10

1.3K 202 15
                                    

"Hoseok-ah, bisa temani ahjumma ke supermarket? Tadinya...aku dan ibumu mau buat kue, tapi ada bahan yang kurang..."

Hoseok yang baru saja berganti pakaian mengangguk ke arah Ken kemudian menghampiri ibunya di dapur. "Eomma, Ken ahjumma minta ditemani ke supermarket..."

"Kalau begitu temani saja, sayang. Eomma sekalian titip belikan kopi, ya? Persediaan kita sudah mau habis." ujar Hakyeon senormal mungkin. Dia tak ingin Hoseok sadar dengan kondisi mereka saat ini.

"Oke..." Hoseok mengecup pipi sang ibu sebelum pergi bersama Ken. "Ahjussi, aku pergi sebentar dengan Ken ahjumma, ya?"

"I-iya..."

Taekwoon tersenyum kaku seraya menatap Hoseok yang berjalan keluar diikuti oleh Ken. Pria itu lalu menoleh ke arah dapur, menunggu Hakyeon yang nampak enggan menemuinya.

Saat mendengar suara mobil Ken menjauh, Taekwoon beranjak menuju dapur dan melihat Hakyeon yang duduk di kursi dengan kedua telapak tangan yang menutupi wajahnya. Wanita itu tampak kacau.

"Kenapa kau tak pernah memberitahuku kalau kita memiliki anak, Hakyeon-ah?"

Hakyeon menjauhkan tangannya dari wajahnya yang sembab. Ditatapnya Taekwoon dengan tatapan sinis. "Untuk apa aku memberitahumu? Supaya orang tuamu bisa menghinaku? Supaya mereka bisa mengatakan kalau aku ini hanya perempuan miskin dan hina yang tak pantas bersanding dengan orang terpandang sepertimu?!" nada bicara Hakyeon meninggi. "Dan jangan pernah menyebut Hoseok sebagai anakmu! Dia anakku!"

"Tapi aku ayahnya, Cha Hakyeon!"

"Ayah Hoseok sudah mati!"

Taekwoon menatap Hakyeon tak percaya. "Apa maksudmu?"

"Dari dulu, aku sudah mengatakan pada Hoseok kalau ayahnya sudah mati. Aku tidak ingin Hoseok terus bertanya perihal ayahnya dan membuatku harus terbayang masa-masa buruk menikah denganmu dan harus menerima berbagai macam hinaan dari orang tuamu itu!"

Taekwoon melangkah maju kemudian memeluk Hakyeon erat. Tak peduli meskipun wanita itu terus memberontak.

"Kumohon maafkan aku, Hakyeon-ah. Tolong biarkan aku menebus semua kesalahanku. Aku tidak ingin kau pergi lagi dariku..."

Hakyeon menangis pilu dalam dekapan pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Ya, suami. Karena mereka pada dasarnya tidak bercerai secara hukum yang sah.

Dulu, Hakyeon yang sudah tak kuat dihina oleh kedua orang tua Taekwoon memutuskan pergi dari Seoul dan menghilang. Ia pergi ke Gwangju dengan bantuan teman-temannya di tempat kerja dan memulai kehidupannya yang baru di sana. Dan setelah beberapa minggu, barulah Hakyeon tahu kalau dia hamil anak Taekwoon.

Teman-temannya di Gwangju sudah memintanya untuk kembali ke Seoul dan memberitahu suaminya, tapi Hakyeon menolak. Dia lebih memilih membesarkan anaknya seorang diri daripada harus kembali dan bertemu dengan kedua mertua yang tak pernah mau menganggapnya hanya karena mereka berbeda 'derajat'.

Meskipun begitu, saat Hoseok lahir Hakyeon memutuskan untuk tetap memberi marga Jung untuk sang anak mengingat ayah kandungnya bermarga Jung. Hakyeon tak bisa mengingkari darah Taekwoon yang juga mengalir di tubuh anak gadisnya itu.

.

.

.

.

.

"Hoseok-ah, kamu lanjut pilih buah-buahannya dulu, ya? Ahjumma ingin ke toilet..."

Hoseok yang sedang memilih stroberi mengangguk seraya tersenyum manis. Ken bersyukur gadis itu masih tak menyadari apapun. Dia segera menuju toilet dan menghubungi Wonshik suaminya.

[NamSeok] ✔️ - Protect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang