|1|

1.3K 58 0
                                    

"Pada akhirnya apa yang tidak menjadi takdirmu tidak akan pernah bisa kamu miliki"

•••

"Sinetron Let Me In memang telah menginjak babak akhir, namun kedekatan tokoh utama yakni Topan Ramadhana dan Sherly Feliana tetap membara meski layar sinetron telah ditutup. Kalau selama bertahun-tahun dua artis ini hampir setiap hari bertatap muka dilokasi syuting. Kini Topan dan Sherly harus rela memendam rindu satu dengan lainnya karena terpisah jarak dan waktu. Meski Topan dan Sherly sudah jarang bersua, namun bukan berarti jalinan komunikasi kedua teman dekat ini—"

Tak!

Gadis dengan rambut terurai sebahu itu melemparkan asal remote yang di pegangnya. Memandang layar hitam didepannya dengan kesal.

"Gosip kalo gak ada mereka berdua gak laku apa ya? Bosen gue lama-lama liat berita mereka"sungutnya.

"Yaudah lo gak usah nonton tv, bereskan?"sahut temannya yang datang dengan piring berisi makanan dikedua tangannya.

Adisya Pramanda, gadis dengan rambut sebahu itu merenggut kesal. Mengambil piringnya dan memakannya dengan perasaan dongkol.

"Lagian lo kenapa benci banget sih kayanya? Emang pernah ketemu sama mereka?"

Adisya menggeleng, "kesel aja gitu gak tau kenapa"

Anne tertawa, 2tahun bersama Adisya sudah cukup mengenal sifat tempramental gadis itu. Cukup menggelikan jika sudah menyangkut artis yang sedang naik daun, Topan Ramadhana.

"Aneh tau gak sih"

Adisya tak menghiraukan perkataan Anne. Ia berdiri dan melangkah ke wastafel untuk meletakkan piring kotornya.

"Gue mau ke kantor. Lo masih lama berangkatnya?"tanya Adisya

Anne mengangguk, "sejam lagi paling gue jalan. Kok lo pagi banget?"

Adisya meletakkan botol minumannya diatas meja, "karena itu gue makin benci aja sama badai. Gara-gara dia gue harus berangkat pagi buat siapin semuanya"

Badai adalah panggilan Adisya untuk Topan. Adisya merasa bebas jika dirinya mengumpati saat kesal dengan Topan.

Anne yang sudah mendengar segala umpatan tersebut hanya geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan segala kebencian Adisya terhadap Topan.

"Kenapa emang sama dia?"tanya Anne.

"Lo gak tau? Dia bakal pemotretan produk kita"ujar Adisya.

"Iya tau gue. Tapi kenapa gara-gara dia lo harus dateng pagi?"

Adisya berdecak kesal, "gue penanggung jawab pemotratan kali ini. Kenapa harus gue sih, kenapa gak lo aja"

Anne tertawa, "nasib lo kali ini buruk"

"Sialan. Lagian kenapa sih meetingnya dadakan kemarin? Jadi telat kan gue"

"Apanya yang mendadak? Udah dikabarin dari pagi juga kalo abis makan siang meeting, makanya cek ponsel lo"

"Alah udahlah gue mau berangkat aja"putus Adisya berlalu. Memakai sepatunya dengan cepat dan keluar dari rumah dengan perasaan dongkol.

"Heran gue kenapa Anne seakan ngebela dia sih? Atau jangan-jangan mereka kenal? Ah gak mungkin. Mereka lah kenal"gerutu Adisya.

Adisya memasangkan earphone ketelinga selagi menunggu bis datang.

"Oh atau jangan-jangan Anne fansnya?"

Adisya menggeleng, merasa tidak yakin jika Anne fans badai. Setiap kali ia mengumpati badai, Anne tidak pernah berkomentar.

"Kenapa gue yang pusing mikirin? Bodoamat lah"

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang