8

3K 450 429
                                    

“Lu bawa apa aja?”

“Bawa diri sama dosa gue.”

Kasa mendelik ke Sam.

“Ya menurut lo aja,nyet,” balas Sam jengah. Pasalnya sejak setengah jam yang lalu mereka berdua hanya duduk-duduk di depan kelas yang menghadap langsung ke lapangan,menunggu apel pembukaan.

“Yee~ coba liat tas lo,gede banget anjir. Gerobak bakso sabar bisa masuk kali,” sebal kasa.

Tas Sam segede itu,sedang tasnya sendiri yaa tas sekolah. Meski agak gembung karena barangnya agak dipaksakan masuk. Namun milik Sam lebih terlihat seperti orang yang ingin menginap seminggu di sekolahan.

Sore ini pada hari Jumat,siswa kelas sepuluh tengah berkumpul semuanya menunggu apel pembukaan untuk kegiatan yang sebenarnya diikuti secara keterpaksaan dari beberapa murid,Sam dan Kasa contohnya.

Perjusami mereka dilakukan di tanah lapang belakang sekolah,berada di tengah antara gudang juga asrama putri yang bertingkat. Sedang di belakang lokasi mereka kemah hanya ada hutan yang sedikit rawa karena lembab sekali,belum terjamah bahkan oleh pihak sekolah pun.

Kenapa nggak kemah di luar sekolah? Jawabannya sederhana sih,pihak sekolah juga pramuka terlalu enggan mengurusi perijinan juga rasanya akan repot sekali memantau anak yang sebegitu banyak ini. Dah,di sekolah udah yang paling aman juga gratis. Mau boker bisa ke wc sekolah,sholat juga ada dua mushola,dan dekat dengan sumber listrik.

Tenda-tenda mereka juga sudah berdiri tegak di lokasi,kemarin sore mereka membuatnya dengan otodidak,by the way. Tentunya dengan segala ke-sotoy-an mereka semua dalam satu sangga. Soal member sangganya,jangan tanya, Sam aja langsung memijit pelipisnya pusing saat membaca list nama-nama yang akan menjadi teman tidurnya selama dua hari ini.

Mari kita flashback sedikit.

“Gue,Naufal,Ilham,Taufik,Risky,Fajar,Angkasa…” Sam membanting kertas itu , “KENAPA GUE SAMA MEREKA SIH?!”

Entah,tidurnya akan nyenyak atau akan menjadi zombie saat hari Minggu nanti.

Dan tentu aja mereka dengan kemampuan dan pengalaman soal kemah-kemahan yang sangat minim itu,kebingungan dalam memasang tenda. Mana mereka hanya diperbolehkan mendirikan tenda dari jam empat sore hingga setengah enam. Selebihnya mau nggak mau mereka harus pulang meninggalkan area sekolah karena lokasi harus steril.

Setelah rapat dadakan,akhirnya mereka memutuskan membagi tugas. Sam,Kasa,Naufal,dan Taufik akan pergi ke luar untuk mencari bambu sebagai tonggak tenda,sedang yang lain akan mempersiapkan lubang untuk pasaknya nanti.

“Emang mau nyari bambu dimana?” tanya Kasa polos. Maklum,doi kan bukan asli sini.

Mereka saling pandang,seakan bertelepati berdiskusi tentang pertanyaan Kasa barusan. Benar juga,mereka asal menentukan tanpa mikir bakal nyari dimana.

“Udahlah,” semua menatap Sam, “kita keliling aja dulu,kalo ada pohon bambu,ya kita sikat ajalah!” serunya dan berlalu begitu aja yang nggak lama diikuti sama yang lain.

Bukan karena apa,tapi memang mereka nggak punya waktu lebih buat diskusi santai. Pilihan terakhir jatuh pada kebarbaran mereka,masalah dosa gara-gara nyolong akan mereka pikirkan nanti.

Dasar anak muda.

Naufal membonceng Taufik memimpin di depan dengan Sam yang membonceng Kasa di belakang. Kedua motor itu mengarah ke pemukiman desa sekitar Sekolah,pokoknya bukan di dekat jalan raya lah karena mereka masih belum legal buat nyetir motor. Bahkan mereka berempat nggak ada satupun yang pakai helm,ck ck ck.

The Galaxy In Your Sea [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang