"udah puas nangisnya?" ucap seseorang yang tengah bersandar di dinding sebelah pintu toilet sambil memegang sebungkus roti lapis dan sebotol air.
aku terlompat kaget, ini tidak seperti dugaanku. aku kira benar-benar tidak ada orang diluar.
"j-jisung? ngapain?" tanyaku terbata. syukurlah itu jisung bukan orang lain. karena memang dari awal dia sudah tau alasanku menangis, jadi dia tidak akan bertanya yang macam-macam, kurasa.
"nih, lo belum makan kan? patah hati juga butuh tenaga" ucapnya sambil memberiku sebungkus roti lapis dan sebotol air mineral.
"oh? ehm makasih, tapi kok lo disini? ga masuk kelas?" tanyaku heran.
tak menggubris pertanyaan yang ku lontarkan jisung malah menarik lenganku, "sini ikut" ujarnya, aku kaget, badanku sedikit tertarik, mengikuti arah jalannya yang aku sendiri tidak tau kemana.
"eh? mau kemana?" tanyaku pada laki-laki bersurai coklat kelebihan tinggi itu.
dia tidak menjawab, tetap berjalan sambil menarik paksa lenganku. menaiki satu demi satu anak tangga. sebenarnya dia mau membawaku kemana sih?
oke, akhirnya dia melepaskan tarikannya saat kami sudah sampai di tempat yang ia maksud, "loh? ngapain ke rooftop?" tanyaku heran.
"lo banyak tanya ya dari tadi. gapapa kalau mau nangis disini mah, ga bakal ada orang yang tau" ucapnya lalu duduk di lantai rooftop sekolah yang bisa dibilang bersih. ya memang sih, siswa-siswa disekolahku jarang sekali main ke rooftop, ahh bukan jarang lagi tapi tidak pernah.
"lo sering kesini?" tanyaku lagi sambil membuka bungkusan roti lapis yang tadi diberikan jisung, lalu duduk disebelahnya.
"ga sering sih, tapi lumayan" ujarnya.
aku mengangguk tanda paham, lalu menggigit ujung roti lapis keju ditanganku. jujur saja, aku benar-benar lapar, ingat? aku tidak jadi ke kantin karna harus mengganti seragamku yang kotor lalu memergoki lami dan guanlin? ahh sepertinya aku sangat sial hari ini.
"kok lo tau gue lagi galau?" tanyaku pada jisung yang sedang menatap nabastala cerah siang itu.
"gue kan cenayang" katanya singkat dengan ekspresi datar.
aku menatap jisung kaget "jangan bercanda ah, ga lucu" ucapku dan sedikit menjauhkan tubuhku darinya. beneran dia cenayang?
"ih beneran" seakan mendengar ucapan batinku, jisung menjawab dengan ekspresi yang sama.
setelah itu, jisung memalingkan pandangannya padaku yang mulai menjaga jarak darinya, lalu terkekeh konyol, "hahah lo percaya?" tanyanya yang membuatku semakin bingung.
aku mengangguk pelan kearahnya."ya enggaklah, lagian lo lugu banget dah gitu doang percaya" sambungnya yang masih sedikit tertawa. ahh dia mempermainkanku ternyata?
aku bernafas lega dan kembali memakan roti lapisku, sedikit dongkol dengan candaan jisung tadi.
hening.
"gimana ya? kita sama ra" ucapnya memecahkan keheningan.
"hm? m-maksuudnyaa" ujarku dengan mulut penuh.
sial, dia tertawa lagi, "habisin dulu itu yang dimulut, lo kalau lagi galau lucu juga ya"
aku menatap sinis laki-laki bernetra hitam itu.
"gue udah lama suka lami" sambungnya yang membuatku sedikit tercekat. "hah? gimana-gimana?" tanyaku spontan.
"gue udah lama suka lami, sejak kita smp" ujarnya memperjelas. memang, aku, jisung dan lami sudah saling mengenal sejak smp. "trus kenapa ga ngungkapin?" tanyaku penasaran.
"lo juga suka guanlin kan? kenapa ga ngungkapin?" bukannya menjawab pertanyaanku dia malah balik bertanya.
"eng..gue kan cewek, ya gengsi lah" ucapku sedikit salah tingkah.
"dulu gue ga tau cara ngungkapinnya, tapi pas tadi gue mau ngungkapin eh, malah keduluan sama guanlin" katanya dengan ekspresi agak kesal.
aku terdiam, tertunduk menatap kedua sepatuku. sekarang kami berada di posisi yang sama, sama-sama tak terbalas.
•
•
•
—tbcNew cast✨
Semoga suka dan jangan lupa tinggalin votmentnya^_^
GOMAWO YEOROBUN!!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Labyrinth | Park Jisung
Fanfictionᴜɴɪᴠᴇʀꜱᴇ ᴀɴᴅ ᴀʟʟ ᴛʜᴇ ᴄᴏᴍᴘʟᴇxɪᴛʏ ɪɴ ɪᴛ ©peachylucy