12

1.2K 203 8
                                    

Pulang sekolah, biasanya Hoseok akan jaga rumah dan Hakyeon akan mengantar Jimin untuk terapi ke psikolog. Kondisi Jimin sudah tidak separah di awal. Gadis itu sudah mau kembali bicara lagi. Tapi terkadang dia masih suka ketakutan sendiri jika bertemu orang lain, terlebih yang tak dikenalnya.

"Eomma, aku dan Jimin sudah siap!"

"Sebentar, Hoseokie. Eomma sedang mencatat pesanan."

Hoseok dan Jimin pun menunggu di ruang tengah sambil menonton TV. Mendadak terdengar suara ketukan di pintu rumahnya. Jimin yang dari tak lepas memeluk Hoseok terpaksa melepas pelukannya karena Hoseok harus membukakan pintu.

"Ya?"

Hoseok menatap dua orang tua yang tampak tersenyum ke arahnya. "Ada yang bisa saya bantu?"

"Apa benar ini rumah Cha Hakyeon?"

Hoseok mengangguk. "Benar. Itu ibu saya. Silakan masuk, biar saya panggilkan dulu..."

Dua orang tua itu masuk ke ruang tamu bertepatan dengan Hakyeon yang keluar dari kamarnya. "Hoseok-ah? Siapa yang––" ucapannya terhenti saat melihat siapa tamu yang datang ke rumahnya. Raut wajah Hakyeon seketika berubah.

"Lama tak jumpa, Hakyeon..." sapa sang tamu laki-laki. Hoseok melihat bagaimana ibunya membungkuk sopan pada dua tamu itu. "Selamat siang..."

Segera Hoseok menuju dapur untuk menyiapkan minum serta makanan ringan untuk tamu ibunya itu. Jimin mengikutinya ke dapur. "Eonni. Siapa tamu-tamu itu? Aku lihat raut wajah imonim berubah. Beliau jadi nampak segan..."

Hoseok menggeleng. "Aku juga tidak tahu, Jiminnie. Oh, bisa bantu aku bawakan toples cemilannya?"

"Iya..."

Dua gadis itu menuju ruang tamu beriringan. Setelah meletakkan toples makanan ringannya, Jimin segera menyingkir dari sana. Dia masih takut bertemu orang tak dikenal. Sementara Hoseok memindahkan gelas minumannya ke hadapan dua tamu itu sambil tersenyum. "Silakan diminum..."

Pasangan suami istri itu menatap Hoseok dengan sebuah senyum kecil. "Terima kasih. Siapa namamu, nak?"

"Saya Jung Hoseok, nyonya..."

"Nama yang bagus." puji si lelaki. Hoseok hanya membungkuk hormat seraya mengucapkan terima kasih.

"Hoseok-ah, untuk jadwal terapi Jimin hari ini bisa tolong kamu saja yang temani Jimin? Eomma...tidak bisa meninggalkan dua tamu penting ini..."

Hoseok mengangguk patuh. "Ne, eomma. Aku dan Jimin langsung jalan kalau begitu..."

Hoseok mengambil tasnya kemudian mencium pipi sang ibu sebelum pamit pada dua tamu tak dikenal itu. "Saya permisi dulu..."

Hakyeon nampak was-was menunggu Hoseok dan Jimin sebelum akhirnya berdiri dari posisi duduknya yang kaku dan tegang. Ditatapnya dua orang yang dari dulu begitu membencinya itu. "Mau apa kalian kemari, tuan dan nyonya Jung yang terhormat?"

"Begitukah caramu menyambut kedua mertuamu?" nyonya Jung menyilangkan tangan di depan dada. Kesan angkuh begitu nampak dari ekspresi wajahnya.

"Dari awal kalian tak pernah mau menerimaku sebagai menantu. Jadi untuk apa aku menganggap kalian sebagai mertua?"

Hakyeon ingin melawan kali ini. Dulu dia selalu pasrah dan menerima saja ketika orang tua Taekwoon menghina dan merendahkannya. Untuk kali ini saja, Hakyeon ingin melawan. Dia tidak ingin terus direndahkan seperti itu.

"Kalau sudah tidak ada keperluan, silakan pergi dari sini."

Tuan besar Jung memandang Hakyeon yang dari tadi berusaha menekan emosinya. "Kau dendam pada kami?"

[NamSeok] ✔️ - Protect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang