Kembali

2.2K 165 2
                                    

Kami berdua disatukan karena kami sama-sama sendiri. Lalu jika kini kami tak sendiri akankah kami berpisah?

~Fano & Firdaus~

"Iya siapkan semuanya. Pastikan semua lengkap dan jangan ada kesalahan satu pun ingat itu!" ucap Setiawan seraya mengakhiri sambungan telpon itu.

Ia lalu melirik seseorang disebelahnya yang dibalas senyuman oleh orang itu. Hah akhirnya keluarganya akan kembali lengkap meski si bungsu tengah sakit. Memikirkan itu Setiawan merasa bersalah. Telinganya dengan jelas mendengar penuturan dokter tadi.

"Jantungnya telah rusak. Kita harus segera mendapatkan jantung baru untuk putra bapak."

Ini salahnya. Seandainya ia tak menyuruh putranya itu pergi mungkin keadaannya tak akan seperti ini. Keluarganya pun tak akan semakin saling menjauh dan diambang kehancuran. Namun kata seandainya percuma sekarang. Hanya penyesalan yang kini dihadapan.

Seperti tahu apa yang dipikirkan Setiawan. Orang itu memeluknya erat dan terus mengatakan 'ini bukan salah Ayah'

*****

"Luka bekas operasi telah kering, dan tubuhnya juga menerima dengan baik ginjal baru itu. Namun yang jadi masalah adalah mentalnya. Sebaiknya anda membawa pasien ke psikiater."

Penjelasan dokter itu kembali ia ingat membuat tubuh Setiawan kaku. Mental anaknya terganggu dan itu karena ulahnya. Hah tak cukup hanya itu kedua putranya yang lain menjadi gila kerja. Istrinya pun tenggelam dalam tangis kehilangan.

5 tahun berlalu bukan hal yang mudah untuk dilalui Setiawan. Bukannya membaik keadaan semakin buruk. Kedua putra sulung memilih pergi keluar negri dan menetap disana dengan alasan pekerjaan. Istrinya kini pendiam bahkan tak bicara sama sekali pada siapapun. Ia hanya berdiam diri dikamarnya dan keluar untuk sekedar masak untuk suaminya.

Dan Ryan ia pun sama berdiam diri dikamar Fano dulu dengan memeluk foto Fano dan jika ia diajak keluar atau foto itu tak ada dalam pelukannya maka ia akan histeris dan mengamuk. Hah keluarga bahagianya telah hancur oleh tangan dan ucapannya sendiri. Ia harusnya melindungi dan menjaga keluarganya namun ia malah menghancurkannya.

Hingga hari ini ia mendatangi kamar Fano. Dimana Ryan kini tengah menatap kosong entah kemana dengan sebuah figura didekapanya.

"Nak, kau ingin bertemu Fano?" tanya Setiawan walau ia tahu pertanyaan itu tak akan pernah Ryan jawab.

Namun, ternyata tidak. Ryan mengalihkan. Pandangannya kepada sang Ayah dan dengan mata berbinar ia mengangguk semangat.

"Ya, aku ingin bertemu Fano Ayah!" ujar Ryan semangat seperti anak kecil.

"Ta-tapi Fano disurga apa ayah akan mengantarkanku ke surga? Ayo ayah apapun asal aku bertemu Fano!" lanjut Ryan seraya menarik-narik ujung lengan kemeja Setiawan.

Setiawan hanya terseyum sendu. Putranya mungkin mengira ia akan mengantarkannya ke Alam lain. Namun, mana tega ia.

"Fano tak ada di surga, Nak." balas Setiawan.

"Jadi maksud Ayah Fano di Neraka?! Tidak! Fano orang baik jadi ia akan berada disurga!" bantah Ryan seraya memukul lengan Setiawan.

"Eh eh siapa bilang? Fano tak ada diantara tempat itu, Nak. Fano ada disini bersama kita." balas setiawan.

"Kalo Ayah bilang dihati, aku sudah bosan mendengarnya!" marah Ryan seraya memalingkan wajahnya.

"Tidak. Siapa yang bilang?" tanya Setiawan seraya mencubit pipi Ryan yang sedikit tirus.

"Terus Fanonya ada dimana?!" tanya Ryan tak sabar.

"Ada kok." balas Setiawan.

"Ah kalo Ayah cuma mau bohongin Ian pergi aja! Ian maunya ketemu Fano!" marah Ryan yang mulai kesal.

"Eum yakin nih Ayah pergi? Lihat deh ada orang tampan nungguin kamu." balas Setiawan seraya membiarkan seseorang masuk dan memeluk putranya erat.

"Abang..." bisik orang itu lirih ditelinga Ryan.

Tubuh Ryan sesaat mematung kala mendengar panggilan itu. Setelah sadar siapa yang memeluknya, ia langsung membalas pelukan itu dan menangis sejadinya.



















Ketemu deh. Maaf makin telat hehe... Happy Reading yah






Sory For Typo







T.B.C

F A N O (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang