Bab.1

20 3 0
                                    

"SEMUANYA DIAM!! " Bentak Bu Ratna keras.

Matanya membulat sempurna. Suaranya terdengar menggema ke seluruh penjuru sekolah. Guru paruh baya itu marah besar pengumumannya tidak didengar.
Seketika semua siswa terdiam.

Pantas saja tidak ada yang mendengarkan. Sekarang hari senin. Upacara pagi. Sudah hal biasa murid merasa malas untuk masuk sekolah, diitambah harus berdiri dibawah terik matahari yang menyilaukan.

"Kalau ada yang bicara didepan itu didengerin!, bukan main sendiri! Mau gantiin saya bicara didepan!!"emosi Bu Ratna memuncak. Terlihat kerutan di sekitar area matanya.

"Siswa yang tidak tertib akan saya hukum! " Mata Bu Ratna melotot. Bu Ratna mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Siswa yang merasa tersinggung, mereka terkesiap mendengar suara Bu Ratna. Dengan segera mereka kembali ke barisannya masing-masing.

Bu Ratna memejamkan mata, mengambil nafas panjang,diikuti gerakan tangan keatas kemudian kebawah membuangnya perlahan. Meredakan amarahnya.

Dirasa sudah tenang ia melanjutkan pengumannya. Namun entah apa yang merasuki tubuhnya, tiba-tiba saja raut wajahnya berubah seketika. Sekarang bu Ratna terlihat sangat bahagia dengan senyum lebar dibibirnya. Berbeda seratus delapan puluh derajat dari sebelumnya.

"Berhubungan bapak kepala sekolah hari ini berhalangan hadir. Saya diamanahi untuk menyampaikan sesuatu kepada kalian  semua,"

"Pagi hari ini ada kabar gembira untuk kita semua, kita kedatangan guru baru." Bu Ratna tersenyum. Mengedarkan pandangannya sekali lagi.

Semua siswa lantas mencari dibarisan guru, mencari guru yang dimaksud itu. Seketika semua siswi sedikit berisik saat melihat pada seorang yang berjalan ke samping Bu Ratna. Apa mungkin dia guru baru itu. Dia terlihat masih muda dan berjalan dengan gagah.

Kecuali Arum. Ia tak tertarik. Lihat saja, sekarang ia memainkan ranting kecil ditangannya. Arum tak tertarik dengan guru baru itu. Arum berfikir pasti guru itu pasti tua, galak, judes. Sama seperti guru-guru lainnya. Namun ada pengecualian, yaitu Pak Kun_guru olahraga.

"Aa"

"Aa"

"Huuu "

"Pak ganteng"

"Gantengnya masyaallah "

"Kalau gini pak kun pasti kalah"

"Pak minta nomernya"

"Uhuiii"

Belum guru itu memperkenalkan diri, heboh sorakan dari murid-murid perempuan. Mungkin tak hanya murid perempuan saja guru-guru perempuan pun ikut heboh dengan kedatangan guru baru itu.

Arum menutup kupingnya erat-erat. Risih mendengarkan keriuhan yang terjadi, ditambah sekarang ia masih malas masuk sekolah. Menunduk seraya memejamkan matanya.

"Sya ada apa sih? " Arum menoleh ke kanan bertanya pada Aisya, sahabat Arum.

"Itu guru barunya ganteng." jawab Aisya datar. Sambil mengedikkan dagunya ke arah depan.

Arum menaikkan satu alisnya, penasaran dengan perkataan sahabatnya itu. Arum menoleh ke depan. Seketika mata arum berbinar. Membuka mulutnya lebar. Wajah Arum yang semula terlihat seperti orang bangun tidur, seketika berubah menjadi ceria seperti anak kecil yang mau ikut lomba. Semangat empat lima.

"Aa, ganteng banget!" Arum tidak menyangka. Menangkupkan kedua tangannya di pipi.

"Kenapa nggak bilang dari tadi sih." Arum memukul lengan Aisya.

RAKHARUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang