Chapter 6

6 3 1
                                    

Setelah pergi dari rumah selama 2 hari, Reza juga tidak pergi kekampus. Dia khawatir jika Papa-nya akan mencari dia kekampus. Dia juga tidak mengabari Zeyo maupun Alvin, karena sudah pasti Papa-nya akan menanyakan dirinya kelada Zeyo dan Alvin.

2 hari hidup dengan keadaan sederhana dan itu tentu membuat Reza tersiksa, karena belum terbiasa. Biasa tampil fashionable dengan baju mahal, kini Reza hanya memakai kaos biasa. Dia juga belum tahu tujuan untuk kedepannya, antara pulang atau tetap menetap di kosan.

Reza benar-benar tidak menyangka dirinya akan mengalami hal seperti ini. Untung saja sebelum hal ini terjadi, Reza sudah membuat tabungan sendiri tanpa diketahui siapapun, jadi kehidupannya akan terjamin walaupun dengan sederhana.

Reza pergi kerumah Raisa untuk mengambil motornya yang sempat ia tinggalkan. Reza melihat ada Zeyo dan Alvin, untung saja motor Reza ditutup oleh Raisa jadi mereka tidak mengetahuinya.

Setelah beberapa menit bersembunyi, Reza keluar dari persembunyiaannya dan menghampiri Raisa setelah kedua temannya pergi.

"Mereka ngapain disini?"

"Dia cari kamu. Katanya adik kamu dibawa kerumah sakit,"

Reza yang mendengarkan kabar itu langsung syok dan langsung berjalan menuju motornya.
Reza membuka penutup motonya dan menyimpannya di dalam garasi mobil rumah Raisa.

"Kamu mau kemana?"

"Aku mau kerumah sakit."

"Emang kamu tahu rumah sakitnya dimana?"

"Nggak, Sa."

"Tadi Zeyo sama Alvin kasih tahu, jadi aku ikut aja Ya. Please.."

Reza menganggukan kepalanya dan Raisa mengikuti Reza untuk naik keatas motor.

--

Setibanya ia datang kerumah sakit, dia langsung buru-buru masuk dan sebelum menghampirinya, Reza menguping pembicaraan antara Papa-nya dan Dokter terlebih dahulu.

"Saya mohon dok, gugurkan bayi yang ada didalam kandungan anak saya."

"Maaf Pak, hal itu tidak diperbolehkan. Dan saya tidak bisa melakukan hal itu,"

"PAPA!!" Reza menghampiri Papa-nya dengan amarah yang sudah memuncak.

"Za... Tolong bilang ke dokter untuk gugur..."

"NGGAK!" Belum selesai Tama menyelesaikan ucapannya, Reza langsung menjawab.

"Maaf pak, saya permisi." Dokter itu pergi meninggalkan mereka yang sedang bertengkar.

"Kalau papa terus berisikeras untuk gugurin kandungan Tasya, aku nggak akan tinggal diam!" Ujar Reza dengan nada tinggi.

Raisa tidak tinggal diam, dia terus mengusap-usap bahu Reza seolah-olah yang ia lakukan akan membuat Reza tenang.

Tama melihat sekeliling terlebih dahulu, dia pastikan tidak akan ada yang mendengar ucapan mereka.

"Reza! Tasya akan membuat malu Papa. Bisa-bisa kolega-kolega Papa bakal tahu hal itu. Jadi nggak ada cara lain, selain dia harus gugurin kandungannya."

"Papa nggak punya hati ya! Anak yang ada dikandungan Tasya, itu cucu Papa sendiri. Papa tega bunuh anak yang tidak berdosa itu?!" Tegas Reza dengan amarah yang memuncak.

"Apa kamu tega juga biarin Tasya tinggal di pulau terpencil itu?"

"Harusnya aku yang nanya itu sama Papa!!"

"Gini aja Pa. Kalau Papa nggak mau Tasya tinggal dirumah sama Papa, biarin Tasya tinggal sama aku. Aku pastikan, dia nggak akan ganggu Papa lagi,"

REZA ADITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang