Chapter 1

20 7 2
                                    

"REZA!!"

Setelah mendengar teriakan seseorang yang baru saja datang kekelasnya, Reza langsung beranjak berdiri dan menghadap keorang itu.

Reza tidak menjawab panggilannya, melainkan hanya menaikan kedua alisnya yang mengisyaratkan 'apa?' dia yang mengerti pun langsung mengatur nafasnya terlebih dahulu, terlihat dari ekspresinya yang sangat capek.

"Raisa... Raisa... Dia berantem!!"

Reza menghebuskan nafas kasar. Memang orang itu tidak ada habis-habisnya mencari ribut dikampus.

Reza langsung berlari kearah yang ditunjukan salah satu mahasiswa tadi, dia berjalan menuju koridor selatan, yang dimana menuju kelas Raisa. Saat Reza sampai sana, ternyata benar! Raisa sedang jambak-jambakan bersama Anna.

Reza langsung mengehentikan aksi mereka dan menarik tangan Raisa. Reza membawa Raisa jauh dari orang-orang ramai. Reza melepaskan tangannya dan menghadap ke Raisa.

"Kenapa kamu pisahin sih? Seharusnya si Anna itu diberi pelajaran!" kesal Raisa sambil merapihkan rambutnya yang berantakan.

"Kenapa?"

"Aku nggak suka aja, wallpaper handphonenya itu foto kamu."

Reza menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia masih tidak mengerti bagaimana pola pikir orang Yang ada dihadapannya itu.

"Karena itu?"

"Iya."

"Kita putus."

Raisa dibuat terkejut dengan kata yang terlontarkan barusan. Raisa menatap mata Reza dengan mata yang berkaca-kaca.

"Za? Bercanda kan?"

"Serius."

"Kenapa?"

"Masih tanya kenapa? Hmm.." tersenyum singkat dan berjalan melewati Raisa.

Reza sudah muak dengan tingkah Raisa yang semakin hari semakin menjadi-jadi. Masalah sepele saja ia besar-besarkan dan setiap cewek yang dekat dengan Reza, satu hari kemudiannya pasti dia jambak. Reza tidak mengerti bagaimana harus menghadapi sifatnya yang cemburuan seperti itu.

---

"Hiks...Hiks..."

"Udah dong Sa, jangan nangis terus. Risih gue dengernya!" tegur teman Raisa, Rara namanya.

Raisa terus mengambil tissu yang ada dimeja kantin itu. Sudah banyak sekali tisu terbuang karena air mata Raisa.

"Lo sih terlalu banget kalau cemburuan. Kan si Reza nya jadi risih,"

"Kan gue nggak mau kehilangan dia Ra," Raisa terus menangis dan menangis.

"Tapi nyatanya lo udah kehilangan dia! Pusing gue sama lo!"

Rara temannya-pun merasa risih karena Raisa terus menangisi perpisahannya dengan Reza. Reza tidak salah memutuskan Raisa, ya karena Raisa sendiri yang terlalu cemburuan. Kalau orang lain berada diposisi Reza juga bakal ngelakuin hal yang sama.

Raisa sendirian dikantin karena ditinggal oleh Rara, Rara memang menyebalkan. Teman sedang sedih bukannya dihibur malah ditinggalkan.

"Gue harus buat Reza balikan sama gue!"

---

Reza memainkan laptopnya diperpustakaan, dia banyak sekali tugas hari ini. Reza sengaja membuat tugasnya diperpustakaan, karena menurutnya disanalah tempat paling damai.

Saat dia fokus menatap layar laptop, tiba-tiba ada seseorang dihadapannya, dia Anna. Reza menutup laptopnya dan merapihkan buku-buku nya yang lain.

"Sorry, atas kelakuan Raisa." datar Reza.

"Nggak masalah. Dia wajar marah, mungkin cemburu. Za, katanya kamu putus sama dia?"

Reza menatap Anna sejenak dan mengangguk mengiyakan pertanyaan Anna barusan. Reza beranjak pergi meninggalkan tempat itu, tapi tangannya lengannya dicegah oleh Anna.

"Jadi kita bisa dekat tanpa takut ketauan Raisa?" Reza menghela nafas sejenak, dan menepis tangan Anna.

"Sorry ya, Na. Aku masih ada urusan lain,"

Terlihat dari ekspresi Reza jika dia merasakan kesedihan. Mungkin Reza merasakan sedih juga karena putus dari Raisa, walaupun tidak menunjukan rasa itu dengan terang-terangan.

Reza pergi ketaman. Dia menaruh buku-buku dan laptopnya disampingnya. Dia menutup mukanya dan mengacak-acak rambutnya.

Ya, Reza merasakan sedih jiia hubungannya sama Raisa harus putus begitu saja. Harusnya waktu ini waktu sama-sama mereka. Kemarin-kemarin jarang bersama karena waktu sekolah Raisa padat dan Reza juga sibuk dikampus. Sekarang, saat Raisa udah kuliah dikampus yang sama dengan Reza, mereka harus putus, dan itu karena Raisa yang terlalu cemburuan.

---

Reza duduk dikursi kantin sendirian, dia meminum jus saja. Dia malas sekali untuk makan hari ini. Tiba-tiba saja ada orang datang dan duduk didepan Reza. Dia Zeyo, teman Reza dari ia duduk dibangku SMP.

"Ngapain lo kesini?" sinis Reza.

"Yaelah Za, masih aja sinis sama gua. Lo tahu nggak? Wakil presma diganti lho jadi si Raisa,"

"Hah?!! Raisa? Kok bisa dia sih?"

"Kan memang kita butuh pengganti almarhum Niki untuk jadi wakil presma. Bukannya lo harus seneng ya? Jadi lo bisa berduaan terus sama pacar lo itu."

"Udah putus. Gue mau keruangan dekan dulu,"

Reza menemui Pak Beni selaku dekan kampus Nusa Bangsa. Reza dipersilahkan duduk dan Reza siap untuk mempertanyakan hal itu.

"Apa benar Pak? Raisa jadi wakil Presma?"

"Iya, Za. Karena menurut saya dia lebih pantas menemani kamu, dia pintar dan aktif orangnya."

"Yaudah, makasi. Saya permisi dulu,"

---

Reza sudah selesai kuliah hari ini, dia harus segera pulang dan pergi lagi untuk menemui seseorang. Reza berjalan menuju mobilnya yang berada diparkiran, saat dia ingin membuka pintu mobilnya--dia melihat ban depannya bocor.

Reza mendengus kasar, dia sangat kesal dengan hari ini. Reza mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

"Mobil saya dikampus bannya bocor, perbaiki dan bawa pulang. Saya pulang naik taxi,"

Reza selesai menelpon salah satu anak buah Papa-nya yang ada dirumah. Dia memesan taxi online dan menunggunya didepan kampus. Saat sedang menunggu taxi datang, Raisa menghampiri Reza.

"Sore Za,"

"Besok aku mulai menjadi wakil presma, dan pastinya akan slalu ada didekat kamu."

Taxi datang dan Reza langsung masuk tanpa harus menanggapi omongan Raisa barusan.

Raisa yang diperlakukan seperti itu kesal. Dia menghentakan kakinya berkali-kali dengan bibirnya yang cemberut. Susah sekali untuk dekat dengan orang itu. Baru putus setengah hari aja sudah sombong seperti itu, bagaimana jika sudah berhari-hari bahkan berbulan-bulan, mungkin Reza tidak akan mengingatnya lagi.

--

Reza pulang kerumahnya yang super mewah dan banyak pelayan yang siap melayani tuannya. Reza baru saja duduk, langsung dibawakan minuman.

Reza mengangkat ponselnya dan mengetik sesuatu. Setelah mengirimkan pesan itu--Reza menaruh ponselnya kembali kemeja dan tanpa menunggu lama, orang yang disuruh datang itu datang. Dia Boy, orang kepercayaan Papa-nya Reza untuk senantiasa menemani Reza.

"Ada apa mas Reza?"

"Anterin saya ke Vila yang ada di pulau terpencil itu," pinta Reza kepada Boy.

"Tapi mas, itukan tempat kediaman mba Tasya. Tidak boleh ada yang datang kesana, kecuali pelayan yang tugas disana."

"Anterin saya! Saya mau menemui adik saya,"

Reza langsung masuk ke lift untuk menuju kelantai 3, dimana kamarnya berada. Reza membawa laptop dan buku-buku nya, dan memasukannya kedalam tas. Reza berganti pakaian dan kembali kelantai 1 dan menemui Boy. Reza ingin segera pergi ke Villa itu, sekarang juga.

REZA ADITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang