|Clara|
|Fil, makasih roti bakar nya yah.. jadi nge repotin|
|eh iya ra hehe itu buku nya juga sudah selesai ku baca, makasih yah!!! Cepet sembuh!!!|
|hehe iya Fil makasih lagi lho skali lagi|
|oh iya aku udah daftarin kamu ke organisasi Pejuang literasi... gapapa kan?|
|WAAH TERIMAKASIH BANGET FIL!!! AKU KIRA AKU GA SEMPET GABUNG
MAKASIH BANGET LHOO||Hhehe iya cepet sembuh yah!|
Esok nya, sebelum jam menunjukan pukul 06:00 aku sudah berada di koridor utama sekolah, seperti dugaan ku belum ada orang yang nampak di sini. Bahkan parkiran hanya berisikan beberapa motor saja. Tanpa pikir panjang aku lantas naik menuju kelas.
Aku mulai membuka pintu kelas.
"Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam". Jawaban itu membuat ku terkaget, sesosok wanita dengan senyum hangat nya menatap cerah ke arah ku.
"WAH CLARA UDAH SEHAT MANTEP LAH!!!". Aku dengan semangat menyambut jawaban itu.
"hehe iya berkat roti bakar dari mu ini hehe".
"hehe bagus lah... oh iya ini, jadwal jaga di perpus.. kemarin pas chat aku lupa ga bilang".
Aku lantas memberikan nya selembar kertas berisikan nama dan hari.
"wah kita se jadwal Fil.. bagus lah, hari ini pula Fil".
"Iya... Bagus lah saat istirahat pertama nanti kita berangkat bareng ya Ra?"
"Iya pasti Fil...".Siang nya kala jarum jam menunjuk angka 09:30 tanda istirahat aku bergegas menarik paksa tangan Clara untuk terus melaju menuju perpustakaan.
"Santai aja kali semangat banget". Ucap Clara sembari tersenyum.
Sesaat aku tersadar sedari tadi aku menggenggam erat tangan nya, dan Clara hanya terdiam tanpa melawan sebelum nya.
"Eh astaga maap - maap, aduh lu ga bilang sih, kekencengan yah?".
"Udah santai aja, lu ternyata emang se ambisi itu yah?. Bagus lah gw ga gila buku sendirian".Untung saja aku tidak perlu lagi menahan malu itu lebih lama, musabab perpustakaan sudah terlihat di depan mata.
"Assalamualaikum". Ucap kami berdua.
"Waalaikumsalam, silahkan masuk". Ucap seorang wanita berbalut jas biru.
Setelah nya wanita itu mempersilahkan aku dan Clara untuk duduk di tempat kosong yang tersisa."Baik lah saya Kinan dari kelas X MIPA 1, dan saya adalah ketua dari para pejuang yang memperjuangkan semangat literasi di sekolah ini, jadwal sudah saya sebar jadi saya harap tidak ada lagi pertanyaan perihal jadwal. Baik lah sekian dari saya". Ucap seorang wanita berjas biru yang sebelum nya menyambut kami.
Setelah ucapan salam dari anggota - anggota lain kami mulai di beri tugas. Rupanya organisasi ini tidak sesulit itu, kami hanya perlu berjaga dan menjaga kebersihan di tempat ini. Bahkan kami di persilahkan untuk membaca buku yang ada di perpustakaan ini sembari berjaga.
Tugas ku dan Clara di hari pertama kami bertugas adalah bagian absensi perijinan. Jadi jika ada siswa yang meminjam buku mesti meminta izin dan tanda tangan kepada ku.
Sementara siswa lain ada yang bertugas mengawasi dan menjaga kebersihan."
Um Fil, gw mau liat - liat koleksi buku sini dulu tak?". Tanya Clara.
"Iya sok mangga". Izin ku.Seperti yang dapat ku tebak sebelum nya, perpustakaan bukan lah tempat yang menjadi primadona di sekolah ini, mungkin di semua sekolah. Meski berkoleksi lengkap dan ber fasilitas nyaman, siswa lebih memilih menghabiskan waktu nya di kantin alih - alih membaca buku di sini.
Dan bagi ku itu bagaikan bonus, tidak ada siswa artinya minim tugas. Aku mulai membuka novel karya seorang pengelana, Fiersa Besari berjudul 11:11. Meski telah ku khatam kan buku ini berkali - kali, tetap saja selalu asyik untuk membaca nya lagi dan lagi.
BRAK!!..
Aku yang tengah asyik dengan dunia imajinasi ku teralihkan oleh suara benda jatuh.
"FIL CLARA FIL CLARA!!". Panggil panik seorang wanita yang juga berjaga di sana.Tanpa pikir panjang aku segera menghampirinya, dan benar saja Clara ambruk. Aku lantas meminta salah satu teman yang berjaga untuk memanggilkan PMR sementara aku berusaha membangunkan Clara.
"RA BANGUN RA!". Sia - sia, Clara tak kunjung siuman.
Sejurus kemudian pasukan PMR tiba. Nampak Laras menjadi salah seorang anggota PMR.
"ADUH FIL LU APAIN SIH?!". Bentak nya kepada ku dengan raut wajah yang panik.
Aku membeku bingung mesti berbuat apa.
"Udah Fil, mending sekarang lu balik ke kelas, 5 menit lagi masuk, Clara biar gw yang urus". Sambung nya.
Tanpa pikir panjang aku lantas kembali ke kelas, musabab aku tahu aku hanya akan memperkeruh keadaan saat itu.
Saat hendak berjalan memasuki pintu kelas, Laras berlari lebih dahulu menyusul ku dengan panik masuk ke dalam kelas. Di dalam ia langsung berdialog dua arah dengan guru yang sedang memperkenalkan diri saat itu. Lalu Laras mengambil ransel Clara lantas pergi berlari lagi menuju ruang UKS.
Di kelas aku tidak dapat menyimak apa yang guru sampaikan dengan baik. Lamunan membuat ku pergi menjauh dari dunia nyata ini. Sembari memandangi langit biru dari balik jendela aku benar - benar terbawa arus imajinasi.
"Itu yang deket jendela kok ngelamun yah?". Seru sang guru.
Aku tersentak kaget tersipu malu.
"Eh iya bu hehe..."."Mikirin apa kamu?".
"Ng~gak bu ini langit nya bagus hehe".
Seorang wanita bernama bu Dewi itu lalu memperhatikan langit.
"Ah sudah jangan ngelamun lagi kamu".
"Hehe iya bu".
Pemikiran kosong itu terbawa hingga pulang sekolah, aku melamun sembari menyusuri lorong menuju parkiran. Saat tiba di parkiran aku melihat Laras yang nampak nya sedang menunggu angkot, maka ku putuskan untuk menemui nya dan bertanya perihal Clara.
"Ras...".
"Eh Fil kenapa?".
"Clara?".
"Parah Fil... tadi di UKS kejang dia, bu Ratna langsung nelpon ayah nya.. di bawa ke Rumah sakit sih kayanya tuh".
"Waduh parah juga yah".
"Gk ngerti gw juga kenapa tuh anak".
"yaudah makasih yah?.. mau bareng gak?".
"Gausah lah makasih".
Semoga semesta memberi ijin agar waktu mengatur arah untuk kami dapat bertemu kembali. Pada sebuah cahaya bintang yang kian meredup, pada sebuah harapan yang terombang -ambing.
Saat di rumah aku mencoba untuk menghubungi Clara. Namun sia - sia, dia tidak aktif. Haaah semoga saja tidak ada hal buruk yang menimpah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Lara
RomanceKata mereka, ungkapan yang tepat untuk kita adalah "Kita kenal secara tidak sengaja, lalu memiliki rasa muncul secara tiba - tiba" bagi ku ungkapan nya tidak seperti itu. Semesta sengaja mempertemukan kita, lalu rasa menyelip diantara kita. Merencan...