SAM,LILY,UGD

736 48 2
                                    

Fadlan menarik windi dari duduknya, memeluk erat adiknya yang tampak kedinginan karena terlalu lama di luar tidak menggunakan mantel.

Windi masih terdiam dalam rasa keterkejutan nya, windi tidak menyangka kalau fadlan dan suga mencari dirinya.

Windi kira, semuanya akan bahagia jika tidak ada windi. Semua orang dirumah tidak akan mencari dirinya kalau ia di rumah dan semua orang akan merasa tentang karena sudah tidak di repotkan oleh windi.

"Pulang de, kakak kangen. Jangan pergi dari rumah kaya gini, jangan bikin kakak khawatir" Ucap .

"Pulang" Suga berbicara dengan dingin. Ia ingin memeluk windi juga sama seperti fadlan yang saat ini memeluk windi, tapi ia seakan kecewa pada dirinya sendiri karena membiarkan adiknya terlalu lama diluar. Membiarkan adiknya pergi dari rumah, dan membiarkan adiknya mendengar kata-kata menyakitkan.

Windi tersadar, lalu perlahan ia melepaskan pelukannya dengan fadlan. "Pulang aja ka, aku ngga punya rumah untuk pulang" Fadlan mengepalkan tangannya.

Pun begitu juga yang dilakukan oleh suga.

"Pulang" Sekali lagi nada dingin terdengar dari suga.

Windi menggeleng, tangannya mengambil tas yang tadi ia letakkan di kursi samping tempat ia duduk. Menyampirkannya ke pundak "dari dulu sampai sekarang aku memang selalu menyusahkan, jadi sekarang aku putuskan untuk tidak menyusahkan orang yang dekat dengan ku. Pun aku juga tidak mau membuat orang asing merasa kerepotan akan kehadiran diriku"

Tubuh dua lelaki berwajah tampan itu menegang, mereka berdua membeku. Adik mereka berdua menganggap mereka 'orang asing'

Ketika windi mulai melangkahkan kakinya untuk pergi, suara seseorang membuat langkahnya terhenti.

"Pulang windi, geraldi kecelakaan"

"Kalian semua hanya orang asing sekarang, jadi aku sudah tidak perduli apapun itu" Kakinya kembali melangkah, setelah mengatakan hal itu.

Langkahnya teramat berat, ia khawatir setengah mati. Windi ingin melihat keadaan geraldi, ingin ada di samping geraldi di saat geraldi sakit. Tapi, keinginannya tidak akan terwujud.

Karena, mulai sekarang. Dia tidak bisa di gapai dengan tangan, kata-kata ataupun perhatian.

Mulai saat ini, dia benar-benar memilih untuk menjauh dan tak kembali lagi.

----------------🍂----------------

Salju memang turun dengan lebat, mengakibatkan jalanan menjadi licin.

Seseorang sedang mengendarai mobilnya dengan teramat cepat.

Tidak perduli dengan kondisi jalanan, ia tetap melajukan mobilnya dengan perasaan khawatir.

Sampai ketika di persimpangan jalan, ada sebuah mobil yang melaju dengan kencang juga. Dua mobil yang sama-sama kencang itu bertabrakan, mengakibatkan dua pengemudi didalam mobil masing-masing terluka parah dan segera di bawa ke rumah sakit oleh orang-orang yang melihatnya.

"Maafin sam ly" Pandangan nya gelap. Dan geraldi tidak sadarkan diri.

Ya orang yang mengalami kecelakaan itu adalah Geraldi.

-------------------🐤------------------

Para anggota keluarga sedang berkumpul di depan  ruang UGD. Mereka menunggu dengan harap-harap cemas.

Sudah 4 jam geraldi masuk kedalam ruang UGD bersama dengan dokter dan para petugas lainnya.

Namun, belum ada tanda-tanda geraldi akan keluar.

"Pah" Panggil Aksa.

Mahendra melihat Aksa, "yh nak kenapa? " Tanya mahendra.

"Ade belum pulang juga, di luar salju makin turun dengan lebat. Aska khawatir kalau ade kenapa-kenapa pah"

"Papah juga khawatir , kita doakan saja semoga ade ngga papa di luar sana dan semoga kakak kamu juga cepet keluar dari ruang UGD"

Lalu setelahnya mereka kembali terdiam.

---------------❄----------------

Ranjang pasien di dorong oleh para perawat, seorang gadis terbaring dengan wajah super pucat di atas ranjang pasien itu.

Gadis itu adalah windi.

Windi ditemukan sudah pingsan di dekat terminal bus oleh supir bus yang baru saja akan pulang setelah bekerja seharian.

Ranjang itu terus di dorong menuju ruang UGD.

Sampai, pada akhirnya ranjang yang di atasnya windi sedang tertidur itu melewati keluarga anugrah dan adidaya yang sedang duduk.

Mata mereka semua sukses membulat sempurna, yerin berdiri menahan para suster yang akan segera masuk ke dalam ruang UGD.

Ia berdiri guna memastikan, benar atau tidak kalau yang ia lihat adalah windi adik perempuan nya atau bukan.

"Ade" Ucap yerin dengan lirih.

"Maaf, pasien harus segera ditangani karena sudah mengalami hipotermia. "

Yerin menyingkir, membiarkan para suster mendorong masuk ranjang pasien tersebut kedalam ruang UGD.

"Pah, putri kecilku. Kenapa dia masuk kedalam sana? " Tanya Freya pada Fidel.

Semuanya masih membeku "pah jawab mamah. Kenapa putri mamah di bawa kedalam ruangan ini? Pah kenapa?"

Yerin memeluk freya, menangis bersama.

"Putri kecil papah, sayang" Ucap Fidel lirih

Sama seperti Fidel semua orang yang melihat windi juga sama kagetnya.

"Kak, ade" Suga menarik fadlan kedalam pelukannya. Nyatanya fadlan lebih cengeng dari pada suga yang notabennya lebih kuat dan tidak mudah untuk menangis.

"Ade kita kuat Sa, dia cuma kedinginan dan ingin tidur sebentar"

Didalam sana, diruang UGD. Kedua anak keluarga anugrah sedang ditangani oleh dokter.

ALONE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang