Siang itu, keluarga cabang Marquees Haruno datang mengunjungi mansion tempat Sakura tinggal. Mereka berkata hendak menjenguk Sasori yang dikabarkan sudah membaik setelah terluka saat perang.
Sakura menjamu keluarga besarnya dengan sopan dan anggun. Sikapnya jelas menuai pujian dari berbagai pihak sebagai seorang lady dari keluarga Marquess.
Tepat saat Sakura beranjak menuju balkon untuk mencari udara segar, seorang perempuan lansia datang menghampirinya.
"Kamu sudah besar rupanya."
Sakura menatap perempuan tua tersebut sebelum memberi salam hormat. Ia adalah sepupu dari ibu ayahnya yang telah menikah dengan keluarga kerajaan dan menjadi ibu suri.
Sakura mengenalinya dari panggilan yang dialamatkan keluarga cabang pada wanita lansia tersebut. Sosok perempuan lansia ini bahkan tidak pernah muncul di dalam novel.
"Ibu Suri Mito," Sakura menyapa dengan senyum tulus.
Mito tersenyum melihat cucu dari sepupu terdekatnya yang sudah tiada. "Kedatangan keluarga cabang tentunya untuk mengetahui berita bahwa Sasori berhasil selamat dari maut benar adanya."
Sakura cukup terkejut mendengar ucapan langsung sepupu neneknya.
"Kematian pewaris Haruno jelas menjadi impian keluarga cabang untuk diangkat menjadi penerus selanjutnya."
Sakura paham arah perbincangan tersebut. Ia menatap ibu suri dengan ekspresi rumit.
"Sakura... dimanapun kamu berada, dengan siapapun kamu berdiri, hidupmu tidak akan pernah mudah," Ibu Suri Mito menatap perempuan yang dianggap cucunya dengan ekspresi sedih. Ia mengelus pipi Sakura lembut. "Bayangan buruk tersebut akan selalu mengejarmu."
Kening Sakura mengernyit tanda tidak mengerti dengan kalimat terakhir yang diucapkan sepupu neneknya.
Mito menghela nafas dengan berat. "Aku mendengar dari ayahmu bahwa kamu tidak ingin menikah dengan keluarga kerajaan," ucapan Mito tidak berhenti sampai disana, "Meskipun kekuatan summoner milikmu telah kembali."
Sakura terkejut dengan cepat. Ia mundur selangkah, membuat telapak Mito yang semula berada pipinya menyentuh udara kosong.
Sakura jelas tidak salah mendengar. Perempuan di hadapannya mengatakan bahwa kekuatan miliknya telah kembali, bukan bangkit. Seolah ia telah mengetahui sejak semula bahwa kekuatannya tersegel.
"Kamu tidak bisa merahasiakannya dariku, sayang," Mito tersenyum tipis. Ia menarik tangannya yang tidak lagi menyentuh pipi Sakura. "Apa kamu tahu mengapa aku berada di kediamanmu?"
Sakura menggeleng. Meski begitu matanya memicing tajam. Ia tidak mengetahui perempuan di hadapannya ini merupakan kawan atau lawan.
"Pedang Totsuka telah memilihmu, Sakura," Mito menjawab dengan nada tenang. "Aku dapat melihat mana-nya yang terpancar dari balik gaunmu."
Sakura membenarkan dalam hati ketika melihat manik mata Mito menatap ke arah kakinya dengan lekat. Ia memang menempatkan pedang yang telah menjadi belati tersebut di paha kanan bagian luar.
"Setelah bertemu dengan wadah selanjutnya, tugasku untuk menjaga pedang Totsuka yang diamanatkan pada keluarga Haruno telah selesai."
Sakura masih mendengarkan. Ia mencerna informasi yang tidak muncul di dalam novel sama sekali sembari menyusun pemikirannya sendiri.
"Sebagai pemegang pedang Totsuka di masa kini, sudah menjadi takdirmu untuk menikah dengan keturunan utama keluarga Otsutsuki, Lady Sakura."
Mata Sakura membulat. Keturunan Otsutsuki yang disebutkan oleh Ibu Suri Mito merupakan keluarga kerajaan Alamanda.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE ANTAGONIST'S LADY
خيال (فانتازيا)Terjebak di dalam novel yang baru dibacanya seminggu lalu, jelas membuat Sakura terkejut. Demi menghindar dari kemalangan yang akan menimpanya di akhir cerita, Sakura memilih jalan yang berbeda dari alur novel. Hanya saja... Semua tidak sesederhana...