Degup.

18 4 0
                                    

   Setelah sampai di kantin kami lantas mengisi empat bangku kosong di ujung kantin. Aku membiarkan ke tiga teman ku berbincang dan Pahri pun mulai membuka suara pada teman - teman ku yang lain. Sementara mereka asik berdialog aku izin untuk pergi membeli minum, mereka meng iyakan aku lantas beranjak pergi.

   Setelah membeli sebuah minuman aku lantas kembali beranjak menuju tempat teman - teman ku, saat sedang asyik berjalan tiba - tiba saja sebuah uluran kaki melesat di bawah kaki ku.

Plak!.

   Minuman ku terjatuh, sementara seorang lelaki berambut jambul mengenakan atribut bertuliskan XI tertawa melihat ku seraya berkata.

"Makanya punya mata pake liat yang bener!". Ucap nya sembari menatap ku meledek dan tertawa.

   Dengan tatapan sinis, sebuah kalimat terlontar dari mulut ku.

"Makanya.....KALAU PUNYA KAKI POTONG AJA!!! GAGUNA BANGET PUNYA KAKI NYELAKAIN ORANG DOANG!!". Bentak ku tanpa takut pada orang itu.

   Ia yang semula terduduk santai kemudian menatap ku dengan serius lalu berdiri menghadap ku. Sembari mengepalkan tangan ia berdiri tepat di hadapan ku. Tanpa rasa takut sedikit pun aku menatap nya balik dengan serius, bak akan terjadi sebuah perang.

PLAK!.

   Saat kepalan tangan itu melesat menuju wajah ku sebuah tangan lain menangkis nya. 

"Lu tuh suka banget cari gara - gara sama ade kelas yah han?". Suara yang ku kenal, bang Faz!.

"Oh mau jadi pahlawan ya lu Fauzi?!, Awas lu nanti!". Bentak nya pada bang Faz.

"DAN LU!... JANGAN HARAP LU LEPAS DARI GW!". Sembari marah ia menunjuk ku lantas beranjak pergi.

Teman - teman ku mulai mendekati ku sementara pasang mata lain menatap ku.

"Udah Fil biarin Rehan mah emang gitu orang nya, ribut mulu". Ucap bang Faz padaku.

"Iya bang, makasih yah". Bang Faz mengangguk lalu pergi meninggalkan ku dan ketiga teman ku yang lain.

"Anjir ngeselin banget tuh orang yak mentang - mentang kakak kelas". Ucap Lafari.

"Lu gapapa kan Fil?". Tanya Ramadhan.

"Tenang aja aman kok". Ucap ku.

Sisa Materi hari itu tidak terlalu membuat ku tertarik, tidak begitu penting bagiku.

   Bell berbunyi. Setelah para osis mempersilahkan untuk keluar para siswa sudah berhamburan lebih dahulu untuk bersegera pulang. Saat di parkiran aku masih tidak melihat motor milik bang Faz aku mencoba melihat sekitar bang Faz masih tidak terlihat.

Saat hendak mengambil helm sebuah suara memanggil ku.

"FIL!". Asal suara itu menghampiri ku.

"Eh gw cariin malah mau langsung balik aja, nih buku nya.. jadi pinjam kan?". Astaga bagaimana aku bisa lupa punya janji dengan wanita secantik Clara.

"Eh iya astaga lupa gw maap - maap, jadi kok". Setelah sebentar membuka halaman akhir buku itu aku lanjut berkata kepada Clara.

"Ah cuman 300 halaman, besok gw balikin kok tenang aja".

"Buset cepet juga".

"Tenang aja, marathon gw".

Lalu Clara tersenyum sembari mengangguk tanda mengiyakan.

"Eh iya, lu balik ama siapa?".

"um?.. oh nungguin angkot gw".

"udah bareng aja hayu".

   Entah bagaimana aku tiba - tiba saja bisa seberani itu untuk mengajak Clara... dan ia meng iyakan... Astaga betapa hari yang buruk ini segera berganti menjadi indah lepas tragedi di kantin tadi.

   Tanpa suara, hanya bising angin kendaraan lain pun tidak nampak begitu ramai sore ini. Di balik sunyi jantung ku tiba - tiba sajak berdegup kencang. Sungguh canggung suasana itu.

Dari balik hening Clara memulai pembicaraan.

"Eh lu tadi kenapa di kantin?".

"Eh?! lu tau dari mana?".

"Gw liat lah orang satu kantin natap lu tadi".

Sesaat aku menjadi malu.

"Hehe biasa kakak kelas bajingan nyari ribut".

"Oh berani juga lu ya".

"Hehe biasa aja".

   Alih - alih membiarkan suasana canggung itu berkelanjutan aku mengencangkan laju motor ku membuat Clara memeluk ku erat dari belakang.

"TAPI LU HEBAT JUGA YA!". Triak Clara samar dari belakang berlawanan dengan suara arus angin.
"HAH APA!?".

"GAJADI LU BUDEK!".

"OH OKE!".

   Aku hanya tersenyum, dan degup di dada ku semakin cepat rasa mulai muncul. Aku hanya tersenyum dan ku tahu Clara juga.

   Kami sampai di depan rumah bertembok putih bergaya vicktorian, Clara lantas turun dari jok motor ku sembari tersenyum ia mengucapkan terimakasih dan salam untuk pergi. Aku lantas melajukan motor ku bersegera kembali ke rumah.... aku berteriak bahagia saat jalan sunyi, betapa indah hari itu.

   Saat sampai di rumah, tanpa terlebih dahulu mengganti pakaian sebuah notifikasi muncul di gawai ku.

|Clara|

|Terimakasih ya Fil :) Hari ini indah banget|

   Aku menjerit tak percaya atas apa yang muncul di layar gawai ku.

"Nopo to lek?". Tanya bibik yang bekerja di rumah ku terheran dari balik pintu kamar ku.

"Nda papa Bi!". Saut ku dari balik kamar.

Hari itu aku mulai mengerti rasa.

Dialog LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang