"Rencana lo licik banget,asli."
Sam masih menggerutu,sedang Kasa malah cengengesan karena semua plan nya berjalan mulus.
"Hehe,kalo nggak gitu pasti lo nolak."
"Emang mau gue tolak."
Kasa ketawa lagi. Muka sebal Sam makin menjadi dan itu sungguh hiburan sekali untuk Kasa.
Sehabis turun dari angkot,duo itu masih harus jalan lagi. Rumah Sam memang bukan di tepi jalan raya,jadi musti jalan lima belas menit dulu baru sampai. Dan meski udah sore,matahari masih terasa terik. Kasa sampai harus mampir ke warung buat beli air mineral yang rasanya ada manis-manisnya itu,lho.
Nggak lama Sam teringat sesuatu.
"Es potong tadi...itu sogokan?"
"Nggak."
"Heh bohong lo."
"Serius bukan,Sam."
Sam memutar memorinya mundur,kala itu awal pertemannya dengan Kasa yang berakhir dengan dua lelaki dengan dua es potong coklat di tempat yang sama. Apa ini konspirasi?
"Waktu itu kan lo juga ngasih gue es potong,dan nggak lama gue iyain lo jadi temen gue," Sam menatap Kasa penuh selidik,
"Lo sengaja ya?"
Kasa mendengus,tapi dalam hatinya bergejolak tak suka dengan semua statement tuduhan Sam. Dia nggak suka label 'Pembohong' yang secara nggak langsung Sam berikan padanya.
"Yaudah kalau nggak percaya."
Senyum sumringah itu mendadak hilang. Menjadi datar dan aura tak suka,Sam sadar itu. Bahkan Kasa justru berjalan lebih cepat dari Sam. Heran,padahal yang tahu jalan kan bukan dia.
Sam tetap membiarkan Kasa seperti itu. Meski doi nggak tahu persis kenapa Kasa mendadak badmood begitu. Apa jangan-jangan Kasa punya penyakit Bipolar? Entahlah.
Sama seperti yang dulu-dulu,harga diri Sam terlalu tinggi untuk menarik ulang kata-katanya. Iya,katakanlah Sam belum belajar dari pengalamannya.
Matahari makin turun,cahaya mulai berubah oranye,dan Sam tiba-tiba berhenti.
Mereka sudah sampai.
Tapi Kasa tetap jalan di depan,nggak tahu kalau temennya sudah berhenti melangkah.
"Lo mau jalan sampe mana?" Tegur Sam.
Kasa yang kedua tangannya dari tadi meremat ujung tali ranselnya berhenti mendadak,dan nggak lama menengok ke Sam. Raut wajah Kasa masih sebal,bikin Sam sedikit bersalah.
Kasa bisa lihat wajah bersalah itu,karenanya dia secepat mungkin merubah raut wajahnya menjadi sumringah. Bahkan memberikan senyum kotaknya,seolah berkata 'gue nggak papa kok!'
Kasa mendekat ke arah Sam,dan menoleh ke rumah di samping jalan itu.
"Ini rumah lo?"
"Iyo."
Sam berjalan masuk ke halaman rumahnya,sedang Kasa masih di tepi jalan.
Merasa nggak diikuti,Sam menoleh.
"Kenapa? Rumah gue emang jelek."
Kasa berjalan masuk,menatap Sam yang masih dengan wajah juteknya.
"Nggak,lebih bagus dari rumah gue malah," dan Kasa melempar senyum kotaknya,berjalan mendahului Sam.
Rumah Sam sederhana sekali dan terbilang kecil. Ada sebuah warung kecil seadanya di depan rumah,dari sana keluar sosok wanita dewasa.
"Sam? Eh bukan. Mau beli apa?" tanya wanita itu ke Kasa tanpa melihat Sam karena tertutup spanduk di depan warung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Galaxy In Your Sea [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[Tersedia di Shopee] . . . "Kas, lo tau nggak, apa yang lebih luas dari nama lo dan nama gue?" Alis Kasa naik satu. "Apaan? Emang ada?" "Ada." "Apa, tuh?" "Hati lo." Rollercoaster persahabatan dan kehidupan SMA Samudera dan Angkasa. ...