19

1.6K 216 33
                                    

Hoseok berusaha tidak memikirkan apapun soal Taekwoon dan keluarganya. Saat ini dia memilih fokus dengan rencananya bersama Namjoon dan yang lain untuk menjebak Hani. Acara kelulusan semakin dekat, jadi Hoseok dan yang lain juga harus segera menyelesaikan persiapan mereka.

"Eomma, aku pergi dulu, ya?"

"Mau kemana, sayang?"

"Ke bioskop dengan Namjoon."

Hakyeon tersenyum kemudian mengangguk. "Tapi tunggu dulu sebentar." ucapnya seraya berlari ke dapur. Tak lama wanita itu kembali dengan sebuah kotak makanan susun tiga yang cukup besar dan memberikannya pada Hoseok.

"Nanti titipkan ini pada Namjoon, ya? Untuk keluarganya. Isinya macam-macam kimchi."

"Ne, eomma."

Hakyeon memeluk Hoseok kemudian mencium pipi anak gadisnya itu sayang. "Selamat bersenang-senang, Hoseokie..."

Hoseok tersenyum seraya mengangguk. Dia lalu pergi keluar, menunggu Namjoon yang sedang dalam perjalanan dan sebentar lagi sampai. Hakyeon sedikit lega anaknya itu tidak berlarut dalam kesedihan. Dia yakin Hoseok masih kecewa, hanya saja tidak mau menunjukkannya. Hakyeon juga bersyukur Hoseok memiliki teman-teman yang sangat menyayanginya dan selalu ada untuknya. Ia merasa, keputusannya untuk pindah ke Seoul tidak salah sepenuhnya, meskipun itu harus membangkitkan luka lama.

.

.

.

.

.

Hoseok dan Namjoon jalan-jalan santai mengelilingi pusat perbelanjaan sambil menunggu jam menonton mereka. Masih ada waktu satu setengah jam, jadi mereka memutuskan untuk berkeliling seraya menikmati minuman dan cemilan. Di sepanjang jalan, Namjoon tak henti menggenggam tangan Hoseok dan menggandengnya. Sikapnya yang begitu lembut pada gadis itu membuat orang-orang yang melihatnya hanya bisa menatap Hoseok penuh rasa iri.

"Hoseok-ah, mau foto bersama di photobox?"

Hoseok mengangguk senang. Fotonya berdua dengan Namjoon yang pertama dan terakhir hanyalah saat pertemuan pertama mereka dulu. Keduanya sama sekali belum punya foto berdua lagi sekarang. Mereka berfoto dengan gaya-gaya lucu menggunakan aksesoris yang disediakan di photobox. Mereka akan tertawa lepas saat menyadari betapa konyolnya gaya mereka. Namjoon benar-benar menghilangkan sisi dinginnya pada Hoseok.

"Tinggal satu foto terakhir, kita ingin pakai aksesoris yang mana lagi?" tanya Hoseok antusias. Dia tidak pernah berfoto seperti ini bersama teman sebelumnya. Hanya dengan ibunya.

Namjoon hanya diam tak menjawab. Matanya terus memandangi Hoseok yang sedang sibuk memilih-milih barang. Tak kunjung ada jawaban, Hoseok berhenti memilih lalu mendongak dan balas menatap Namjoon. "Ada apa, Namjoon-ah?"

Tanpa diduga, Namjoon menarik Hoseok kemudian memeluk pinggangnya erat. Wajah Hoseok merona saat menyadari posisi mereka yang teramat dekat. "Na-Namjoon..."

"Tutup matamu, Hoseok."

Hoseok menatap Namjoon yang kini sedang tersenyum lembut dan menampilkan lesung pipinya yang dalam. Pelukannya semakin erat. Menurut, Hoseok pun segera memejamkan matanya. Dan tak lama setelahnya, Hoseok bisa merasakan bibir Namjoon yang menempel sepenuhnya di atas bibirnya. Hoseok refleks berpegangan pada bahu Namjoon dan meremat kerah jaket yang dipakai pemuda itu. Ini ciuman pertama mereka. Dan baik Namjoon ataupun Hoseok begitu menikmatinya. Mereka bahkan lupa dengan sisa foto terakhir yang justru mengabadikan momen itu akibat tombolnya tidak sengaja terpencet oleh Hoseok.

Namjoon mulai menggerakkan bibirnya dan memperdalam ciuman mereka. Hoseok yang tidak mengerti apa-apa hanya memakai instingnya dan mengikuti pergerakan bibir Namjoon. Mereka baru melepaskan ciumannya saat mendengar bunyi kecil yang menandakan foto mereka sedang dicetak. Namjoon tersenyum senang melihat rona merah yang manis di pipi Hoseok. Ia mengusapnya lembut lalu memberikan kecupan singkat sekali lagi di bibir Hoseok.

[NamSeok] ✔️ - Protect YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang