Hari demi hari berlalu, penolakan Tavisha terus terbayang dalam ingatan Mario. Dia telah memakai cara yang halus, tapi Tavisha malah membuatnya terlihat seperti sampah. Mario tidak percaya ada manusia yang tidak membutuhkan uang di dunia ini, karena sejauh yang dia temukan, semua orang rela berbuat apa saja demi mendapatkannya.
"Papi, sedang apa di sini?"
Sella tiba-tiba muncul dan membuyarkan isi kepala Mario. Saat berhadapan dengan Putrinya, dia seperti kapas putih yang lembut. "Papi sedang bekerja, sayang. Sini, temani Papi," panggil Mario pada Sella yang masih berdiri di ambang pintu.
Sella pun berlari mendekati Papinya. Melihat seorang wanita di layar laptop sang Papi, dia pun bertanya, "Tante ini siapa, Pi?"
Mario ikut menoleh, lalu tersenyum tipis. "Bukan siapa-siapa, dia rekan kerja Papi, sayang." Ditutupnya foto itu sehingga layar kembali beralih pada pekerjaannya. "Kamu kenapa belum tidur?" tanyanya sambil mengangkat Sella ke pangkuan.
"Besok, kan, hari minggu. Sella masih mau terjaga. Boleh, kan, Pi?"
"Boleh, tapi jangan terlalu malam, ya. Nanti kamu sakit."
"Iya, Papi." Sella pun mengotak-atik laptop Mario, mencari game yang biasa dia mainkan.
"Apa menariknya permainan ini?" tanya Mario.
"Banyak hal yang bisa dilakukan dalam permainan ini, Pi. Kita bisa membangun rumah, menemukan teman, bercocok tanam, sampai bertemu hantu."
"Hantu?"
"Iya, semacam zombie, Pi. Mengerikan. Sella takut kalau mereka sudah datang. Pasti kalah." Seperti anak kecil pada umumnya, cara Sella bercerita sangat lah polos dan hidup.
"Hahaha, kamu tidak perlu takut, itu hanya sebuah permainan. Di dalam dunia nyata, zombie itu tidak ada."
"Benarkah, Pi?" Mata Sella membulat seakan tak percaya.
"Papi tidak pernah berbohong."
Sella terlihat senang.
Mario kembali teringat pada Tavisha saat Sella mengabaikannya. Perkataan wanita itu, terus saja terngiang-ngiang di telinga. Seorang Mario tidak pernah terima diabaikan, maka dari itu dia berniat membuat Tavisha menganggap dirinya ada meski dengan cara yang kasar.
***
Keadaan laundry semakin sepi, semua langganan memutuskan tidak lagi mengirimkan cucian kotor ke sana. Saat ditanya, rata-rata jawaban mereka sama, yaitu keadaan ekonomi sedang sulit sehingga ingin mencuci sendiri saja.
Benar-benar aneh.
Dua karyawan Tavisha juga berhenti tiba-tiba, padahal dia memperlakukan keduanya dengan baik dan bahkan tidak pernah telat memberikan gaji. Bahkan Tavisha sudah bilang, kalau pun omset menurun, mereka akan tetap digaji.
"Kenapa jadi sepi gini ya, Yah? Padahal kemaren kita lagi rame-ramenya banget."
"Apa harga yang kita tawarkan terlalu mahal? Gimana kalau kita kasih promo menarik, Tav?"
Tavisha menggeleng lemah. "Sudah dicoba, Yah, tapi nggak berhasil. Malah, Tavisha kasih free setrika setiap cuci di tempat kita. Tetep aja mereka nggak mau."
"Ya sudah lah, mau bagaimana lagi. Mungkin belum rezeki kita, sabar aja." Haris berdiri dan masuk ke dalam rumah.
Tavisha menopang dagu dengan tangan dan memandang ke luar. Jalanan di depan rumahnya begitu lengang, sampai sebuah mobil mewah berhenti dan membuat Tavisha senang bukan main. Pasti pelanggan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire
RomansaDitinggalkan mantan istrinya karena tidak bisa memuaskan dalam hubungan seksual mereka, Mario Abimanyu ingin membuktikan bahwa Jennifer salah. Tapi, satu pertemuan dengan Tavisha, Mario tahu, dia adalah wanita yang Mario butuhkan. *** Saat ditinggal...
Wattpad Original
Ada 2 bab gratis lagi