// 04

17 2 6
                                    

mendengar puan jelita bernyanyi sudah, misi selanjutnya mengajaknya jalan-jalan.

entah dorongan darimana, rasanya ingin melakukan hal yang disukai candala. semuanya menarik.

dua hari yang lalu, sudah kukabari si hawa dan dia menyetujuinya. katanya menunggu di taman dekat gang sekolah.

jangan kira membolos, ini hari minggu. minggu yang moga saja menjadi minggu yang paling kusuka.

kemeja biru muda dengan motif garis-garis kecil kukenakan hari ini. cuaca juga mendukung, ucap bersyukur pada arunika disana.

oh, itu dia.

candala dengan surai indahnya yang dicium angin, dan,

"cantik."

iya, untung celetukanku keluar saat belum sampai disana.

karena sungguh, candala dengan pakaian santainya amat cantik.

di lihatnya, candala sedang asik menatap pepohonan yang nampak segar di jam sembilan pagi hari.

tak disangka kaki ini telah sampai di sampingnya, membuat sang puan menengok ramah.

"eh, udah dateng? pagi ya, azka."

indah sekali pagi hari disapa olehmu, candala.

"pagi juga candala, suka sama cuaca hari ini gak?"

mengangguk, candala berseri-seri. "dari tadi pagi, aku semangat!"

baguslah, bahagia sekali melihat puan yang tak berhenti membentuk raut gembira.

"candala maaf ya, aku belum mampu beli mobil."

tawanya pecah, lalu di tepuknya pundakku oleh lengan mungil itu. "jangan bercanda azka, kemarin kan aku bilang, aku suka jalan-jalan. berjalan azka, bukan mengendarai."

sungguh puan berhati bidadari, maaf berlebihan.

"iya yaudah, aku ngerti."

"azka, mau kemana kita?"

kemana saja sebenarnya, asal bersamamu aku berani habiskan waktu untukmu, menjagamu candala.

"aku belum terlalu hafal daerah sini sih, tapi kemarin kata harun di belakang rs pmi banyak jajanannya, suka kuliner engga?"

ia mengangguk, "suka dong! tapi azka.."

kupasang wajah bertanya, cemas mendengar suaranya mereda.

"jangan yang mahal, ya? engga bawa uang besar."

polosnya, aku juga belum punya uang besar candala. masih minta orang tua, tidak usah cemas.

"oh itu, udah tenang aja."

kulanjutkan berjalan, langkah beriringan dengan si puan. candala nampak tenang, beda denganku yang tidak karuan. oh, apa kamu juga sama candala? bedanya kamu pandai berekspresi.

lumayan perjalanannya, sampai aku sempat mengeluh membuat candala khawatir namun kusergah cepat untuk lanjut berjalan.

percakapan singkat keluar begitu saja, sekedar memberi sepercik kenangan. iya, sepasang muda-mudi yang berjalan beriringan dengan obrolan singkat namun manis isinya. maaf terlalu berharap, tapi aku sedang berusaha.

"sudah sarapan, azka?"

"kamu?"

"malah balik nanya?"

"memastikan yang terpenting dahulu."

satu.

"pagi-pagi begini, emangnya mau jajan apa sih?"

"apa, ya?"

"jangan yang terlalu berat ya ka? takut kekenyangan. jajanan kayak kue pancong atau cakweh aja gimana?"

"sekarang aja rasanya kenyang."

"loh?"

"makanya, kalau senyum jangan sering-sering. kenyang aku."

dua.

"candala, lebih suka kue pancong?"

"iya. ini masih hangat, mau cobain?"

"lebih suka pancong?"

"iyaaa, azka. emangnya kenapa?"

"yah, kalau begitu aku kalah bersaing sama pancong dong."

tiga.

minggu di bulan september, seperti terlahir kembali, aku sebahagia ini. jajanan pinggir jalan saksinya, saksi taruna-taruni yang menempel melulu kiranya.

candala, aku masih berusaha disini.

sabar sebentar, dirimu yang sesungguhnya belum sampai padaku. tapi kupastikan, kamu akan milikku.




























☆★☆★☆★





aku sempet mentok pas mau lanjutin candala 😢😢 pi tenang aja!!! aku usahain candala dilanjut

candalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang