⇝ ραят 4 ⇜

521 47 131
                                    

⚠️ Warning 🔞 ⚠️

Chapter ini mengandung unsur kekerasan, darah, dan adegan yang kurang senonoh untuk pembaca di bawah umur. Bagi pembaca yang merasa belum cukup umur, ingat kata tukang parkir, ya? Read on your own risk. Happy reading!

Disclaimer:
This Chapter was fully written by ddaeunp_ and youraraa_ as editor + just adding some scenes(?)

Seungsik baru saja selesai mengobati salah satu omega di dalam hood-nya, kemudian atensi lelaki tersebut beralih kepada para alpha yang tengah berlatih sparring di tengah-tengah village. Senyum manis terulas pada bibirnya, lalu pandangan Seungsik jatuh kepada sang pack alpha yang terlihat sibuk dengan dunianya sendiri. 

Dilihat dari beberapa alpha yang mencoba mengajak Seungwoo berbicara, sang Rey ternyata sama sekali tidak menggubris omongan mereka. Seungsik menjadi bingung, tumben sekali Seungwoo tampak diam dan juga terlihat bengong. Padahal biasanya lelaki tersebut selalu berbuat hal-hal tidak manusiawi yang membuat beberapa werewolf terlonjak kaget ketika tidak sengaja melewati hood milik sang Rey

Seungsik beranjak dari duduknya untuk menghampiri Seungwoo, lalu kemudian ia menepuk pelan pundak lelaki yang hanya diam termenung tersebut. Dan yang ditepuk pun langsung menolehkan kepalanya sambil tersenyum tipis. 

"Ada apa, Ssik?"

"Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"

Seungwoo menatap lurus para alpha yang tengah berlatih, lalu helaan napas terdengar dari sang pack alpha tersebut. Seungsik yang masih setia menatap Seungwoo merasa sangat yakin, pasti ada sesuatu yang membuat Seungwoo menjadi bertingkah seperti itu.

"Aku hanyaㅡ"

"Rey! Wah sungguh kehormatan bisa melihat kau di sini sedang memantau langsung para alpha yang tengah berlatih. Tumben sekali, padahal aku kira kau sedang melakukan hal yang mantap-mantap bersama dengan noon-nim di kamar."

Satu pukulan tepat mendarat di kepala Byungchan setelah omega tersebut menyapa Seungwoo dengan perkataannya yang sangat frontal, tanpa di-filter. Memang omega satu itu sangat minim sopan santun dan juga akhlak. Untung saja Seungwoo dan yang lainnya sudah terbiasa dengan perkataan dan tingkah laku Byungchan yang memang aneh itu.

"Apa kau ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi serigala guling, hmm? Aku akan dengan senang hati menjadikanmu serigala guling jika kau bersedia."

Seungsik menatap datar ke arah Byungchan, namun yang di tatap olehnya malah terlihat cengengesan dengan tampang tak berdosanya. Ia tidak tahu saja jika Seungwoo sedang tidak bisa diajak bercanda, kalau tidak ada Seungsik yang menanggapi perkataan Byungchan, mungkin Seungwoo sudah langsung menjadikannya serigala guling saat itu juga.

Untung Seungwoo sabar, untung Seungwoo menyayangi Byungchan, sehingga ia hanya bisa menghela napas kasar sembari mendengarkan ocehan mereka berdua dengan hati yang lapang dada.

"Hahaha, dagingku itu pahit sekali hyung, meskipun wajah dan senyumanku sangat manis sampai membuat kalian diabetes, tetapi tetap saja dagingku terasa pahit. Mau tahu alasannya? Soalnya aku sedang diet, hyung. Sejak kemarin aku hanya makan daun-daunan dari hutan. Jadi rasa dagingku dijamin pahit. Serius deh, hyung."

PHEROMONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang