03

2.1K 283 139
                                    

"Gue dimana?"

Satu pertanyaan akhirnya meluncur dari mulutnya setelah bersarang di otak.

Pintu UKS terbuka, menampakkan seorang wanita paruh baya yang tersenyum lembut kearahnya.

"Sudah sadar kamu, Wa? Bagaimana tubuhmu?" tanya Dokter Rasti.

Keningnya lagi-lagi berkerut bingung.

"Ibu siapa?" tanyanya balik.

Dokter Rasti menatap bingung. "Saya Dokter di sini, Zahwa. Masa kamu lupa?"

"Zahwa?" gumam gadis itu pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba kepalanya merasa pening. Matanya berkunang-kunang, seluruh ruangan seakan berputar membuat perutnya mual.

Dokter Rasti yang melihat itu menghampiri Zahwa.

"Kamu kenapa?" tanyanya khawatir.

Zahwa tak menjawab. Ia memegangi kepalanya yang pusing, kedua matanya memejam agar pusingnya menghilang. Peristiwa-peristiwa menyakitkan tiba-tiba hinggap di kepalanya.

"Pergi kamu dari sini!"

"Bisa gak sih sehari aja gak bikin masalah, hah?!"

"Pergi lo dari sini. Kehadiran lo gak diharapkan."

"Lo napas aja udah salah, bitch."

"Saya tidak punya anak pelac** seperti dia."

"Jal*** kayak lo gak pantes hidup."

"Zahwa Zahwa miris banget hidup lo."

Gadis itu menggelengkan kepalanya, mengusir perkataan menyakitkan yang sering diucapkan oleh murid di sana.

Zahwa Araka, XI IPA-A. Selalu di-bully oleh Sonya dan teman-temannya. Di campakkan keluarga dan pacar, tidak diharapkan kehadirannya oleh keluarga, dan dianggap aib oleh semua orang.

Usai semua itu hinggap di kepalanya, gadis itu menegakkan tubuhnya. Kepalanya sudah tidak sepening tadi. Ia berpikir mungkin itu adalah sebuah petunjuk dari pemilik tubuh aslinya.

Ya, ia sudah percaya jika ia bertransmigrasi ke tubuh gadis ringkih ini.

Menghela nafas sejenak, ia turun dari brankar kemudian berjalan keluar. Ia sampai tidak tau jika Dokter Rasti masih berada di sana.

"Tubuh mu sudah pulih, Zahwa?" tanya Dokter Rasti.

"Su-sudah, Dok. Kalau gitu saya permisi dulu."

Tanpa menunggu jawaban dari Dokter Rasti, gadis itu keluar dari UKS dan berjalan menuju kelasnya.

***

Mendudukkan diri di bangku kelas, gadis itu melihat sekitar kelasnya.

"Tidak buruk," gumam Abigail.

Tubuh Zahwa di isi oleh jiwa Abigail. Gadis cuek yang dijuluki 'si penghantar kematian' di sekolahnya. Ia mengalami koma setelah insiden kecelakaan yang dibuat oleh teman sekolahnya.

Ia tak segan menghabisi siapa saja yang menggangu ketenangannya. Bahkan ia pernah membuat seseorang koma akibat ulahnya. Ia sangat benci dengan namanya pembullyan.

Baru saja ingin merebahkan kepalanya di lipatan tangan, mejanya di gebrak oleh seseorang. Ia sangat yakin jika itu adalah Sonya.

"Udah sembuh lo?"

Abigail tak menjawab. Ia sibuk meneliti penampilan Sonya dari atas sampai bawah.

"Very bad," gumam Abigail setelah melihat penampilan Sonya.

Baju seragam yang ketat, rambut warna-warni, kaus kaki berwarna, wajah yang tertutup oleh make up tebal. Sungguh hal itu membuat Abigail ingin muntah.

"Ngomong apa lo?" tanya Sonya yang mendengar ucapan Abigail.

"Very bad," ulangnya.

"Bangsat. Udah berani sama gue hah?!" sentak Sonya.

Abigail mengedikkan bahu acuh.

Geram, gadis itu menjambak rambut Abigail sampai kepalanya mendongak keatas.

Tak mau kalah, Abigail melakukan hal yang sama. Lebih kuat. Terbukti terdengar ringisan dari mulut Sonya.

Anak kelas yang melihat itu tak percaya. Bagaimana bisa gadis cupu yang selalu menjadi bahan bullyan kini membalas jambakan Sonya.

"Lepasin bangsat!" Sonya meminta melepaskan jambakan, namun ia makin mengeratkan jambakan nya di rambut Abigail.

"Lo minta gue lepasin tapi lo malah makin jambak gue," ucap Abigail.

Lagi-lagi anak kelas menatapnya dengan tatapan terkejut. Zahwa yang dulu berbicara aku-kamu dan lemah lembut dan sekarang malah sebaliknya.

"Lepas atau gue bikin kepala lo botak." Abigail berbisik rendah ditelinga Sonya dan membuat gadis itu melepaskan jambakan nya.

"Kali ini gue lepasin. Besok lo liat akibatnya," ujar Sonya.

Abigail menyeringai. "Siapa takut."

•••

TBC...

Transmigrasi AbigailTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang