’bah. Sebagian mereka perempuan. Gelar mereka adalah ‘Abdul Hayyi, ‘Abdul ‘Alim, ‘Abdul Qadir, dan ‘Abdul Murid.

4. Abdal r.a. Jumlahnya ada tujuh tidak kurang tidak lebih. Allah menjaga mereka di tujuh wilayah. Setiap Badai (bentuk tunggal dari Badai) mempunyai daerah dan wilayah sendiri-sendiri. Salah satunya mengikuti jejak seperti Khalilullah (Nabi Ibrahim), yang kedua mengikuti jejak Al-Kalim (Nabi Musa), ketiga mengikuti jejak Harun r.a., yang keempat mengikuti jejak Idris a.s., yang kelima mengikuti jejak Nabi Yusuf r.a., keenam mengikuti jejak Isa a.s.. dan ketujuh mengikuti jejak Adam a.s. Disebut Abdal karena jika seorang Badai akan meninggalkan suatu tempat dan ingin mengangkat Badai untuknya di tempat itu yang menurutnya mengandung kemaslahatan dan usaha pendekatan diri kepada Allah, maka ia akan meninggalkan seseorang yang mirip dengan sosoknya di tempat itu.

Tak diragukan lagi. Badal yang ia tinggalkan terlihat seperti dirinya sendiri. Badal itu sendiri adalah sosok spiritualnya dengan tujuan untuk mengetahuinya. Setiap orang yang mempunyai kekuatan ini disebut Badal. Dan barangsiapa yang dijadikan Allah sebagai Badal di suatu tempat, tetapi ia tidak mengetahui apa-apa tentang itu, maka ia bukan yang dimaksud sebagai Abdal yang telah kami sebutkan.

Kami pernah bertemu dengan Abdal. Kami pernah melihat tujuh Badal di Mekkah dan bertemu mereka di belakang kerumunan pengikut Hanbali. Kami pernah berkumpul dengan mereka, tidak ada orang yang pernah saya lihat yang mempunyai akhlak sangat baik daripada mereka. Kami juga pernah bertemu Musa al-Baidrani di Asybiliyah tahun 586 H., ia mendatangi kami dan berkumpul dengan kami. Kami juga pernah bertemu Syaikh al-Jibal Muhammad bin Asyraf al-Rindi.

Teman kita juga ‘Abdul Majid bin Salamah pernah bertemu seseorang bernama Mu’adz bin Asyras, salah seorang pemimpin mereka dan ‘Abdul Majid menyampaikan salam Mu’adz untuk kami ‘Abdul Majid menanyakan kepadanya dengan apa para Abdal mendapatkan kedudukan itu. Lalu ia menjawab, “Dengan empat hal,” seperti yang disebutkan Abu Thalib al-Makki, yaitu lapar, bangun malam, diam, dan uzlah.

Jami'karamatul Auliya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang