Part 2

82 7 2
                                    

Satu dasawarsa berlalu hingga Reno terlampau kenyang menerima pertanyaan: 'kapan nikah?'. Dia masih belum juga menemukan si lesung pipit kiri. Sambil menyelam, kencing dalam air, Reno menjalani profesi sebagai dokter anak di sebuah rumah sakit besar di luar kota sembari menahan kesendirian yang getir. Pencarian yang ia mulai semenjak duduk di bangku kuliah belum juga membuahkan hasil, padahal dengan kemapanan karir dan dikaruniai wajah yang rupawan dan tubuh yang ideal, Reno bisa dengan mudah mendapatkan wanita. Hingga suatu hari, Reno berpikir untuk menyudahi idealisme konyol yang sudah ia patri sejak lama dalam benaknya. Ketika ia sudah meremas - remas lembaran gagasan idealisme itu dan siap melemparkannya ke dalam tong sampah, Sani muncul dengan wajah sumringah. Sani bukan lagi seorang gadis, kini ia telah menjadi wanita dewasa dengan seorang pria di sampingnya. Seorang pria dengan lesung pipit berada tepat di antara kedua alisnya.

Tuhan memang bekerja secara misterius, tetapi setelah menjadi saksi dari doa konyol Sani yang terkabulkan membuat Reno menyimpan kembali buntalan lembaran harapan yang hampir ia lempar jauh - jauh. Mungkin saja misteri Tuhan akan diungkap-Nya sebentar lagi. Mungkin saja usahanya tinggal sejengkal lagi. Mungkin saja besok ia akan menemukan 'si lesung pipit kiri'.

Suatu malam Reno berpapasan dengan seorang perempuan bertubuh mungil dengan rambut lurus model Bob, namun hidung dan mulutnya tertutup masker. Apalagi pipinya, tak ada celah untuk Reno mengintip apakah dia memiliki kriteria seperti yang Reno idamkan sejak lama. Alih – alih menerka – nerka apakah perempuan itu memiliki lesung pipi atau tidak, Reno berprasangka yang lain. 'Barangkali giginya offside,' batin Reno geli sambil memperhatikan dari jauh saat wanita itu turun dari bus. Namun sorot matanya mengatakan hal lain. Perempuan itu memiliki sepasang mata simetris yang indah dipercantik dengan bulu mata yang lentik dan goresan eyeliner yang lucu. Seolah kerlingan sepasang mata itu dapat melenakan para lelaki yang menatapnya. Dalam sepersekian detik kedua mata mereka sempat saling bertemu sebelum akhirnya wanita itu berlalu. Ada satu pesan tersirat yang Reno tangkap dari tatapan kilatnya. Pesan yang memunculkan suatu firasat dalam benak Reno. Dan benar saja, tanpa selembar tisu yang dibakar ataupun pendulum yang diayunkan, Reno terhipnotis oleh kedua mata yang mengagumkan.

Wanita itu berjalan menuju arah stasiun kereta dengan melewati pemukiman warga. Reno diam - diam membuntuti sambil memperhatikan dari kejauhan untuk meredakan rasa penasaran. Ketika sudah tinggal beberapa ratus meter menuju gerbang stasiun, wanita itu mengubah arah langkah kakinya ke sebelah kanan dan menghilang ke dalam gang sempit diantara bangunan kafe dan penginapan. Lenyapnya perempuan itu dari pandangan Reno membuat langkah kakinya semakin berat dan terhenti. Ia paham betul jalanan ini. Reno sudah cukup lama tinggal di kota ini dan hampir setiap hari melintasi hamparan aspal yang kini dipijaknya membuat pria ini hafal dengan daerah – daerah sekitar stasiun kota. Gang sempit yang dilalui wanita tadi mengarahkan langkah kaki pengunjungnya ke dalam kompleks prostitusi.

As Time Goes By [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang