STRANGE WOMAN

285 69 15
                                    

Wanita itu benar aneh. Apa hidupnya hanya diisi sama tangisan? Ini pertemuan ketiga kita dan gue harap, nggak ada lagi pertemuan selanjutnya.

- Adrian

. . . . .

"Maksud Kakak apa?"

"Airin kamu kenapa? Dan map ini kenapa?"

"Justru aku tanya ke kamu Kak, apa maksud semua ini? Kamu tiba-tiba ingin batalin kontrak kerja sama dengan Relation Jaya?"

Hardi diam pria itu mengalihkan pandangan.

"Aku mohon jangan seperti ini Kak ... aku tahu kamu sangat menyayangiku, tapi jangan mencampuri urusan pribadiku yang nggak berguna sama sekali dengan urusan pekerjaan. Kontrak kerja sama dengan Relation Jaya tinggal empat bulan lagi, aku nggak mau Kakak batalin."

"Dinda sudah cerita semua tentang kamu bertemu Adrian setelah enam bulan berlalu. Dia cerita bagaimana keadaan kamu, apa kamu pikir Kakak nggak sedih?!"

Hardi beranjak berdiri dari kursi pria itu memunggungi dirinya. Lebih memilih melihat suasana kota dari lantai tujuh gedung kantornya.

"Maafkan aku sudah bikin Kakak khawatir, tapi ini hidupku dan aku masih berusaha lupakan Adrian, aku hanya perlu waktu ..."

"Setelah kontrak kerja sama berakhir akan Kakak pastikan kamu nggak bertemu dengan dia lagi. Agar kamu bisa bangkit dari kesedihan dan cari pendamping hidup baru bisa menuntun kamu ke arah bahagia, itu doa tulus Kakak untukmu."

Airin tersenyum penuh haru dia memeluk Hardi mengucapakan banyak terima kasih.

. . . . .

Adrian menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang kerja. Setelah sibuk membeli dan mengatur bahan persediaan masak pria itu kelelahan hari ini.

"Mom tetap nggak izinkan kamu, untuk tinggal kembali di apartemen."

Adrian tersenyum, "Mom, untuk saat ini aku nggak ingin bahas masalah ini. Aku yakin Mom nggak akan berhenti bicara."

Astrid tersenyum, "Ya udah Mom bahas yang lain aja. Mom ingin kamu masak -" Perkataan wanita itu terhenti karena melihat jari tangan anaknya.

"Cincin kamu mana Adrian?"

Pria itu tersenyum, "Di laci meja kamar Mom. Aku lupa pakai kembali saat selesai mandi pagi tadi."

"Kebiasaan kamu, jangan diletakkan sembarangan nanti hilang."

"Oke,"

"Panggil pegawaimu Mom lapar. Pesanin menu makanan mumpung Mom lagi berkunjung ke restoran kamu."

. . . . .

Jam sudah menunjukkan pukul 17.35. Airin tidak langsung pulang ke rumah dia singgah terlebih dahulu ke supermarket. Ada beberapa persediaan rumah yang habis dan dia ditugaskan untuk membelinya.

Saat sibuk memilih biskuit enak untuknya dan yang bisa Biyan makan juga, sebuah tangan terulur di sampingnya Airin yang kaget menoleh.

"Kita ketemu lagi." Sapa seseorang Airin kenal membuatnya menjadi kaku dan tidak bisa beranjak pergi. Matanya fokus menatap mata itu mata yang sangat dia rindukan.

"Gue mau minta maaf soal nggak sengaja tabrak lo."

Pandangan Airin mulai mengabur karena air mata.

"Elo nangis? Lo nggak apa-apa?"

Airin benar merindukan semua yang ada pada Adrian. Wajah, mata, senyum, suara bahkan pelukan. Hingga dadanya sekarang terasa sesak menangis dalam diam.

"Gue udah minta maaf nih, jadi urusan lo mau maafkan atau nggak terserah."

Adrian semakin bingung wanita di hadapannya tidak bicara tapi justru menangis.

"Ini pertemuan ketiga kita secara nggak sengaja. Tapi lo selalu nangis apa gue ada buat salah? Gue baru ingat, omongan gue waktu pertama kali kita ketemu di pantai itu, kan? Yang gue bilang kalo lo mau bunuh diri, lo bakal jadi hantu gentayangan di sana? Gue tarik lagi nggak jadi ngomong gitu maaf ya?"

Airin tersadar dari rasa rindu terhadap Adrian segera menghapus air matanya lalu pergi dari hadapan pria dia cinta. Tanpa tahu dan mengerti karena meninggalkan Adrian dengan segala kebingungan terjadi.

"Wanita itu benar aneh. Apa hidupnya hanya diisi sama tangisan? Ini pertemuan ketiga kita dan gue harap, nggak ada lagi pertemuan selanjutnya." Gumam Adrian kemudian mulai sibuk dengan biskuit akan dia berikan untuk kedua orang tuanya.

. . . . .

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang