chapter 1 (prolog)

191 15 18
                                    


5 Oktober 1875

Malam yang menegangkan, seorang wanita setengah baya yang menggunakan jubah hoodie hitam berlari dengan cepat menyusuri hutan yang gelap dan mengerikan. Ia dikejar oleh segerombolan pasukan kerajaan, mengincar keranjang yang ditentengnya berisi bayi dua bulan.

Dengan sekuat tenaga ia terus berlari dengan sekencang-kencangnya, agar bayinya bisa selamat dari kejaran para pasukan kerajaan berkuda. Wajar jika ia kewalahan, ia berlari tanpa menaiki tunggangan, sedangkan yang dibelakangnya berkuda.

Dalam setengah pelariannya, ia mendengar suara deras sungai dibalik pepohonan sebelahnya. Ia memutuskan untuk berbelok menghampiri sungai itu.

Beruntung para pasukan kerajaan berkuda itu tetap lurus.

Disanalah ia menaruh bayi itu bersama satu gulungan kertas. Membiarkannya hanyut terbawa arus sungai.

Berlinang air mata di pipinya. Takut orang lain mengetahuinya, wanita itu melanjutkan larinya setelah mendengar suara tapakan kaki manusia mendekat.

Pemilik suara tapakkan kaki mengecek keadaan di sungai yang tertutup itu. Huh, tak ada apapun disana. Ia menunggangi kudanya dan menyusul rombongannya didepan yang sudah jauh.

15 tahun kemudian


Seorang pria tangguh dengan gagah, memasuki sebuah rumah tenda,"Hei Yunora! Bangun! Jangan seperti kerbau kau anak muda!" Ucap Ashima langsung duduk di bangku tunggal yang berada agak jauh didepan putranya.

Aku adalah Yunora Mizuyaki, ini adalah kehidupanku, tinggal bersama keluarga yang tanpa ibu. Keseharianku membosankan, mandi, sarapan, latihan, makan siang, latihan kembali sampai petang, istirahat, makan malam, tidur, bangun pagi, sarapan, dan seterusnya, benar-benar membosankan. Meskipun aku disegani banyak orang, aku tak terlalu akrab dengan anak-anak penduduk didesa Mizumura. Temanku hanyalah keluargaku, kakak dan ayah.

Yunora mengucek matanya sekilas, menguap, dan mengulet tubuhnya yang sudah bangun dan duduk.

Ini ayahku, Ashimame Mizuyaki, dia sangat cerewet, dia selalu membuatku geram, tapi aku menyayanginya lebih dari seisi bumi kejam ini.

Yunora menarik nafas, dan cemberut kehadapan Ashima, lalu berkata, "Kakakku saja belum bangun, aku ini masih muda, butuh lebih banyak tidur, ayah!"

"Biarkan saja kakakmu, dia habis latihan penuh kemarin. Lagi pula, siapa yang mencetuskan perihal yang muda butuh lebih banyak tidur? Dasar anak sok tahu."

Yunora hanya menarik nafas gusar, "cih, lebih baik aku mandi saja, ayah menyebalkan."

Set! Ada yang menarik tangan Yunora, Yunora terkejut dan menengok kebelakang, "kamu mau ikut kakak tidak? Ayo, Kita mandi di sungai" ajak Ashiba dengan senyum kuda-nya yang manis.

Ini kakakku, Ashibame Mizuyaki, nama yang mirip dengan ayahku, aku sempat heran waktu umurku masih 6 tahun, mengapa namaku berbeda dari kalian, sedangkan nama kalian sangat mirip? tapi kata ayahku, namaku mirip dengan mendiang ibuku, hh, ini seperti lelucon, aku hampir tidak memercayainya.

Baru saja Yunora ingin menerima tawaran Ashiba untuk mandi di sungai, namun Ashima menggentak mereka berdua,"Jangan sekali-sekali ajak adikmu mandi di sungai Ashiba! Bukannya sudah ayah ingatkan? Bahwa mandi saja diruangan yang sudah ayah buatkan untuk mandi kalian!"

"Baik ayah" jawabnya serempak dengan suara bersalah.

"Tap--" Ashiba menggantung perkataannya.

"Jangan bertanya!" Jeda lima detik, "maaf, ayah kesal" sambil menundukkan kepalanya, lalu berkata lagi saat anak-anaknya akan keluar dari tenda rumahnya, "Ashiba, Yunora. Huft, cepat mandi, lalu sarapan, mari berpetualang keliling hutan, pakai jubah kalian, jangan sampai lupa."

Ashiba dan Yunora tersenyum dan memeluk ayahnya, lalu pergi dengan riang keluar dari rumah tendanya menuju kamar kecil.

***

Saat diperjalanan menuju kamar kecil, Yunora bertanya,"Kakak heran tidak? Kenapa aku tidak boleh mandi di sungai oleh ayah? Seumur hidup, aku belum pernah mandi di sana. Apakah aku terlalu kecil untuk mandi di sana ya? Ah tidak mungkin begitu. Aku sudah berumur 15 tahun. Selain wajahku yang tampan, apakah karena aku punya badan yang bagus, dan ayah takut para perempuan mengejar-ngejarku ya kak?"

"Hh, dasar konyol! terserah kamu mau bilang apa, kakakpun tidak tahu, Yunora, turuti saja "

"Cih, Kakak payah, jawaban macam apa itu?"

"Cepat masuk dahulu, aku tidak suka orang lelet," sambil mendorong pelan bahu Yunora kearah depan, dia melengos! Dan berlari ke sungai, membuka bajunya.

Betapa terkejutnya Ashibame!

Ia berpikir cepat, apa karena Yunora mempunyai tanda kutukan yang mengerikan dibalik punggungnya, dia tidak boleh mandi di sungai selama 15 tahun ini? Apakah ayah takut semua orang mengetahui ini? Takut Yunora akan dijauhi penduduk desa Mizumura, dan di usir?

____________

Alhamduillah...

Gimana guys prolognya?

Aku harap kalian menikmati cerita ini. Dan semoga Alur seterusnya ga ngebosenin ya...

Jangan lupa vote, dan tinggalkan saran dikomentar ya

Share ceritaku ya biar updatenya cepet.

29 Juli 2020

YUNORA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang