6

1K 124 5
                                    

[ sebelum baca budayakan vote dulu ya, tinggal klik tanda bintang aja kok, untuk semangat aku up nya🥺 ]

.
.
.
.
.

Gulf dan Arin sudah sampai di poli kandungan. Sedari tadi Arin tak berhenti menenangkan sang putra yang di dirasa nya sangat gugup dan tengang.

"Gupi kenapa sayang ?"

"Mama Gulf takut."

Arin tersenyum, tapi senyum nya nampak sendu, Arin berfikir, tidak menerima keadaan Gulf apa yang akan dilakukan oleh bayi besar nya ini, bisa kah dia bertahan ? Arin ragu untuk itu.

"Pasien atas nama Gulf kanawut"

Arin berdiri diikuti Gulf, saat nama nya dipanggil. Memasuki ruangan, disambut oleh senyum ramah perawat dan dokter yang ada.

"Silahkan duduk disini nyonya."

Arin dan Gulf duduk dihadapan sang dokter kandungan.

"Sebelum nya perkenalkan dulu nyonya, tuan, saya dokter Rafika."

Arin dan Gulf menyambut uluran tangan sang dokter dan ikut memperkenal diri.

"Oke nyonya Arin, saya ingin langsung ke topik permasalahan nya."

Rafika menatap Gulf dengan serius saat berbicara membuat Gulf sangat gugup dan takut.

"Nah nyonya, sedikit banyak saya sudah mengerti keadaan putra anda Gulf, dan disini kemarin Gulf hampir kehilangan bayi nya, akibat pendarahan. Nyonya, sebenar nya di usia Gulf yang masih sangat muda belum waktu nya untuk mengandung, ditambah lagi Gulf adalah makhluk Tuhan yang diberikan keistimewaan oleh penciptanya. Tapi di balik keistimewaannya sejujur nya ada persentase yang bisa membahayakan putra anda."

Gulf semakin takut, tangan nya yang bebas menggenggam erat tangan sang ibu.

Rafika mengeluarkan amplop berisi berkas kesehatan milik Gulf.

"Bisa dilihat disini, rahim Gulf belum sepenuh nya kuat dan elastis, jika sang bayi berkembang ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi, salah satu nya, kelumpuhan total karna sang ibu tidak kuat menahan beban dari sang bayi. Kemungkinan lain nya, sang janin sendiri yang akan luruh jika tidak kuat berada didalam rahim yang tidak berkembang elastis. Jadi pilihan ada di nyonya dan Gulf masih ingin mempertahankan atau mengangkat nya dari sekarang."

Gulf dibuat kaget dan seketika dunia nya terasa hancur. Kemarin ia berniat membunuh janin nya, dan tuhan seolah mendengar doanya tapi nth kenapa hati nya berdenyut nyeri dan menyakitkan. Tanpa remaja itu sadari air mata nya menetes, tangan nya beralih kearah perut nya memeluk perut nya Gulf seperti melindungi janin nya tanpa diminta.

"Angkat, dokter angkat janin itu."

Gulf menoleh pada suara tegas sang ibu.

"Mama!"

Arin tersentak saat mendengar suara keras sang anak.

"Gulf tidak akan mengangkat nya, dia anak Gulf. Gulf tidak mau."

"Apa yang kamu pikir kan Gulf. Itu membahayakan mu."

Gulf menggeleng. "Mama, bukan nya mama bilang ingin berjuang bersama Gulf, ayo bantu Gulf untuk bertahan sama akhir mama."

Rafika tersenyum simpul, ia tau Gulf pemuda yang baik, jelas ia tau keputusan apa yang akan diambil pemuda itu.

"Mama Gulf tidak mau menjadi pembunuh, cukup hari kemarin Gulf bertindak bodoh."

Air mata Arin menetes melihat kesungguhan sang putra, bayi nya bayi lucu nya sudah bersikap lebih dewasa.

"Dokter, ada kah cara agar Gulf tetap kuat saat mempertahan kan bayi nya."

One NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang