3

1.2K 102 18
                                    

Mew menggeliat pelan, mata nya yang terpejam perlahan terbuka, merenggangkan tubuh nya yang terasa kaku, Mew mengernyit saat mendengar suara isakan tangis dari arah samping nya. Mew segera duduk saat kesadaran nya mencapai level penuh, dilihat nya bocah yang ia tiduri semalam tengah duduk memeluk lutut dan selimut putih tebal melilit tubuh telanjang bocah itu, isakan tak berhenti keluar dari bibir nya.

"Hai... Berhenti menangis bocah."

Gulf mengangkat kepala nya, melihat kearah Mew yang menatap tajam kearah nya. Bukan nya diam tangisan Gulf semakin kencang dan membuat Mew takut.

"Bocah diam, atau teman teman mu akan bangun dan tau kau tidur dengan ku tadi malam."

Ucapan Mew membuat tangisan Gulf tiba tiba berhenti, tapi tidak dengan air matanya yang terus mengalir.

"Cepat segera bersih kan tubuh mu, dan keluar dari kamar ini, sebelum win dan temen mu yang lain bangun."

Gulf menatap Mew dengan pandangan kaku, pikiran nya kacau, apa Mew tidak ada niatan untuk meminta maaf pada nya, dia korban yang dilecehkan kenapa Mew bersikap tak acuh pada nya.

"Kenapa menatap ku begitu ? Jangan harap aku meminta maaf, karna semalam kamu mabuk dan menggoda ku, aku pria dewasa jelas bangkit, jadi jangan berharap lebih, semalam hanya kesalahan kecil, dan satu lagi, lupakan saja karna setelah ini kita pura pura saja tidak terjadi apa apa dan tidak saling mengenal."

Setelah ucapan panjang Mew, pria itu bangkit dari tidur nya, dan berjalan keluar dari kamar nya, sementara Gulf, pemuda itu hati nya terasa semakin berat, air mata nya semakin deras mengalir bak aliran sungai di wajah manis nya.

"Mama, apa ini karna gupi berbohong, kenapa cepat sekali balasan nya, mama gupi nakal, maafin gupi.... Hiks..."

Gulf semakin tidak bisa menahan isakan nya saat ingatan nya berputar pada sang ibu, ia takut, takut pada hari esok, dan membuat sang ibu kecewa.

.
.
.
.
.

Hari berlalu sudah sebulan sejak kejadian itu, Gulf berubah, pemuda itu semakin pendiam dari biasanya, bahkan dilingkungan sekolah dia menjauhkan diri dari sahabat sahabat nya. Tidak ada yang tau kejadian yang menimpa bocah manis itu. Perkataan Mew tepat ada nya, pria itu tidak pernah muncul kembali bahkan saat keluar dari apartemen pun ia tak melihat Mew barang sedetik pun.

"Gulf, Gulf " Gulf menoleh melihat Mild, berlari memanggilnya.

"Gulf, masih marah kah ? Kenapa lama sekali marah nya, bahkan mama mu tidak tau kita berbuat nakal dan datang ke club malam itu."

Gulf hanya diam, jujur hatinya sakit setiap melihat Mild, entah asumsi dari mana otak nya juga menyalahkan Mild, andai Mild tidak membawa nya ke club malam itu, dia tidak akan jadi seperti sekarang, tidak akan mengecewakan sang ibu.

"Aku nggk marah Mild, sudah ya, aku cape mau langsung pulang, mama sudah menunggu di depan sepertinya."

Dengan segara Gulf berjalan meninggalkan Mild. Sementara itu Mild hanya bisa kembali terdiam mendapati Gulf yang masih berusaha menjauhinya.

Gulf masuk kedalam mobil, dilihat nya sang ibu masih lengkap dengan setelan baju kerja nya.

"Mama, kembali kekantor lagi setelah ini ?"

Arin menatap Gulf sebentar dan menggeleng kan kepala nya.

"Mama nggk ada kerjaan lagi ?"

Arin kembali menggeleng, kening nya berkerut, akhir akhir ini dia merasa ada yang janggal dengan kelakuan putra semata wayang nya ini.

One NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang