REMEMBER EVERYTHING

316 40 13
                                    

Semua rasa penasaran telah terjawab dan karena hal itu, sekarang aku mengingat semuanya.

- Adrian

. . . . .

"Hei! Tunggu!"

Adrian mencoba memanggil dan melihat seseorang yang berdiri membelakanginya dari jarak beberapa meter di depan sana. Adrian terus berusaha memanggil tetapi saat didekati dia justru berjalan semakin menjauh.

Melihat suasana sekitar dan baru menyadari dia berada di sebuah padang ilalang yang luas. Adrian tidak mengerti kenapa bisa menginjakkan kaki di sini sementara seorang wanita asing di depan sana juga berada di lokasi ini bersamanya.

"Hei! Tunggu! Bisakah kamu berhenti sebentar dan tunjukin siapa dirimu?!" Teriaknya mulai frustasi.

Bukannya menjawab wanita asing itu kembali melanjutkan langkah kakinya. Hal itu membuat Adrian kelelahan dan tetap kembali mengejar karena rasa penasaran jauh lebih besar dari hanya sekedar rasa lelah itu sendiri. Sampai pada titik di mana dia tidak sanggup lagi mengejar akhirnya wanita itu tiba-tiba saja berhenti berjalan.

Sekarang jarak mereka cukup dekat membuat Adrian bisa mengatasi, jika wanita asing itu kembali mencoba pergi dari hadapannya maka akan mudah baginya untuk meraih tangan itu.

"Siapa kamu? Kenapa kamu selalu muncul di setiap mimpiku?"

Hembusan menyegarkan dari angin serta kicauan burung sedikit membuat perasaan Adrian tenang. Meskipun panik masih menguasai karena dia terjebak di tempat yang asing seperti ini bersama seseorang tidak dia kenal.

"Apa mau kamu? Katakan sekarang karena aku benci pada situasi dan sosok dirimu selalu datang menghantui. Siapa dirimu? Katakan?!"

Apa yang diinginkan Adrian akhirnya terwujud. Wanita itu mau mendengar perkataannya. Melihat dia mulai memutar tubuhnya secara perlahan hingga Adrian dapat melihat jelas wajah tersebut.

Jantung Adrian berdebar kencang di luar kendali, dia mulai merasakan kesulitan bernapas secara baik, tidak dapat fokus dan seakan suasana di sekitarnya menjadi hening. Adrian menatap bingung tidak mengerti sama sekali karena pikirannya seakan tiba-tiba menjadi kacau. Melihat tidak percaya kepada wanita di hadapan sekarang menampakkan wujudnya yang tidak lain adalah,

"Airin?"

Berusaha menenangkan pikiran terutama rasa sesak di dada tiba-tiba datang menghampiri, "Apa maksud semua ini? Kenapa kamu ...?"

Wanita itu tersenyum lembut dengan sorot matanya berbinar bahagia. Tapi semua itu tidak bertahan lama mendadak sebuah kegelapan mulai menghampiri Adrian. Kegelapan mengambil Airin dari dirinya Adrian berteriak berusaha mengejar kegelapan akan mengambil Airin membawanya pergi.

Sekujur tubuhnya mendadak terasa sakit serta jiwanya seakan diambil oleh sesuatu tak kasatmata. Pikirannya mulai menampilkan bayangan-bayangan asing Adrian berteriak seakan dengan teriak bisa menghentikan semua. Kegelapan itu tidak boleh membawa Airin pergi itu sama sekali tidak boleh terjadi.

"Jangan!"

Tubuhnya tersungkur jatuh tapi masih berusaha kembali berdiri, berusaha mengejar agar dapat meraih wanita yang dia kenal.

"Jangan bawa dia pergi!!!!" Teriak Adrian terbangun dari tidur, napasnya naik turun serta wajahnya penuh keringat dingin.

"Airin ..." Pikirannya berusaha mengembalikan fokus dan baru menyadari bahwa barusan dia sedang bermimpi.

Dan suara-suara aneh itu kembali hadir begitu saja.

"Gue turut senang akhirnya sahabat gue bisa rasain bahagia lagi. Dua tahun hidup dalam penyesalan dan hampa, gue berusaha yakinin dia kalo lo bakal balik lagi tapi dasar dia nggak percaya."

"Gue benar nggak bisa sembunyikan perasaan luar biasa bahagia ini. Gue sangat mencintainya sampe pisah selama dua tahun gue hampir gila. Gue mau bilang ke dunia, betapa gue pria paling beruntung karna bisa dapetin hatinya."

"Saat nanti Airin udah jadi milik lo seutuhnya, awas aja kalo lo berani nyakitin dia lagi."

"Gue janji sama diri gue sendiri selalu buat dia senyum, ketawa, rasakan bahagia semua itu bukan tanpa alasan. Karna gue udah tinggalin dia tanpa kepastian selama dua tahun ini, gue harus bikin dia senang dan bahagia biar rasa bersalah gue ke dia perlahan digantikan dengan bukti tulus cinta gue ke dia."

Adrian mengerang kesakitan karena suara-suara itu muncul secara banyak dan memenuhi kepalanya. Suara-suara membuatnya merasakan sakit seperti di hantam sesuatu begitu keras mengenai kepalanya dengan rasa teramat menyakitkan.

"Airin Chintya Naufa, aku Adrian Rifainoharl ingin mengungkapkan seluruh isi hatiku selama dua tahun lebih lamanya kita nggak bertemu. Aku mencintaimu, menyayangimu, mengagumimu, perasaan ini masih sama bahkan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Dan hari ini tepat di depan menara yang kamu impikan izinkan aku, untuk mengungkapkan kata-kata ingin aku sampaikan Airin ..."

"Willst du mich heiraten?"

Semakin kesakitan bahkan Adrian menjambak keras rambutnya, dia jatuh berbaring menatap langit kamar dengan linangan air mata. Suara-suara itu menggema di telinga bersama banyaknya gambaran dirinya dan wajah Airin terpampang di hadapannya.

"Aku baru sadar kenapa kekasihmu itu pergi meninggalkanmu. Ternyata sifat aslimu seperti ini? Wajah polosmu hanya untuk menutupi semua kebohongan palsumu."

"Pria itu berarti bodoh, karena telah jatuh cinta padamu."

"Dia nggak bodoh ... dia begitu mencintaiku, dia adalah kenangan terindah aku punya, aku nggak akan pernah lupakan itu."

"Adrian, apakah kamu pernah sebelumnya mengenalku ...? Apakah wajahku nggak asing dalam ingatanmu? Apakah kamu nggak mengingat siapa aku? Apakah nggak ada sedikit pun kenangan tentangku dalam ingatanmu ...?"

Adrian tersungkur jatuh dari tempat tidur sambil memegang kepalanya dengan penuh kesakitan, tetapi hatinya justru sekarang lebih sakit dari apa yang terasa di kepalanya. Karena jiwanya telah hancur dengan tangisan penuh luka dan penyesalan secara mendalam.

"Apa yang telah kulakukan padamu, sugar ...? Apa yang kuperbuat selama ini? Aku telah menyakitimu dengan sangat, aku pria bodoh itu maafkan aku!!!!"

Sekarang dia mengingat semuanya, suara-suara aneh dan asing itu ternyata suaranya sendiri. Gambaran-gambaran aneh itu adalah dirinya dan Airin. Serta adegan kecelakaan menghampiri dirinya membuat pria itu menangis keras untuk meluapkan semua emosi dirasakan.

Dia selalu bertanya untuk sebuah kehidupan ada bagian kosong dalam hidupnya tidak dapat dia mengerti itu apa. Adrian terus mencari seakan firasatnya mengatakan bahwa ada kenangan yang hilang dalam ingatannya dan sekarang rasa penasaran terjawab dia sudah mengingat semua.

Pria berengsek yang sering dia katakan tidak lain adalah dirinya sendiri.

. . . . .

FATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang