Lagi dan lagi kejadian itu terjadi dan membuatku kehilangan!
~Fano~
Fidaus Pov
Halte bis ini masih sepi. Mungkin karena hari masih terlalu pagi. Aku kembali mengigat Fano. Aku tahu, dia sedang dalam masa terpuruknya. Hah... anak itu. Aku bersyukur dia masih bersamaku hingga saat ini. Mungkin jika dia orang lain mungkin dia akan memilih bunuh diri setelah mendengar vonis dokter seminggu yang lalu.
Ya, Fano telah hidup dengan satu ginjal dan jantung yang rusak dan aku baru tahu seminggu yang lalu. Betapa bodohnya aku. Hidup bersamanya 5 tahun terakhir harusnya aku tahu kesakitannya. Namun, aku lupa Fano adalah aktor yang sangat hebat.
"Karena tidak pernah melakukan pengecekkan dan pengobattan apapun jantung saudara Fano semakin rusak dan kita harus mencari pendonor secepatnya. Dan jangan lupakan ia hidup dengan satu ginjal. Tentu kita tak mau mengambil resiko. "
Penjelasan dokter itu kembali terngiang ditelingaku. Sebodoh itukah aku baru menyadari bahwa Fano sedang sakit? Hah... rasanya aku ingin mati saja dan memberikan jantungku padanya. Andai mati semudah itu pasti akan aku lakukan.
Aku hanya ingin Fano si penyelamatku dan malaikatku ada selalu bersamaku. Ya, dia penyelamatku dia pernah bercerita bukan? Bahwa dia pernah tidak sengaja menabrakku.
Namun, dia salah kecelakaan itu disengaja. Bukan oleh Fano tapi olehku. Hidup sebatang kara dan kelaparan lebih baik aku mati pada saat itu. Tak ada yang mengharapkanku keluargaku mengusirku dari rumah hanya karena kesalahpahaman. Nanti akan aku ceritakan itu.
Tin...tin...
Jalanan mulai ramai. Matahari pun kian mengagungkan cahayanya. Bis sebentar lagi datang. Aku bersiap dan mencoba focus aku tak mau ketinggalan bis lagi hanya karena melamun. Bisa-bisa aku dimarahi lagi sama bosku.
Tin...tin...tin
Suara klakson bersahutan menjadi pendengaranku kini. Bising dan membawa polusi namun, inilah kehidupan.
Aku mengedarkan padanganku dan melihat orang yang berlalu lalang di trotoar sebrang. Mereka terlihat sibuk dengan dunia masing-masing. Hingga pandanganku tertuju pada seorang wanita paruh baya yang baru duduk dihalte bis sebrang. Jika kalian bertanya kenapa ada dua halte bis maka ku jawab halte ini menjalankan bis yang berlawanan arah dan tujuan dengan bis disebrangnya. Ya, semacam jalan dua arah.
"Mama..." lirihku.
Hah... aku sudah lama tak melihanya sekitar 6 atau 7 tahun. Dia masih cantik dan bugar meski anak bungsunya yaitu aku telah berusia kepala dua. Aku ingin memeluknya namun aku sadar diri siapa aku dikehidupannya kini.
Dulu, dia sendiri yang mendorong bahuku agar menjauh darinya...
Flash back
Saat itu aku baru pulang dari sekolah setelah mendapatkan surat SKHUN sementaraku. Ya, aku baru lulus SMA kala itu. Dengan senangnya aku pulang menenteng piala juara satu dikelas ya aku mendapatkannya. Hah Mama dan papa pasti senang apalagi ke dua abang kembarku mereka pasti siap memenuhi segala permintaanku ah aku tak sabar.
"Mama! Adek pulang!" teriakkanku mendominasi ruang tengah yang tadi ribut menjadi sepi.
"Eh... ada tamu." ucapku malu dan mendudukkan diri di sofa single yang kosong tepat disamping kursi yang diduduki seorang gadis berambut panjang yang menunduk dan aku tak tahu siapa.
"BISA KAU JELASKAN INI FIRDAUS ALGIFARI ANDARA!" aku tersentak mendengar bentakkan papa dan nama lengkapku yang dipanggilnya membuatku memucat seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
F A N O (Selesai)
Teen FictionSudah terbit!! Aku sudah bilang! Aku datang karena kalian memintanya. Aku pergi juga karena kalian memintanya. Jadi, jangan pernah menyesalinya! ~Fano~ Maaf... ~Aliandra Family~ Aku telah berkata kepada kalian, bahwa jangan pernah kalian mau bersama...