Bab. 2

7 2 0
                                    

Arum tidak bercanda dengan perkataannya kemarin. Arum benar-benar akan mendekati Pak Arsa. Tekatnya itu ia mulai hari ini.

Arum sudah berdiri tidak jauh dari ruangan Arsa. Pagi ini Arum berangkat sekolah pagi. Tidak seperti biasanya. Arum berdiri sambil membawa satu kotak bekal makanan. Tadi saat dirumah Arum  minta dibuatkan bekal.

Mamanya pun sempat heran karena Arum tidak pernah minta dibuatkan bekal, sarapan pun jarang. Pernah suatu hari Arum dibuatkan bekal, namun saat pulang sekolah bekal itu tidak berkurang sedikit pun. Isinya masih sama seperti saat dibawa ke sekolah. Maka sejak itu mamanya tidak pernah membuatkan bekal lagi.

Setelah berfikir keras semalaman, Arum memutuskan untuk memberi Arsa makanan sebagai awal langkah dirinya mendekati Pak Arsa. Arum berfikir dirinya harus gerak cepat untuk mendekati Pak Arsa.

Sejak pertama melihat Arsa kemarin di lapangan, Arum langsung jatuh hati pada Arsa. Arsa sangat sesuai dengan kriterianya. Maka dari itu ia tidak mau orang lain lebih dulu dekat dengan Pak Arsa. Arum tidak masalah dengan status Arsa yang seorang guru. Arum tidak mempermasalahkan status dan usia.

Sesekali Arum menoleh kanan kiri berharap Arsa yang datang. Sudah cukup lama Arum menunggu tapi hanya siswa dan beberapa guru saja yang lewat.

Arum menghela nafas saat ada seorang guru yang datang tapi bukan Arsa.

"Kamu ngapain disini Rum?" tanya guru perempuan yang baru saja lewat.

"Em...tidak papa bu, lagi nunggu temen," jawab Arum kikuk. Guru itu tersenyum.

"Nanti kalau sudah, langsung masuk kelas ya," ucap guru paruh baya itu.

"Iya bu," Arum tersenyum. Lalu guru itu pergi dari hadapan Arum.

Arum kembali menunggu Arsa. Tak lama berselang seorang laki-laki berjalan kearah Arum.

Arum mengerjap. Jantungnya tiba-tiba saja berdetak lebih kencang.

Itu Arsa yang datang. Arsa berjalan memasuki ruangannya.

Arum mengambi nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Kemudian masuk kedalam ruangan Pak Arsa. Arum masuk tanpa permisi.

Arsa duduk dikursinya. Kemudian menaruh tasnya dibawah setelah mengambil laptopnya

'Astagfirullahaladzim,' pekik Arsa saat tiba-tiba Arum sudah berdiri didepannya. Arsa terkejut, refleks matanya membesar sedangkan tangannya memegang dada. Hingga kursinya mundur beberapa centi. Beruntung laptopnya tidak sampai jatuh.

Arum hanya tersenyum nyengir melihat Arsa yang terkejut.

"Assalamualaikum Pak Arsa," ucap Arum lembut tanpa rasa bersalah sudah mengagetkan Arsa. Arum berbicara dengan senyuman dibibirnya.

Arsa menghela nafas. "Waalaikumsalam," Arsa memperhatikan Arum.

"Pak kenalin nama saya Arum, Arum Rania Wulandari," Arum memperkenalkan diri.

"Ini ada makanan buat bapak," Arum langsung to the poin, ia menyodorkan kotak bekal yang dia bawa. Arsa menaikkan satu alisnya, dia bingung.

"Ini buat saya?" tanya Arsa bingung. Dengan ragu-ragu menerima kotak bekal itu.

"Iya, itu khusus saya bawa buat bapak," jelas Arum masih dengan senyum yang belum pudar.

"Tapi.... " alis Arsa bertautan.

"Saya permisi dulu pak," belum sempat Arsa bicara, Arum menyela perkataan Arsa.

"Assalamualaikum," Arum langsung berlari keluar begitu saja dari ruangan Arsa.

RAKHARUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang