Beginilah keseharian Nanon yang berubah 180°. Jika dulu kesehariannya begitu membosankan, dengan hadirnya Chimon hidupnya lebih berwarna. Di pagi hari, Nanon akan bangun lebih dulu dan memasak sarapan lalu pergi ke sekolah. Sepulangnya dari sekolah dia akan mendapati Chimon sudah memasak dan mulai menggodanya lagi. Begitulah sirkulasi kehidupan Nanon untuk saat ini, entah sampai kapan ini bisa bertahan.
"Non?"
"Hn?" tanya Nanon balik, dia tengah makan sementara Chimon sibuk mencuci piring.
"Itu...gue engga pernah liat lo bawa temen ke rumah, lo engga punya temen apa gimana?" Chimon melanjutkan, "...padahal lo itu ganteng, tinggi, tajir...apa lagi? Kayaknya udah semua deh. Eh lo punya pacar engga?"
"Lagi engga mau pacaran," sahut Nanon, singkat.
Chimon berdecih, "Halah sok jual mahal, gue tau yang suka sama lo pasti bejibun."
"Nah itu tau," balas Nanon, percaya diri. Setelah makan, dia berjalan ke wastafel lalu meletakkan piring disana.
Di tengah cucian piringnya, tangan besar Nanon tiba-tiba menyerobot di keran tempat Chimon membilas piring, "Misi dulu sayang~" ujarnya, menyeringai.
Chimon mendesah pelan, pasalnya Nanon tuh ganteng banget kalau lagi senyum, mau marah aja enggak jadi.
Nanon tertawa melihat wajah jengah Chimon lalu berkata, "Sini gue bantu."
"Oh boleh~" ujar Chimon segera mencuci tangannya, "...silakan cuci semuanya sayang~" lalu berlari meninggalkan Nanon di wastafel. Tapi belum sempat menjauh, Nanon sudah menangkap tangannya.
"Eits tunggu gue bilang ngebantu bukan ngambil alih tugas lu," Nanon tersenyum licik.
"Tapi gue rela kok elo gantiin tugas gue," Chimon memelas, sayangnya Nanon tidak goyah dan malah menarik Chimon dengan mudah.
"Udah, elo bilas gue yang nyuci," Nanon memutuskan.
Chimon melirik wajah tampan Nanon dari samping, kelihatannya Nanon senang hari ini. Itu terlihat jelas di mukanya, dia tersenyum. Bahkan pertama kali mereka bertemu Nanon tidak sebahagia ini.
"Huft...," Chimon menghela nafas. Posisi telah terbalik, entah kenapa sekarang malah Nanon yang suka genit dan menggodainya.
Keesokan harinya, Chimon bangun lebih pagi. Nanon yang menyaksikan ini juga tidak percaya, biasanya Chimon akan tidur sampai dia berangkat sekolah.
Sekarang? Bukan hanya sudah mandi, Chimon bahkan memasak sarapan di dapur. Membuat hati Nanon semakin berbunga-bunga hari ini. Apalagi menonton Chimon memasak itu sangat menyenangkan menurut Nanon. Melihat jari lentiknya memotong sayur membuat hati Nanon bergetar, dia tidak sampai hati jika jari-jari terluka.
Nanon berdiri, mencoba untuk membantu Chimon, "Biar gue bantu motong...---
Tak! Tak! Tak! Tak! Chimon memotong dengan cepat dan mahir sampai Nanon terperanjat kaget.
Nanon menelan ludah.
"Sini deketan biar gue potong lo kayak sayuran tadi," ujar Chimon menyeringai.
Sayang, bukannya merasa takut, hati Nanon tergelitik dan ingin memeluk pinggang ramping Chimon.
Tapi...kurang ajar kali ya nanti Chimon malah ngira dia macam-macam, pikir Nanon, mendesah frustasi.
"Gue mau bantuin apa kek, bilang aja," Nanon menawarkan diri.
"Coba lo jalan ke meja makan dulu," suruh Chimon, menunjuk meja makan dengan dagunya.
Nanon menurutinya, "Terus?"
"Duduk disana tungguin gue selesai masak." Chimon berkata begitu, dan tidak ingin perkataannya diganggu gugat.
KAMU SEDANG MEMBACA
NaMon! Our Love Story!
FanfictionPemuda itu berlatar belakang engga jelas, dan aku malah membiarkannya tinggal dibawah atas yang sama - Nanon K Heran juga sih, kenapa orang itu terlalu baik sampai mengundang orang asing ke rumah. Dibanding latar belakangku, dia bahkan lebih engga j...