Aku menemukan dua sepeda ini di depan sebuah apartemen di saat hari masih pagi.
Pagi masih basah embun. Jalanan lengang. Dua sepeda itu seperti terpaksa berdempetan karena kedinginan ditinggal pemiliknya.
Pemiliknya barangkali sepasang kekasih yang masih meringkuk di kamar apartemen. Hawa pagi yang menggigilkan tulang di musim penghujan di Indonesia menahan mereka agar tak beranjak dari ranjang yang tetap hangat oleh cinta.
Cinta bagaikan sepeda. Kita harus bersama-sama menjaganya agar tetap bertahan. Bukankah sepeda pun harus terus dikayuh oleh sepasang pedal biar bisa berjalan tanpa terjatuh?
Diperlukan sepasang pedal agar sepeda bisa dikayuh. Sepasang pedal bekerja sama di posisi masing-masing, di sisi kiri dan kanan, tanpa pernah menjadi satu.
Sepasang pedal itu mungkin perlambang bahwa tak semua hal harus bersatu untuk menjaga keseimbangan atau memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
Kurang lebih begitulah jalan yang kita tempuh. Seperti sepasang pedal, kita tak akan pernah bersatu. Kita hanya bisa bekerja sama untuk memastikan bahwa hidup kita berjalan seimbang, dan akan baik-baik saja. Selamanya.
______________________________________________
Yuk beri support pada tulisan ini, tinggalkan komentar atau vote agar penulis lebih semangat lagi. Terimakasih 🙏🏻
______________________________________________

KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA [Monolog]
No Ficción[Ongoing] Menceritakan hubungan yang rumit dan kisah hubungan jarak jauh yang berakhir kandas sebab diamnya sebuah hubungan tanpa kata.