Tragedi

36 4 0
                                    

PRANG...

Gelas yang sejak tadi di pegang Atiqa jatuh setelah mendengar kabar bahwa tunangannya Evano mengalami kecelakaan pesawat saat latihan tempur udara.

Air mata meluncur dengan mulus di kedua pipi Atiqa. "Ya Allah ya Rabb," Atiqa jatuh terduduk di ambang pintu rumah dinasnya.

"Atiqa lo yang sabar ya," ucap seorang teman perempuan yang sama-sama bekerja sebagai Kopassus. Syifa Nur Putri, memiliki pangkat yang sama dengan Atiqa Lettu.

Syifa membantunya untuk berdiri dan menuntun Atiqa untuk masuk kedalam rumahnya, lalu mendudukkan Atiqa di sofa. "Kenapa bisa seperti ini? Syifa," ucap Atiqa.

Syifa memberikan air putih untuk Atiqa. "Minum dulu," Atiqa menerima nya lalu meminumnya.

"Dia melakukan manuver berbahaya, dia kurang fokus dan kurang teliti saat melakukan manuver itu. Alhasil, pesawatnya jatuh ke laut dan..." Syifa menghentikan penjelasannya, dia takut sahabatnya akan sangat sedih. Karena, 1 bulan lagi Atiqa dan Evano melangsungkan pernikahan.

"Dan apa?"

Syifa menundukkan kepalanya. "Meledak."

Atiqa semakin histeris, nafasnya tak beraturan. "Apakah dia masih hidup?"

"Masih dalam pencarian,"

****

"Ibu sudah ya jangan sedih lagi," Atiqa menenangkan ibu calon mertuanya. Sesekali Atiqa terisak.

"Bagaimana gak sedih dia putra ibu satu-satunya?" Ibu camer Atiqa menutup wajahnya dengan kedua tangannya karena tak kuasa menahan tangis.

Umi Atiqa ikut menangis karena dia sangat memahami perasaan seorang wanita.

"Selamat siang," ucap seorang pria dengan seragam lorengnya. Yang diduga dia adalah rekan kerjanya.

Atiqa menghampiri pria tersebut. "Siang,"
"Apa ada titik terang untuk kapten Evano bahwa ia masih hidup?" Atiqa penuh harap.

"Kami hanya menemukan helm tempur milik korban."
"Kami tidak menemukan jasad nya."

"Jasad!" Ibu camer Atiqa menghampiri mereka berdua.

Atiqa terkejut dengan kehadiran ibu camer nya. "Ibu!" Camer Atiqa jatuh pingsan.

****

"Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi disini!" Camer Atiqa menangis tersedu-sedu, saat ia tersadar dari pingsannya.

"Suamiku sudah tiada sejak 10 tahun yang lalu, sekarang anak satu-satunya ikut menyusul ayahnya!" Dia menangis dipelukan Atiqa.

"Ibu disini gak sendirian kok. Disini ada Atiqa, Atiqa sudah menganggap ibu sebagai umi Atiqa. Sekarang umi Atiqa ada dua, umi Halimah (ibu kandung Atiqa) dan umi Laila (ibu camer Atiqa)," Atiqa memeluk kedua uminya. Dia sangat menyayangi mereka.

****

Atiqa memandangi foto-foto Evano di handphone nya, memandangnya dengan penuh perasaan.

"Mas! Kenapa kamu ninggalin aku secepat itu?"
"Kau sangat bodoh! Kenapa kamu harus melakukan manuver berbahaya hingga merenggut nyawamu?"
"Kau bodoh! Kau sangat bodoh! Bodoh sekali!" Atiqa mulai menangis.

Gureume bicheun heuryeojigo
Changgae yoranhi naerineun
Bitmulsori mankeum sirin gieokdeuri
Nae maeum butjapgo inneunde

Galsurok jiteojyeogan
Geuriume jamgyeo
Siganeul geoseulleo galsun eomnayo
Geu ttaecheoreomman geudae nal anajumyeon
Gwaenchanheultende ijen

Jeojeodeun bitgireul ttaraga
Hamkkehan chueogeul dorabwa
Heuryeojin bitmure tteooreun geudaega
Nae nunmul sogeseo chaollawa

Galsurok jiteojyeogan
Geuriume jamgyeo
Siganeul geoseulleo galsun eomnayo
Geu ttaecheoreomman geudae nal anajumyeon
Gwaenchanheultende ijen

Heuteojyeoga,
nawa isseojudeon geu sigando geu moseupdo

Dasi geu ttaecheoreomman geudaereul anaseo
Siganeul geoseulleo galsu eomnayo
Hanbeonirado majimagiljirado
Gwaenchanheultende

(Ketika cahaya menjadi redup karena tertutup awan
Segala kenangan terasa dingin
seperti rintik air  hujan yang turun ke jendela itu
Dan menangkap hatiku

Menjadi rindu
Menjadi semakin berat seiring berjalannya waktu
Tak dapatkah aku kembali ke masa lalu?
Jika saja kau memelukku seperti yang pernah kau lakukan dulu
Sekarang aku akan merasa lebih baik

Ketika aku menyusuri jalanan yang basah oleh air hujan itu
dan melihat kembali kepada kenangan kita
Hujan yang terasa samar ini mengingatkanku padamu
Air mata ini semuanya tentangmu

Menjadi rindu
Menjadi semakin berat seiring berjalannya waktu
Tak dapatkah aku kembali ke masa lalu?
Jika saja kau memelukku seperti yang pernah kau lakukan dulu
Sekarang aku akan merasa lebih baik

Saat-saat kau bersamaku,
Kenangan-kenangan saat kau bersamaku,
semuanya berhamburan...

Tak dapatkah aku kembali ke masa lalu,
dan memelukmu seperti yang pernah kulakukan dulu?
Untuk sekali ini, meski ini adalah yang terakhir kalinya
Aku akan merasa lebih baik)

Siapa Jodohku? {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang