2 (Misi Kedua: Aneh dan Menyakitkan)

1.8K 220 16
                                    

Aku mengeluarkan cucian dari mesin dengan pikiran yang masih terpusat pada kejadian tadi pagi. Sikap Fathan kembali ke mode normal. Diam, tak banyak bicara kalau tak ditanya, dan seakan tak peduli. Padahal saat aku menjerit tadi, suamiku itu tersenyum geli. Tapi kenapa saat sarapan dia malah diam saja?

Rasanya sia-sia saja aku cemas setengah mati kalau sampai ia menggodaku dan mengungkit tingkahku semalam saat mengenakan pakaian tidur tipis yang begitu kontras dengan kejadian saat membuka pintu kamar tadi pagi.

Apa memang begini ya kalau menikah dengan perbedaan usia yang terpaut cukup jauh? Bakalan sulit untuk saling memahami, kah? Aku menarik napas dalam-dalam lalu mengangkat keranjang berisi cucian untuk menjemurnya di area belakang rumah yang terbuka.

Selesai menjemur pakaian, aku kemudian mencari ponsel untuk menelepon Liona, sahabatku yang kini sedang hamil muda.

"Hai, Sil. Cieee... Pengantin baru akhirnya udah bisa telepon-telepon lagi nih," ujar Liona dari seberang sana. "Gimana... Gimana...? Hehehe...."

"Apanya yang gimana?" sahutku manyun.

"Ya itu lah," ujar Liona terkekeh. "Pura-pura nggak tahu banget lo ya."

Aku melangkah menuju ruang duduk dan mengempaskan tubuhnya ke sofa. "Beneran nggak tahu gue. Ciyusss..."

Terdengar tarikan napas Liona. "Yang bener aja, masa harus gue perjelas?"

"Gue aja yang perjelas deh." Aku mengembuskan napas keras. "Kalau yang lo maksud adalah malam pertama gue, dengan hati retak gue kabarkan kalo kami belum melakukannya."

"Hah?! Yang bener aja?" Liona jelas benar-benar terkejut kali ini.

"Iyaaa..." jawabku lirih. "Udah lebih dari seminggu lho ini, tapi dia masih sopaaann banget sama gue."

"Masih malu-malu kali," ujar Liona mencoba berpikir positif.

"Ya, semalu-malunya cowok nih, apa dia lupa kalo gue istrinya? Dia bebas ngapain aja ke gue. Kucing kan biasanya dikasih ikan mana pernah nolak. Tapi ini gue udah ngasih kode-kode pake baju tipis dan terbuka pun, masa dia bisa sesantai itu ngadapin gue? Lo nggak ngerasa ada yang aneh?"

"Hmmm... Agak aneh sih," gumam Liona.

"Gue jadi menduga-duga kalo Mas Fathan tuh jangan-jangan impoten."

"Hush! Jangan ngomong sembarangan lo." Liona memperingatkan.

"Tapiii... Gue masih ada tapinya lho ini, Na. Jangan marahin gue dulu." Aku buru-buru membela diri. "Kalo dia impoten, seenggaknya nih ya, gue dicumbu lah ya. Cium-cium kek, make out kek. Lha ini dia kayak nggak nafsu gitu ke gue. Akhirnya gue jadi mikir, jangan-jangan dia nggak suka cewek lagi."

"Hah? Ah, gila lo. Jangan mikir aneh-aneh gitu lah."

"Nggak bisa, Na. Mana bisa gue nggak mikir yang aneh-aneh kalo diginiin terus. Semalam gue udah ngasih kode keras, eh reaksinya biasa aja. Malah milih tidur. Gue jadi mau nggak mau mikirin hubungan Mas Fathan dan Mas Andre. Apa sebenarnya Mas Fathan suka dengan Mas Andre ya? Mereka kan sejak belum sekolah sampe SMA selalu bareng-bareng terus. Bahkan meski kuliah di tempat berbeda aja tiap libur masih sering bareng-bareng. Sekarang doang yang udah nggak bisa bareng lagi karena Mas Andre udah nikah. Waktu itu Mbak Kika pernah becanda bilang Mas Fathan udah bisa move on dari Mas Andre karena akhirnya nikah sama gue. Emang sih waktu itu bercanda doang. Tapi ya kalo gini hasilnya kan guejadi mikir itu beneran."

"Hey... buang jauh-jauh pikiran negatif lo. Entar malam tanya aja langsung sama dia."

"Gila lo! Nggak mau ah, yang bener aja gue nanya langsung," ujarku nyaris menjerit. "Na, lo tahu kan gue emang suka godain orang. Tapi urusan beginian sebenarnya gue malu banget."

Pass Me ByTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang