Dia Yang Mulai Bercerita

105 6 0
                                    

"Sekarang kalian berdua push-up 100 kali!!!" Ucap tegas seorang wanita berseragam loreng dan berhijab dan baret merahnya.

Ya, dia adalah Atiqa Uraifa ya kini bekerja sebagai salah satu Kopassus dan mentor kedisiplinan di sebuah akademi militer karena ketegasannya dan sepak terjangnya membuat dia mentor paling ditakuti dan disegani oleh junior dan sesama rekan kerjanya dan religius suka menasehati junior-junior nya agar tidak salah langkah pas juga jadi usdadzah kata-kata nya selalu bisa membuat orang-orang yang drop bisa kembali bersemangat menatap hidup lagi.

"Itu adalah hukuman buat kalian yang terlambat bangun pagi!!" Bentak Atiqa. 
Ia tidak sadar ada sepasang mata sedang memperhatikannya.

"Sudahlah kapten jangan terlalu keras sama mereka," ucap pria yang sedari tadi memperhatikannya.

"Jika tak begini mereka tak disiplin," ucap Atiqa penuh amarah.

"Hoho! santai santai kapten jangan ngegas," kata pria tersebut dan dia duduk di sebelah Atiqa.

"Kapten pasti masih PMS, maka dari itu kapten melampiaskan amarah ke mereka berdua?" Tanya pria itu sambil menunjuk dua pemuda yang kini masih melaksanakan hukumannya. 

"Bukan urusanmu!!" Jawab Atiqa sambil mencabuti rumput lalu dibuang rumput itu, dicabut lagi lalu dibuang, Atiqa melakukan itu berkali-kali.

"Orang PMS itu biasanya marah-marah gak jelas kaya kapten tadi," jelas pria itu. Pria itu adalah sahabat Atiqa sejak mereka menempuh pendidikan militer nya. Rizal Fernando namanya.

Atiqa menatap Rizal dengan tatapan sinis. "Hari ini semua orang ngeselin,"

"Gue penasaran sama lu?" Rizal melakukan kegiatan yang sama seperti Atiqa lakukan yaitu mencabuti rumput.

Atiqa menaikkan satu alisnya "Penasaran kenapa?"

"Lu kok bisa sampe sini gimana? La wong sama kecoa aja takut, tapi kalo sama ular, kalajengking, lu gak takut, aneh!" Rizal tersenyum sinis.

"Gue tu sama hewan apapun gak takut kecuali kecoa, kecoa tu hewan yang paling menjijikkan yang pernah gue lihat," Atiqa memeluk kedua tangannya dengan tangannya sendiri.

"Ck! Ceritain dong perjalanan lu sampe jadi kopassus," pinta Rizal.

"Tidak ah... Kehidupan gue terlalu rumit untuk diceritakan. Jika diceritakan pasti panjang banget," Atiqa menghela nafas. 

Rizal pun tersenyum. "Tak apa, cerita lah." Atiqa tersenyum lalu menghembus nafas panjang untuk memulai ceritanya.
🌹🌹🌹

Beberapa tahun yang lalu.....

"Umi Abi, Atiqa gak mau masuk pesantren," rengekan seorang Atiqa kecil saat ia masih duduk di bangku kelas 3 SMP yang kurang seminggu lagi lulus.

"Pokoknya kamu harus nurut kata Abi, kamu harus masuk pesantren!!!" Ucap Abi penuh penekanan.

"Tapi, Ati...." Belum selesai bicara. "Tidak ada tapi-tapian, sekarang kamu kemasi barang-barang kamu dan masukan ke dalam koper, setelah selesai ujian kamu langsung Abi kirim ke pesantren, Abi sudah mendaftarkan mu!!"

"Umi Abi jahat!" Ucap Atiqa lalu pergi ke kamarnya lalu dia menutup pintu dengan kasar.

"Astaghfirullah," ucap Umi sambil mengelus dada.

"Abi sudahlah jangan terlalu keras dengan Atiqa," ucap Umi sambil mengelus tangan kekar suaminya.

"Jika tidak seperti itu dia akan selamanya menjadi anak pembangkang Umi," ucapnya lalu tidur dipangkuan istrinya.

"Aaaaaaa!" Teriak Atiqa dari dalam kamar. 

"Ini semua tak adil bagiku!!" Teriaknya sambil melempari barang-barang yang ada di sekitarnya untuk melampiaskan amarahnya. 

"Kenapa anak-anak lain bisa menikmati kebebasan? Kenapa cuma aku yang diberlakukan seperti burung yang tidak boleh keluar dari kandangnya?" Tanya nya pada diri sendiri.

"Aku juga pingin kayak temen-temen ku bisa memilih cita-cita sesuai ke inginan sendiri, tapi Abi selalu menentang keinginan ku bahkan pingin sekolah sesuai keinginan ku aja gak pernah di izinkan, semua sesuai keinginan Abi mulai dari TK sampai SMP Abi yang nentuin dan sekarang mau masuk SMA aja adu strategi sama Abi, kalau Umi apa kata Abi karna percaya apa yang di katakan Abi sudah kesepakatan tanpa ada penolakan!!" Akhirnya Atiqa yang selalu mengalah terhadap keputusan Abi.

Sebenarnya Abi itu orangnya ramah cuman otoriter nya itu lho bikin Atiqa gak kuat, Abi cuma ingin Atiqa jadi pribadi yang lebih baik lagi, gak manja, gak tergantung sama orang lain, gak cengeng bila menghadapi masalah, selalu kuat, sabar dan ikhlas bila tertimpa musibah, selalu dekat sama Allah, dan dekat sama orang tua, itu saja keinginan Abi gak muluk-muluk.

Siapa Jodohku? {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang