Selangkah Maju

1.8K 124 41
                                    

Hari Senin yang cerah di komplek SONE. Burung-burung berterbangan, bunga-bunga bermekaran, matahari tersenyum lebar, dan tukang bubur keliling yang tak pernah letih mengayuh sepeda. Komplek elit tapi banyak tukang makanan keliling ya cuma di komplek ini. Aneh memang, tapi apa pemilik komplek a.k.a Mas Sooyoung Diningrat tidak takut jika ternyata para pedagang itu adalah agen Intel? Ah orang kaya macam dia nggak peduli, karena yang penting asupan micinnya terpenuhi. Bijak sekali.

Dan sekarang mari kita menuju rumah pertama. Rumah yang warnanya didominasi warna hitam dan abu-abu dengan highlight warna emas yang agak pudar. Entah perpaduan macam apa yang diinginkan pemiliknya, namun kayaknya cukup nyaman. Sangat nyaman sampe-sampe seorang cowok berambut merah betah menikmati paginya di teras dengan secangkir nesc*fe panas, laptop yang menampilkan laman situs web LTMPT , dan sebuah vape di tangannya.

"Makanya, dulu waktu mami nyeramahin kamu itu didengerin. Nyesel kan sekarang harus pusing mikir hasil ujian?" SinB melirik ke arah papinya yang bergabung duduk di depannya, dengan tangan membawa cangkir berisi kopi hitam.

"Nggak juga. SinB itu sadar diri. Soalnya percuma juga SinB ngotot belajar kalo banyak yang lebih pinter tanpa harus usaha keras." Yuri hanya tersenyum simpul dan menggelengkan kepala, tidak kaget sama sekali karena dulu ia juga begitu. Ia mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil satu, dan menyalakannya.

"Lha kamu sendiri kemarin gimana ngerjainnya? Lancar?" SinB tidak menjawab dan memilih menghisap vape nya.

"Biasa aja. SinB nggak mau terlalu berharap, tapi juga nggak terlalu pesimis. Kalo masuk ya seneng, kalo nggak ya yaudah lewat mandiri. Lagian SinB bisa jual motor sport hadiah sweet seventeen kemarin dari Kak Krystal." Ini anak kok nggak ada greget nya sama sekali, gregetnya waktu ngurusin cewek doang. Yuri jadi gemes pengen benturin kepala anaknya ke knalpot truk molen.

"Kamu jangan kayak orang susah deh, dek. Papi kamu ini CEO perusahaan besar, mami kamu desainer ternama, kedua kakak kamu aktor dan model terkenal, uangnya berapa? Huh? 500 juta? Papi kasih sekarang cash juga bisa." Sekarang jadi SinB yang gemes ingin jepit bibir papinya pake jepitan jemuran. Enak banget kalo ngomong orang kaya.

"SinB mau mandiri papi. Gak boleh?" Orang tua kamvret ya kayak Yuri, dia malah ketawa ngakak keras banget. Nggak percaya dia bentukan kayak SinB mau mandiri.

"HAHAHAHAHAHA!!!!! NAJIS KAMU NAK-HAHAHAHAHA!!! KAMU LUCU BANGET!!" Taek, SinB bener-bener pengen nampol papinya pake laptopnya.

"Gak lucu, babi." Gumam SinB, yang syukurnya tidak didengar Yuri karena masih sibuk tertawa.

"Eh, ngomong-ngomong kamu jadi dateng ke acara pertunangan siapa tu temen kamu yang keponakannya Sooyoung?" Yuri mengusap matanya yang keluar air mata sambil mengatakan hal yang dia tiba-tiba ingat.

"Bang Sowon." Mood SinB langsung tambah jelek. Dia itu udah berusaha ngelupain eh diingetin, jadi tambah berat rasanya dateng ke pesta abang satu gengnya.

"Nah itu. Jadi?" Yuri yang sibuk sebat sambil merhatiin bonsainya, tidak menyadari wajah butek anak bungsunya itu.

"Jadilah. Masa temen sendiri nggak dateng......" BERATTT banget SinB ngomong gitu. Ya gimana lagi, konsekuensinya lebih berat nggak dateng. Kalo dia dateng paling cuma malu di depan gebetan. Kalo nggak dateng? Bisa habis dia dihina sampe mampus sama mang yuju, Abang satu gengnya yang lain. Tau sendiri tu anak band kalo nyocot....uhhh Tante Tiffany mah lewat.

"Yakin Lo mau dateng? Bukannya tunangannya gebetan Lo ya?" Saat SinB mau menutup browsernya, seorang pria umur akhir 20 am datang bersama balita berusia 1 tahun.

"Ohhhh....pantes papi dengernya kok agak nggak ikhlas gitu ngomongnya. Jadi kamu Tertikung temen sendiri?" Yuri kini fokus pada SinB, dengan senyum mengejek.

{MASIH} SAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang