#1

487 52 6
                                    

Sepulang sekolah, Nanon berjalan sendirian menuju apartemennya. Dia melalui hari-hari biasa yang selalu begitu-begitu saja hingga...

BUGH!

Seseorang yang berlarian menabrak bahunya dari belakang.

"Auh...,"

Orang yang menabraknya tadi meringis karena tersungkur ke depan. Awalnya Nanon ingin marah tapi melihat dia yang hanya terhuyung sementara yang lain kesakitan, dia mengurungkan niatnya.

Orang itu menatap ke arah Nanon sekilas, "Sorry."

Itu katanya sebelum akhirnya bangun dan kembali berlari.

Nanon terperangah. Dia ingat pemuda itu memiliki mata sipit, wajah kecil, dan tertubuh mungil. Cukup tampan. Sampai akhirnya mata Nanon tertuju pada sebuah smartphone yang tergeletak di trotoar.

'itu pasti miliknya,' pikirnya, dia mencoba untuk mengabaikannya. Jadi dia selangkah melewati smartphone itu sebelum langkahnya berhenti.

'apa harus gue balikin ya?'

Tapi bagaimana? Bahkan pemuda tadi sudah hilang entah kemana. Tubuh ringkihnya itu berlari sangat cepat.

Alhasil Nanon meraih smartphone itu, memeriksa kalau ada kerabat dari pemuda tak dikenal tadi untuk ditelepon. Tidak memerlukan banyak usaha, smartphone ini bahkan tidak dikunci jadi Nanon bisa dengan mudah membuka panggilan. Dilihatnya riwayat panggilan terakhir adalah 'Grandpa', maka itulah yang dia panggil sekarang.

Tut....tut...clek!

Panggilan diangkat, ketika Nanon hampir berkata 'halo', suara orang tua tiba-tiba memotongnya.

"Chimon! Berani-beraninya kamu! Dimana kamu sekarang?! Hukuman belum berakhir dan kamu bahkan kabur dari rumah! Kamu....

Telinga Nanon berdengung. Jelas yang berteriak ini kakek tua, tapi kenapa dia berteriak tanpa jeda seolah energinya tidak pernah habis.

"...KAMU DENGAR?!"

Tut! Nanon mematikan panggilan sepihak. Telinganya sakit, dia yakin pemuda tadi sangat bermasalah. Tapi satu hal yang sangat penting sekarang. Bagaimana nasib smartphone ini?!

Alih-alih terlalu memikirkannya Nanon memasukkan smartphone itu kesakunya.

"Siapa tau nanti ketemu lagi," gumam Nanon.

Chimon pov

"Hah...hah...hah...,"

Gue udah lari jauh banget, dan sekarang gue capek. Kenapa gue lari? Sebab gue dikejar-kejar sama bawahan kakek gue! Mati gue kalo sampe ke tangkap.

Gue belok ke lorong sepi yang gelap, berharap semoga dewi fortuna berada di pihak gue.

Dengan kaki pincang, gue jalan ke sisi tempat sampah, mencoba untuk bersembunyi. Udah lapar, acak-acakan, sesat di kota yang bahkan gue gak tau. Lengkap sudah. Nasib gue abis ini gimana gue juga gak tau.

Sumpah, mau nangis aja.

Tap! Tap! Tap!

Siapa itu? Ada yang datang! Sialan mampus gue! Bisa mati gue kalau dihukum sama si tua bangka itu lagi!

Gue menahan nafas dan meringkuk seperti bola, mencoba menyamarkan diri di lorong yang gelap ini. Gue juga menutup mata, gue gak siap sama apa yang bakal menimpa gue selanjutnya.

Meong...

Kucing?

"Ketemu." suara itu. Suaranya terdengar asing tapi gue terlalu takut membuka mata.

NaMon! Our Love Story!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang