// 02

29 5 2
                                    

senang bukan main, status teman telah didapati. candala setuju perihal aku yang memintanya untuk menjadi temanku.

jujur, aku di kelas saja baru berteman dengan teman sebangku yang kemarin mengenalkan diri, namanya harun.

ramah, banyak berbicara, tapi tidak apa setidaknya bisa mencairkan segala kecanggungan.

"kantin engga, azka?"

harun, ia mengenal candala tidak ya? bukan apa-apa. kemarin dengan tidak sadar aku lupa menanyakan candala kelas berapa.

"run, tahu candala?"

adam disana nampak berfikir yang kemudian mengangguk, "oh, tau. biasanya jam istirahat dia selalu dikantin, jualan dia."

oh, aku baru mengetahui itu. terima kasih, harun.

jadilah kusetujui ajakan harun untuk berpijak dari kelas ke kantin, di perjalanan aku bertanya seputar candala. harun juga dengan sabar menjawab semua pertanyaan yang keluar dari mulutku.

sampai dia berfikir aku menyukai candala katanya.

"suka bukan sama lala?" nadanya sih meledek, wajah harun menyebalkan asal kalian tahu.

panggilan nya lala, kah? lucu sangat.

"bukan begitu, dia kan juga temanku."

harun disana membulatkan mulutnya, "oh, terus hari ini mau apa ketemu?"

kenapa lagi dengan sudut bibirku yang tertarik, "ya kayak sekedar menyapa, mungkin?"

"tahu engga? dia teman ku dikelas 10 tahun lalu." wah, harun ini mengerti maksudku ya? terus ungkit tentangnya harun.

balasku hanya menganggukkan kepala.

"gadis baik, kok."

mungkin maksudnya kesan pertama saat melihat candala, aku kembali mengangguk. "iya, gadis baik."

pandangan dihadapanku mempertunjukkan suasana kantin, tidak terlalu ramai. entah kemana perginya siswa palawa.

tiba-tiba lengan harun bergerak, menunjuk kearah kiri yang memperlihatkan si hawa yang kucari tengah merapihkan susunan dagangannya, mungkin?

"samperin aja, tapi aku langsung makan ya, lapar ka."

mengerti maksudnya, aku melangkah sendiri. setelah puan disana tak sengaja melihat sosokku, matanya kembali gelisah.

kenapa, candala?

setelah sampai, tanganku bergerak melambai tepat dihadapan candala.

"hai?"

gelagapan, tapi ia tersenyum kikuk. "oh, azka. mau beli?"

aku tak menjawab dan malah menatap makanan yang ia jual, ada bermacam-macam makanan manis seperti sang puan yang menjualnya.

"ini dagangan kamu, candala?"

si hawa mengangguk cepat, membuat aku kembali tersenyum.

candala, makin menarik.

"aku boleh beli?"

aku kagum saat ia terkekeh pelan, itu cantik.

"boleh dong azka! mau yang mana? ini, piscoknya ada yang keju, coklat, strawberry juga ada."

tuturnya ramah, seperti mahir berniaga. kamu gadis yang punya semangat, candala.

bukannya melihat dagangan yang ditawarkan candala, aku malah memerhatikan jelitanya.

harun, kalau tadi aku mengiyakan bahwa aku suka candala bagaimana?

kecepatan ya? baru kemarin bertemu soalnya. tapi, ini cinta pandangan pertama kayaknya.

"azka, malah bengong sih?"

cantik, sih.

sedikit terkikik, lalu aku mengambil makanan yang aku mau. pasti enak, kan dagangan mu candala.

"segitu, azka? aku bungkus ya?" ujarnya saat aku menyodorkan makanan yang akan kubeli.

setelah menerima uangku juga ia masih tersenyum hangat, "terima kasih, semoga suka ya? buatan ku loh, hehe."

kan, benar. pasti kuhabisi candala, tenang saja.

melihat aku yang masih bergeming ditempat membuatnya keharanan, sampai rautnya menekuk seperti itu, malah gemas candala.

"ijin menemanimu ya, candala?"












☆★☆★☆★

☆★☆★☆★

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
candalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang