Kehidupan Baru

2.6K 200 2
                                    

Aku lelah tapi aku tak bisa melawan takdirku sendiri.

~Fano~

5 tahun kemudian

Tak terasa telah 5 tahun Fano pergi jauh dari jangkauan keluarga Aliandra. Dengan nama barunya Steffano Algifari. Ya, sebagai penyamaran karena takut suruhan Setiawan datang dan mencoba menyakitinya bukan lebih tepatnya menyakiti Fidaus yang tinggal bersamanya.

Selain itu, nama Steffano adalah nama yang dulu muncul dimimpinya. Hah... bahkan hingga saat ini ia tak tahu arti mimpi itu.

"Fan! Oy!" sentakkan Daus membuyarkan lamunan Fano.

"I-iya kak. Ada apa? Masakannya kurang enak?" tanya Fano khawatir kakaknya itu bosen dengan menu makannya. Karena jujur siapa yang tidak bosan makan tahu dan tempe setiap hari meskipun Fano memasaknya dengan cara yang berbeda setiap harinya.

"Tidak kok tempe oreknya masih sangat lezat. Kakak hanya ingin bertanya kenapa kau tak makan?" tanya Daus binggung. Ya, Fano memang sedari tadi hanya menatapnya makan tanpa memakan apapun.

"Ini enak banget loh Fan. Makan!" tawaran yang diakhiri perintah dari Firdaus hanya dibalas tatapan malas Fano.

"Heh kakak ingin membunuhku secara perlahan? Masakan itu terlalu banyak garam dan penyedapnya. Biarlah aku tak berobat dan meminum obat tapi, aku menjaga makananku dan mengusahakan satu ginjalku ini tak perlu bersusah payah menetralisir benda asing ditubuhku dan jangan buat jantungku berhenti secara perlahan!" jawab Fano kesal lalu pergi menuju kamarnya.

Entahlah saat dia mengingat kembali tentang keluarga Aliandra. Emosinya bisa tiba-tiba naik dan dia menjadi lebih sensitif.

"Eh eh Fan kakak minta maaf kakak lupa Fan!" teriak Daus seraya mencoba mengikuti langkah cepat Fano. Namun, ia terlambat gebraggan pintu yang ditutup keras kini menjadi suara yang ditangkap telinganya.

"Hah... anak itu pasti memikirkan keluarganya lagi." guman Daus seraya mencoba melanjutkan makannya.

*****

Tok...tok...tok

Ketukan pintu itu dilakukan oleh Daus ia ingin pergi ke tempat kerjanya jadi ia ingin pamitan kepada Fano.

"Fan, kakak pergi ke kafe yah jangan nakal kalo kamu mau ke toko jangan lupa pake jaket udara dingin diluar." setelah menyelesaikan kalimatnya Daus pun berlalu tanpa menunggu balasan si empu kamar.

Sedangkan didalam kamar Fano hanya bisa mendengarkan Daus diluar karena jujur tubuhnya melemas karena tadi sempat emosi mendengar perkataan daus. Dan karena itulah sikecil kembali berontak didada kirinya.

Hah...sampai kapan Fano harus seperti ini? Sunggu dia bosan dengan keadaan tubuhnya ini. Namun apa yang bisa ia harapkan? Tentu saja tidak ada. Dia hanya mencoba menjalani saja. Dan semoga kebahagiaan menjemputnya ya, semoga.













Huaaaa pendek hiks 400++ aku lagi baca work orang jadi lupa ama workku tapi keinget janji jadi aku usahain nulis tapi mentok disini gpp ya besok aku usahain panjang deh sebagai ganti hari ini. Ya ya ya aku mau lanjut baca dulu gpp yah?

Aku lagi lupa dunia nih hehehe







Sory for typo













Spoiler buat besok

"Lagi dan lagi kejadian itu terjadi dan membuatku kehilangan."

"Kau ikut bersama kami nak!"







T.B.C

F A N O (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang