Bab. 4

7 2 1
                                    

"Astagfirullah," ucap Rakha menghela nafasnya seraya mengacak rambutnya kasar. Sejak pulang sekolah tadi Rakha terus kepikiran kejadian disekolah tadi.

Bahkan saat masuk ke rumah tadi, ibunya sampai bingung, karena melihat raut wajah Rakha yang tidak seperti biasanya. Menanyakan apa yang terjadi pada putra bungsunya itu, tapi Rakha hanya menjawab kalau dirinya sedang sedikit stres dengan tugas disekolah yang menumpuk. Dan beruntung ibunya percaya dengan jawabannya. Karena tidak mungkin Rakha menceritakan yang sebenarnya.

Kejadian tadi siang masih saja terngiang di pikiran Rakha.

Rakha dengan kedua temannya itu tengah berada diparkiran motor sekolah. Sudah kebiasaan mereka, bukannya langsung pulang, mereka asik nongkrong di parkiran menunggu hingga parkiran sepi.

"Gue gak habis pikir sama lo, ka. tega banget sama Arum, emang Arum tanya apaan sih, kok lo sampe bentak dia. Itukan pertama kalinya lo bisa deket sama Arum. Seharusnya itu jadi peluang lo kenalan sam Arum. Lo mau___"

"Sstt." perkataan Dito terpotong saat Vino menempelkan jarinya dibibir Dito. Vino geram sendiri mendengar Dito yang sejak tadi tidak berhenti bicara.

"Diem lu, nrocos mulu. Ini semua itu terjadi gara-gara lo." Vino menatap Dito tajam.

Dito dan Vino tau jika Rakha membentak Arum bukan karena suara Rakha yang cukup keras, tapi lantaran mereka melihat sendiri adegan itu, keduanya menguping dari balik pintu. Dan sejak itu Rakha hanya diam, seperti saat ini. Duduk diatas motor sportnya, melamun tanpa mempedulikan orang disekitarnya.

"Kok gara-gara gue sih, gue kan nggak ngapa-ngapain." protes Dito pada Vino.

"Yang bikin Arum tau kalo Pak Arsa kakaknya Rakha siapa? Hah!" kesal Vino tapi, memelankan suara saat menyebut nama Rakha. Rakha hanya diam, menatap helm didepannya.

"Oiya lupa gue. Sorry ka, sorry gue lupa banget. Maafin gue, pliss." Dito menepuk jidatnya kemudian memasang wajah memelas menatap Rakha.

"Baru inget lo sekarang. Liat tuh Rakha udah marah sama lo." Vino menunjuk Rakha dengan dagunya. Dito melirik sinis pada Vino.

"Brisik," ucap Dito tanpa suara kemudian kembali menatap Rakha.

"Gue nggak bermaksud apa-apa kok. Gue nggak sengaja. Beneran suer." Dito menggeleng kemudian jari tangan menunjukkan dua jari, tanda permintaan maaf. Rakha melirik Dito malas, sekarang tidak ingin berbicara apapun sama Dito.

"Maafin pacar gue yang sudah bocorin itu. Pliss maafin gue." Dito masih belum berhenti bicara karena tidak juga mendapat jawaban dari Rakha. Kedua tangannya menangkup didepan dada.

Rakha mengambil nafas kemudian menghelanya sedikit kasar. Tanpa mempedulikan Dito, Rakha memakai helm yang ada didepannya.

"Rakha nggak maafin lo tuh. Makanya punya mulut tu dijaga," ucap Vino. Dito menghela nafas menyesal. Kemudian tanpa sengaja bola matanya melihat ke arah dekat gerbang.

"Eh ka itukan Arum sama Aisya. Mereka bicara sama siapa," ucap Dito saat melihat ada Arum dan Aisya disana bersama seorang laki-laki.

Mendengar kata Arum disebut, Rakha menoleh ke arah yang ditunjuk Dito. Dan benar disana ada Arum dan Aisya. Jarak parkiran dengan gerbang memang cukup jauh karena parkiran berada di pojok depan sisi kanan gedung sekolah, tapi masih bisa melihat mereka. Matanya membulat sempurna saat tau siapa laki-laki yang yang sedang berbicara dan tersenyum dengan Arum.

Dia Arsa, kakaknya. Dan sekarang Arsa sedang berjalan meninggalkan Arum. Rakha tidak suka karena Arum juga tersenyum lebar sekarang.

Mata Rakha bertambah besar saat tiba-tiba saja Arum memberikan kiss tangan tangan kepada Rakha. Hatinya sudah tidak karuan sekarang. Ada rasa yang tidak bisa Rakha jelaskan.

RAKHARUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang