Bab. 3

6 2 0
                                    

"Kurang ajar!!!" dengus Arum saat duduk dibangku kantin seraya memukul meja.

Aisya, Tiara dan Intan yang duduk pun terkejut. Ketiganya lantas menoleh ke arah Arum.

Ucapan Rakha masih membekas di kepala Arum. Hampir tiga tahun dia satu sekolah dengannya, tapi baru kali ini dia tau sifat asli Rakha yang sebenarnya. Rakha itu emosian, nggak sabaran, nggak punya sopan santun, nggak bisa diajak bicara baik-baik.

Dulu Arum hanya mengenal Rakha hanya sebatas namanya saja. Karena hampir semua orang tau Rakha, karena kelakuan Rakha yang sering melanggar aturan sekolah itulah penyebabnya. Rakha sering menjadi tamu Bu Ratna di ruang BK.

Dan beda kelas juga salah satu penyebabnya. Jangankan bicara dengannya, bertemu saja jarang, walapun kelas mereka bersebelahan. Jika bertemu, itu pun saat ada banyak orang. Seperti saat dikantin, dilapangan dan saat ada acara sekolah.

Dan dibalik semua itu, Arum mengenal Rakha gara-gara teman-temannya yang suka membicarakan Rakha. Entah itu kelakuannya atau parasnya. Karena jika boleh jujur, dibalik kelakuan Rakha yang bisa dibilang ngeselin, Rakha mempunyai paras tampan yang bisa membuat para wanita menyukainya. Arum pun tidak mengelak itu semua.

Tapi kejadian yang terjadi beberapa menit yang lalu itu, Arum mengubah penilaiannya seratus delapan puluh derajat tentang Rakha!!!

"Kenapa lagi lo? Dateng-dateng bikin kaget aja," tanya Intan dengan wajah ketus.

"Awas aja nanti, gue bejek-bejek lo." Arum mengepal tangannya, dan sekali lagi ia memukul meja. "Ish.. Rakha nyebelin."

"Rum kamu kenapa?" tanya Aisya lembut. Aisya juga bingung dengan sikap Arum yang sejak tadi marah-marah tidak jelas.

"Tuh adiknya Pak Arsa songong banget." Arum mengedikkan dagunya ketus.

"Siapa? emang Pak Arsa punya adik?" tanya Intan menatap Arum setelah menyeruput minumnya. Pertanyaan Intan itu membuat lain menoleh dan diam, tidak menjawab.

Tiara menghela nafasnya malas. "Plis ya Tan. Lo amnesia atau sok lupa sih? Siapa lagi emangnya kalo bukan Rakha." Tiara menatap Intan kesal.

"Ohhh." Intan mengangguk.

"Oh oh." Tiara memasang wajah kesal, tidak terima jawaban Intan.

"Basa-basi doang, kenapa sih lo sewot." Intan menunjuk Tiara dengan sendok yang ia pegang.

Tiara memutar mata jengah, tidak mau meladeni Intan. Tiara suka kesal sendiri dengan teman yang satunya ini yang pelupa.

"Memangnya kamu barusan ketemu Rakha?" tanya Aisya menatap Arum, begitu juga dengan Tiara.

"Iya! Kesel gue. Masak gue cuma tanya makanan kesukaan Pak Arsa aja, dia langsung marah, sampe bentak gue coba," jelas Arum dengan nada masih kesal dan emosi.

"Diakan adiknya, masa nggak tau. Dia makannya merem apa? Masa nggak tau."

Intan menggaruk rambutnya yang tidak gatal. Dia terlihat seperti sedang berfikir. Jujur saja Intan bingung dengan perkataan Arum, Rakha kan bisa melihat, kenapa juga makan sambil merem. Detik berikutnya dengan bodoh Intan mempraktekkan perkataan Arum. Intan memejamkan matanya, kemudian mencoba mengambil makanan yang ada didepannya.

"Kenapa lagi ni anak?" tanya Tiara saat Intan meraba-raba makanan dan minuman yang ada di atas meja. Kedua temannya yang lain, juga memperhatikan Intan dengan tatapan heran plus aneh.

"Woy itu makanan gue," teriak Tiara karena hampir saja Intan memasukkan tangannya kedalam mangkuk. Dengan cepat Tiara menarik makanannya, menjauhkannya dari tangan Intan.

RAKHARUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang