Chapter 5

10 3 4
                                    

Reza terdiam mematung dan wajahnga menjadi datar. Reza tidak menjawab Raisa, karena dia terkejut dengan kehadiran Tiara dan Papa-nya.

"Papa kemarin sudah bilang, pertama Tiara masuk kampus kamu harus bersama dia! Tapi, kamu malah kabur dengan motor kamu."

"Sudahlah Pa. Yang penting Tiara sudah ada disini, Reza masih ada urusan." Ketus Reza langsung menarik lengan Raisa.

"REZA!" Menahan Reza.

Plak...

Reza langsung ditampar oleh Papa-nya, seketika beberapa pasang mata tertuju padanya. Reza mengepalkan tangannya dan menahan amarahnya.

Reza tidak lagi menjawabnya, dia langsung melanjutkan langkahnya yang terhenti. Reza tanpa sadar, terus menggenggam lengan Raisa.

Raisa menyuruh Reza untuk duduk dibawah pohon besar ditaman. Raisa mengambil air putih yang ada ditasnya dan memberikannya kepada Reza.

"Kamu nggak kenapa-kenapa kan?"

Reza menggelengkan kepalanya. Dia masih tidak habis pikir dengan Papa-nya itu, berani-beraninya nampar didepan umum.

"Aku pergi aja ya Za, kamu kayanya butuh sendiri." Ujar Raisa bangkit dari duduknya.

Reza langsung menahan lengan Raisa dan menarik Raisa kembali duduk. Reza langsung memeluk Raisa, dan itu membuat Raisa sangat terkejut.

"Jangan pergi." Ucap Reza dipelukan Raisa.

Mata Reza berkaca-kaca seperti ingin menangis, namun dia tahan. Raisa yang tak tegapun mengurungkan niatnya untuk meninggalkan Reza. Raisa membalas pelukan Reza dan mengusap punggung Reza.

Setelah lama berpelukan, Raisa melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Reza. Raisa menatap mata Reza dan mengusap air mata Reza yang baru saja terjatuh.

"Udah. Jangan nangis, ya?"

Reza sedikit lega karena ada orang yang didekatnya saat keadaannya benar-benar sendiri.

Reza mengangguk dan mengusap matanya--lalu tersenyum kecil kepada Raisa.
Reza memeluk kembali Raisa, dan itu membuatnya tenang sejenak.

"Za, kamu mau kan beri aku kesempatan sekali lagi?" Reza yang mendengar ucapan itu langsung melepaskan pelukannya.

Dia menatap wajah Raisa, sepertinya Raisa sangat berharap lebih pada Reza.

"Sorry ya Sa, untuk itu aku nggak bisa. Maaf."

"Nggak masalah kok." Raisa tersenyum ramah. "Tapi bisa kan aku jadi teman sekaligus sahabat kamu?" Sambung Raisa.

"Ya, Tentu!" Reza merangkul Raisa.

Reza tersenyum melirik Raisa yang tersenyum senang. Reza sebenarnya mau saja untuk balikan dengan Raisa, tapi Reza pikir hubungan persahabatan mereka lebih indah dari pada sebelumnya.

--

Reza memberhentikan motornya didepan rumah miliknya. Nafas Reza tidak teratur, dia masih membayangkan tamparan Tama. Reza menelan saliva nya, dia merasa takut jika harus bertemu Papa-nya.

Reza memiliki trauma yang sangat hebat. Sering kali dia mengingat masa kecilnya yang kelam, dimana dia sering melihat Papa-nya melakukan kekerasan terhadap Mama-nya. Reza juga sering merasakan takut kepada Papa-nya, dan itu yang sekarang ia rasakan, takut.

Reza memutuskan untuk pergi lagi, dan tidak pulang untuk hari ini. Dia menjalankan motornya dan pergi menjauh dari tempat itu.

Tanpa dia sadari, dia menjalankan motornya kearah rumah Raisa. Reza berhenti didepan rumah Raisa, dia membuka helmnya dan menatap kearah depan rumah Raisa.

REZA ADITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang