Tidak bisa tidur sebelum mendengar hati bicara soal cinta. Setiap malam, bung, aku jadi teman setianya. Menulis deretan kata yang kadang indah kadang juga nggak enak dibaca.
Hubungan kami tidak selalu baik. Kadang aku lelah mendengarkan. Kepala mau pecah kalo harus selalu mencocokkan aksara dengan hati yang tersirat keinginannya.
Jari-jariku lemah kalo soal menuliskan mu akhir-akhir ini. Debar yang tadinya bisa dengan sepoi kunikmati sekarang jadi badai dengan topan berbentuk pedang. Mereka menghujam begitu keras sampai hatiku luluh lantak menyuarakan sakitnya.
Bung, begitu aku menyebutnya beberapa bulan yang lalu. Tangan ini, pernah menuliskannya dengan senyum yang merekah persis mawar yang baru mekar. Pernah juga menulisnya dengan gumpalan air yang akhirnya pecah dari mata.
Aku, selalu jadi orang yang menuliskannya. Lalu hari ketika dia ditulis tidak oleh tanganku, hari ketika aku membaca bung yang tidak lahir dari kepalaku.. rasanya tidak enak..
Aku tidak tau harus lewat mana melepas puluhan kupu-kupu yang terbang bebas di kepala. Sejak lama mereka terkunci disana padahal tidak ada nektar untuk dihisap apalagi taman bunga. Entah, mereka hidup dengan makan apa.
Aku tidak tau harus dengan apa membicarakan rasa sedang aku tidak punya suara.
lalu setelahnya kupu-kupu tadi bermetamorfosis jadi bulir-bulir putih sebagai bentuk peluh dari cinta yang tak mau utuh.
Kupu-kupu itu semoga cukup jadi bukti betapa aku pernah jadi manusia payah yang tidak pernah disediakan pundak untuk rebah.
Kupu-kupu itu semoga jadi saksi bagaimana aku pernah begitu bingung. Ingin berhenti berharap pada kemungkinan yang paling tidak mungkin, tapi tidak tau caranya.
Bung, apa aku harus melepas?
Sepertinya aku tidak pernah sekuat yang aku kira.Cintaku yang katanya tidak kenal lelah akhirnya sampai ke titik paling goyah.
Aku yang katanya sudah cukup dengan kamu dibumi saja nyatanya tidak pernah benar-benar cukup dengan itu.
Manusia selalu menuntut lebih.
Manusia selalu menuntut lebih.Benar memang bumi masih berputar seperti biasanya.
Matahari masih terbit dan terbenam, laut masih pasang dan surut.
Benar memang selain kamu semua tentangku masih baik-baik saja.Tapi bagian kecil tentangmu rusak membawa dampak luar biasa besarnya.
Aku bung, meski tidak bisa memilikimu tidak pernah mau kamu hidup di kepala yang lain.
Kamu, tetaplah tinggal di semesta raya milikku. Tetaplah menetap di sana sebab aku tidak akan membiarkan mu kekurangan apa-apa.
Aku,
Yang sedang melepas kupu-kupu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untuk yang tersayang Dari yang terbuang
PoetryHai. Selamat datang di ruang berantakan milikku. Tempat sepi yang kusebut hati. Tak perlu bawa apa-apa, kau ada saja rasanya sudah luar biasa gila. Siapapun yang datang, asal dia dituntun Tuhan, akan diterima di rumah ini. Dijamu dan hidangkan seisi...