Yap kalian berhasil, good job.Oke ini part kedua ya.
Sebelumnya mau tanya dong saya.
Kalian misal posisinya jadi Raib, apa yang bakal dilakuin saat tahu ternyata bukan anak kandung dari orang tua yang selama ini merawat kalian? Cuma misal lhoo bukan beneran
Jujur tanya langsung
Dipendem sampai suatu saat kebenaran terungkap
Jawaban lain.
Happy reading
02
Raib
Selepas makan barulah aku diantar mama Seli pulang, Seli ikut mengantarku. Ali pulang sendiri.
"Aku tidak usah, tidak pulang seminggu saja dikira aku menginap dirumah teman" Ali sedikit sedih saat mengucap itu. Tapi aku tidak terlalu memikirkan, kepalaku sibuk terisi bagaimana setelah ini aku bersikap.
Seli memegang bahuku, memberi senyumnya, menyemangatiku.
Sepanjang perjalanan pulang aku lebih banyak melamun, mama Seli dan Seli paham kondisiku jadi tidak banyak bertanya.
Setiba dirumah sebelum membuka gerbang, aku menyiapkan diri dahulu.
Lalu masuk melewati halaman rumput.
Setiba di pintu depan bertepatan dengan mama yang mengantar papa pergi bekerja. Mama menjerit histeris melihatku, papa juga tidak kalah kaget. Segera serbuan pelukan dan ciuman mama menyerbuku. Papa mengusap-ngusap kepalaku lembut.
"Kamu kemana saja Ra, mama dan papa cemas mencarimu"
Aku masih diam, menahan sesak bagiamana mungkin mama yang begitu menghawatirkanku bukan mama kandungku.
"Begini seritanya, saya baru saja menelusuri data rumah sakit yang ada dan menemukan nama Raib dan Seli ada dalam data pasien. Pihak rumah sakit berusaha menghubungi sekolah tapi karena ada kerusakan kemarin jadi tidak bisa dihubungi. Pihak rumah sakit tidak tahu no telepon keluarga karena tidak ada data apapun megenai Raib dan Seli. Tas mereka tertinggak disekolah. " Mama Seli lah yang menjawab. Penjelasannya masuk akal, bagi mama selama aku pulang selamat hal lain tidaklah penting.
"Terimakasih ya sudah menemukan Raib. Raib begitu berharga bagi kami. Tidak terbayangkan bagaimana sedihnya mama waktu tahu kamu menghilang"
Aku tertegun. Menahan tangis, mataku berkaca-kaca karena ucapan papa.
"Kalau begitu kami pamit dulu" mama Seli memecah fokus mama.
"Eh iya sampai lupa belum disuruh masuk, maaf. Ayo masuk dulu kita sarapan bersama"
"Eh tidah usak terima kasih, kami baru saja sarapan tadi. Ya sudah kami pamit"
Seli menyalimi kedua orang tuaku, lalu menepuk bahuku sambil tersenyum. Aku balas memegang erat tangannya.
Mama mengajakku masuk, papa sempat memelukku erat sebelum berangkat dan berjanji pulang cepat.
Mama sepanjang masuk rumah terus saja menggandeng tanganku, seolah takut aku menghilang lagi.
"Kamu istirahat saja Ra, kamu mau sarapan?"
"Ra sudah sarapan, ma" aku menjawab lirih "Ra ke kamar dulu ya"
Aku menuju kamar merebahkan diri, terus berpikir apa yang terjadi. Kucingku Si Putih mengeong, mengingatkanku pada kucing satunya, Si Hitam. Sejenak aku melirik melihat cermin teringat sosok kurus dan jahat itu. Segera aku mengalihkan pikiran.
***
Aku bangun pukul satu, lumayan lama aku tertidur, badanku lebih enak rasanya. Aku turun, mama sedang menonton televisi. Mama belum melihatku, masih fokus pada tayangan di televisi yang menyiarkan berita.
Aku lalu duduk disamping mama, mama mengajakku ngobrol seperti biasa, seakan telah melupakan fakta bahwa aku baru saja pulang ke rumah, tidak hilang kemana-mana.
Malamnya kami makan bersama, papa makin hangat, candaan dilontarkan papa berulang kali. Suasana begitu hangat. Aku berusaha mengikuti, ikut tertawa jika papa sedang melucu.
Makan malam selesai. Aku ke kamar, Si Putih mengikuti. Bulunya yang lembut menerpa kulitku, Si Putih menndusel pada kakiku. Aku mengangkatnya, menaruh dipahaku lalu mengelusnya. Kucingku terlihat nyaman.
"Hei Put, kamu kangen padaku?" aku mengajaknya bicara. Kucingku hanya mengeong sebagai jawaban.
"Aku sebenarnya baru saja dari klan bulan, bertarung melawan sosok jahat, aku juga tahu fakta baru" aku menelan ludah sebelum melanjutkan bicara. "Mama dan papa bukan orang tua kandungku, itu tidak masuk akal bukan" aku berkata getir. Terus saja aku bercerita, entah Si Putih mendengarkan atau tidak.
"Mama yang menghawatirkanku, papa yang selalu menyayangiku. Tulus tidak dibuat buat, bagaimana mungkin bukan orang tua kandungku? "aku sudah tidak tahan, air mata yang sejak tadi pulang tertahan kini meluncur begitu mulus. Seakan tahu aku sedang bersedih Si Putih mendusel padaku lagi, lalu kuletakkan dikasur. Kucingku memandangiku, matanya berbinar. Seolah menyemangati. Seolah paham apa yang kurasakan. Aku semakin terisak, kututupi mulutku agar suaranya tidak terlalu keras isakannya. Takut mama dan papa mendengar. Sakit rasanya seperti ada yang mencekik hati.
Lama aku menangis hingga aku tertidur.
Maap ya upnya sedikit, yang penting nepatin janji update. Hehe piece✌
Oh ya ada yang punya hewan peliharaan? Apa?
Saya punya satu, kucing, sayang banget sama doi. Sering diajak ngobrol walaupun kadang nggak direspon atau cuma dibales ngeongan. Tapi serius setelah curhat kadang rasanya lega. Kalian pernah gitu nggak?
Kalo iya cerita dong. Gantian kalian juga, berbagi cerita.
75 comment siap? Jangan lupavote nya juga.
Oke see you next chap

KAMU SEDANG MEMBACA
Raib (2)
Novela JuvenilBercerita tentang sekembalinya Raib, Seli, dan Ali dari Klan Bulan. 6.Bulan menunggu Miss Selena dengan penuh pertanyaan. Terutama Raib, tentang siapa orang tua kandungnya. Selamat Membaca. Ini adalah lanjutan cerita dan fanfic "Raib". Fanfic pertam...