Bab. 5

7 2 0
                                    

Sinar matahari pagi hari ini sangat terik menyinari lapangan sekolah. Waktu yang sangat pas untuk menghukum siswa yang terlambat untuk berdiri dibawah tiang bendera. Berdiri menatap bendera seraya hormat kepadanya. Diawasi guru dari kejauhan dan tidak bisa bergerak sedikitpun.

Itulah yang sekarang Arum alami. Bagi Arum itu hal yang sudah biasa, hampir setiap pekannya pasti ada hari dirinya telat. Hal ini seperti nutrisi baginya, Arum tidak pernah pingsan walaupun harus berdiri dalam waktu yang cukup lama.

Tidak seperti biasanya, kali ini Arum harus berdiri sendiri ditengah-tengah lapangan. Tidak ada murid yang lain, biasanya pasti ada lebih dari sepuluh siswa yang dihukum seperti ini. Dan tidak tau sekarang mereka semua ada dimana. Arum ingin waktu berjalan dengan cepat karena berdiri sendiri seperti ini membuat waktu terasa lebih lama.

Tak lama Arum merasakan ada seorang laki-laki yang berdiri disampingnya. Itu pasti murid lain yang juga terlambat sepertinya. Akhirnya Arum ada teman jadi tidak sendirian.

"Hormat dan menghadap ke arah benderanya," ujar Bu Ratna menyuruh laki-laki itu dan langsung dilakukan olehnya.

Bu Ratna sudah pergi dari lapangan. Arum menoleh, ingin tau siapa yang disampingnya. Arum harus mendongak untuk melihat wajahnya, karena dia cukup tinggi.

Arum terkejut saat melihatnya. Mata Arum membulat sempurna.

"Ngapain lo disini," tanyanya masih menatap orang disebelahnya. Rakha hanya diam.

"Woy gue tanya!" teriak Arum kesal karena tidak mendapat jawaban. "Ngapain lo disini?" lanjutnya.

"Nggak usah tanya," jawab Rakha datar tanpa menoleh. Rakha masih pada posisi hormat.

"Lo dihukum?" tanya Arum memastikan.

"Nggak denger, apa lo bilang?" Arum mengdekatkan badannya kearah Rakha.

Astagfirullah, kenapa Rakha jadi kaya gini, tidak bisa bersikap biasa, padahal cuma berhadapan sama Arum.

"Udah tau ngapain tanya," jawab Rakha ketus. Kenapa juga dia hal yang jelas-jelas ia sudah tahu. Namun bukan karena bangun kesiangan seperti Arum, tapi ada alasan tersendiri Rakha bisa dihukum seperti ini dan tidak mungkin kan dia menceritakannya pada Arum. Jika Arum tau pasti dia tidak percaya dan sudah ditertawakan.

"Ck." decak Arum memutar bola mata jengah.

"Lo nggak terima?" tanya Rakha melihat Arum berdecak. Arum menoleh tidak suka.

"Iya gue nggak terima. Kenapa sih lo telatnya sekarang, emang nggak bisa ya besok aja." ujar Arum kesal.

Sejak kejadian kemarin Arum menjadi sebal dengan Rakha. Arum sudah bertanya baik-baik tapi jawaban Rakha membuatnya kesal. Apalagi Rakha sampai membentaknya.

"Gue juga nggak mau ya dihukum kayak gini. Apalagi cuma sama lo." Rakha berbohong, sekarang ini Rakha sangat senang sekali.

Soal jantung jangan ditanya lagi, sudah tidak karuan sejak tadi. Jantungnya berdetak kencang saat tau hanya mereka berdua yang dihukum. Berdiri berdua bersama Arum, membuatnya panas dingin. Tapi berbeda dengan sebelumnya, masih ada rasa bersalah atas kejadian beberapa waktu yang lalu masih terus saja terngiang di pikirannya.

Biasanya ia tidak peduli dan merasa tidak bersalah telah menyakiti dengan orang lain. Tapi dengan Arum dirinya merasa sangat bersalah. Ingin sekali Rakha meminta maaf, tapi ada rasa yang membuatnya enggan mengucapkan itu. Dirinya merasa.... entahlah.

Sering dia dihukum Bu Ratna, tapi ini adalah hukuman pertama Rakha karena terlambat masuk sekolah. Rakha tidak pernah telat dan pasti tepat waktu. Rakha sempat berfikir kenapa tidak sejak dulu dia terlambat masuk sekolah. Jika itu terjadi, pasti sudah lama dia bisa berdiri di samping Arum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAKHARUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang