Part 3

70 7 2
                                    

Ah, mungkin memang penduduk sini yang baru saja pulang kerja, batin Reno. Ia mencoba mengubur dalam - dalam segala prasangka kurang baik dalam hatinya. Langkah kakinya pun ia mantapkan menelusuri gang sempit yang becek dan minim penerangan. Aroma tembakau yang beradu dengan alkohol menguar memenuhi udara sepanjang jalan. Alunan musik rakyat remix terdengar samar - samar dari dalam beberapa bangunan dengan interior dihiasi lampu flip flop. Di setiap bangunan itu ada satu pria berjaga di depan sambil menawarkan berbagai macam fasilitas karaoke dan penginapan kilat. Gang sempit itu ternyata memiliki beberapa cabang yang saling berhubungan dan selalu ramai dilalui oleh para pria hidung belang. Ini konyol, Reno sudah hampir menghabiskan waktu 30 menit berputar - putar hanya untuk mengikuti jejak perempuan misterius yang lenyap dalam kerumunan. Hingga langkahnya terhenti di ujung gang yang mengarah ke jalan raya. Perempuan itu terlihat memasuki hotel berbintang di seberang pintu keluar gang. Ada perasaan lega mengetahui wanita itu bukan salah satu dari 'pedagang' di kompleks remang - remang yang ia lalui. Tiba - tiba, dari balik gelapnya gang yang minim pencahayaan datang seorang pria yang menepuk bahu Reno sambil menebak apa yang sedang ia lakukan. Awalnya Reno mengelak walaupun akhirnya mengaku sambil menahan malu. Ternyata pria itu mengenal perempuan yang sedang Reno buntuti dan kegelisahan Reno yang ia kubur dalam - dalam mengenai wanita itu pun terpaksa ia bongkar kembali. Sebelum meninggalkan Reno, pria itu sempat memberikan secarik kertas bertuliskan angka - angka dengan nama samaran di bawahnya.

Indi.

Beban tubuh Reno seolah bertambah satu kilo setiap langkahnya menaiki satu anak tangga. Keringat dingin yang mengguyur tubuhnya turut mengiringi detak jantung yang semakin tak karuan. Berkali – kali Reno melihat foto yang dikirimkan oleh Indi untuk mencoba menyadari setan kolor ijo mana yang sudah merasukinya hingga ia memberanikan diri menemui kupu – kupu malam ini. Padahal, dari foto yang diberikannya tidak ada tanda – tanda bahwa Indi adalah seseorang yang Reno cari selama ini. Sebelum berangkat ke tempat yang akan dituju, Reno diberikan beberapa pilihan layanan dan peraturan yang harus ia patuhi betul. Daster, jilbab, seragam suster, seragam sekolah hingga kostum binatang dan kostum dari animasi kartun Jepang pun menjadi berbagai option yang bisa Reno pilih sebagai dresscode untuk Indi. Ia juga diberi tawaran untuk menggunakan alat – alat bantu role play seperti tali khusus, borgol dari bahan kulit hingga cambuk kain, namun ada tambahan biaya yang harus dibayarkan. Indi sepertinya benar – benar seorang pelacur profesional. Ia dapat memenuhi berbagai macam fetish pelanggan setianya. Para client Indi juga bukan orang sembarangan, ia tidak seperti pramuria yang biasa disewa oleh kalangan menengah kebawah di dalam gang sempit nan gelap di sebelah stasiun itu. Rata – rata, para pelanggan Indi adalah pekerja kantoran dengan gaji tinggi atau pengusaha yang memiliki perusahaan besar. Dan tentu saja, mereka adalah orang – orang yang memiliki fetish yang tidak biasa.

Sesampainya di ambang pintu kamar, Reno mengetuk daun pintu dengan ritme 1 – 1 – 2 – 4 layaknya kode one time password yang digunakan untuk mengakses suatu akun khusus dalam internet. Permukaan tubuhnya seakan membeku dan detak jantungnya saling kejar – mengejar dengan derasnya keringat dingin yang menjalar. Gundah gulana semakin membelenggu. Ia sungguh tidak siap dengan segala 'pengalaman baru'. Namun, dalam palung hatinya yang paling dalam, ada nyala api harapan yang membuatnya berani menerima pengalaman misterius ini beserta kejutan – kejutan yang akan dihadapinya. Dari balik pintu terdengar decitan langkah sepatu dengan alas berbahan karet yang bergesekan dengan keramik disusul dengan putaran kunci dan daun pintu yang terbuka pelan dan hati - hati. Dibaliknya berdiri seorang 'anak SMA' dengan model rambut Bob yang dihiasi dengan bando berwarna merah jambu. Make up – nya natural dan tidak berlebihan, namun tetap dengan garis eyeliner yang lucu. Mata bulat simetris dengan bulu yang lentik, hidung bangir mungil, bibir tipis, semua itu dibingkai dalam bentuk wajah tirus yang manis. Seragam putih itu dilengkapi dengan dasi dan logo OSIS pada saku kirinya. Rok abu – abu diatas lutut dibebat ikat pinggang dengan warna yang senada dengan bando dikepala. Tak lupa sepatu kets bermerk cukup terkenal berwarna biru tosca. Indi benar – benar totalitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Cantik sekali. Nafas Reno terhenti, matanya terbelalak takjub dan tubuhnya melemas tiba - tiba. Segala keraguan seumur hidup yang membentengi harapan Reno runtuh seketika melihat lengkungan senyum berserta hiasan di sampingnya. Indi, si lesung pipit kiri.

As Time Goes By [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang