Bab 5: Rindu 5

2 0 0
                                    

          Dua tahun setelah training waktu itu, kulihat undangan wisuda tertulis 2 minggu lagi. Tidak terasa 3 tahun terlewati disekolah ini dan artinya aku sudah harus melepas atribut putih abu-abuku. Sepulang dari sekolah kusempatkan, mampir ke minimarket untuk membeli beberapa pesanan mami. Dan saat membayar di kasir, "riin...." sebuah panggilan yang sontak mengagetkanku, iya suara yang masih kuingat 2 tahun lalu selepas dia yang lebih dulu wisuda dan aku tidak pernah mendengar berita tentangnya. Deggggg...jantungku berdetak...astaghfirullahal adzim kuucap lirih dalam hati. "Kak Rey....", kataku. "Mo pulang riin?" Tanyanya "iya kak Rey, ini titipan belanja mami", kataku. "Sendiri?", tanyanya lagi. "Iya...",kataku sambil tersenyum menatapnya. Dan Yaa Allah, jantungku terasa makin kencang. Syukur kasir telah selesai menghitung belanjaanku lebih dulu dan aku bisa bergegas meninggalkan Kak Rey yang masih menunggu antrian di kasir. Entahlah aku malu saja bertemu kak Rey. Tidak biasa seperti bertemu dengan teman-teman cowokku yang lain. Apalagi saat ini aku sudah berhijab sudah memahami batas pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Dan memahami bahwa pacaran itu mendekati zina. Jika sudah waktunya menikah adalah pilihannya. Tapi kenapa hati ini terasa seperti ada pisau yang mengiris ngiris. Menorehkan luka sayatan ketika mengingat wajah Kaki Rey. Mungkin ini yang namanya rindu, tapi aku hempaskan perasaan itu karna aku memahami bahwa jodoh, rejeki ajal sudah Allah Swt tetapkan untukku. Dua tahun aku berusaha menepis banyangan rindu, rindu yang tak berujung, hanya menorehkan sayatan luka saat mengingatnya. Setelah dia lebih dulu wisuda dan tidak pernah mendengar beritanya, membantuku untuk benar-benar melupakannya. Rindu yang tidak mudah jatuh cinta, harus ikhlas dengan cinta pertamanya yang terluka. Cinta yang tak sampai.

          Seminggu berlalu dari pertemuanku dengan Kak Rey, tiba2 ada bunyi wa yang membuatku terperanjat membaca isinya. " Assalamu'alaikum ukhty, ini Kak Rey...afwan ane dapat no anti dari Nana. Kebetulan beberapa waktu lalu kami tidak sengaja bertemu", katanya. "wa'alaikum salam kak Rey apa kabar?" tanyaku. "Alhamdulillah... o iya selamat ya ukhty sudah wisuda, rencana ingin melanjutkan kemana?" tanyanya lagi. "In syaa Allah ke UNAIR Surabaya Kak Rey, Alhamdulillah keterima jalur PMDK" kataku. "Maa syaa Allah baarakallah ya ukhty, kebetulan kakak juga di Surabaya di ITS" katanya lagi. Dunia seperti berputar membaca chatnya, Surabaya..? ITS..? artinya aku satu kota dengan cowok yang sekarang lebih tepatnya disebut ikhwan yang selama ini kucintai dalam diam. Yaa Allah, apa arti semua ini...Agak lama aku kembali menyadari bahwa belum kujawab chatnya.

         "Maa syaa Allah Kak Rey, selamat ya, ternyata jadi mahasiswa kampus keren ya. Kak Rey ambil jurusan apa?", tanyaku penasaran. "Arsitektur ukhty..anti ambil jurusan apa?" tanyanya lagi, "ekonomi Kak rey", kataku kembali. "Trus entar rencana ke Surabaya kapan?"lanjutnya. "selasa tanggal 23 kak Rey, 2 hari" jawabku dengan menambahkan emoticon senyum. Senyum yang benar dari hatiku yang berbunga-bunga, mengembalikan kembali ingatanku tentang dia. Pangeran Berkuda yang selalu muncul di mimpiku. Yang menggoreskan luka dan meninggalkan sepenggal rindu untuknya. Penantian tak berujung, yang entah kapan harus tenggelam dari kenyataan bahwa dia tak pantas menjadi milikku. Cowok tampan, pintar dan sekarang sholih, menjadi pujaan hati setiap wanita yang mengenalnya. Dan aku, wanita berwajah manis yang berubah feminism saat hijrah menghampiri. Tung teng, kembali bunyi notif waku membuyarkan pikiranku yang melanglang buana sebuah negri nun jauh disana, "Alhamdulillah, Kak Rey juga tanggal segitu kembali ke Surabaya naik Garuda ukhty, sepertinya penerbangan via garuda hanya sekali dan artinya kita satu penerbangan", katanya. Semakin limbung perasaanku, sepertinya takdir sedikit berpihak padaku, batinku. "iya Kak Rey, bantu Rindu kalo nanti disana bingung ya", kataku. "In syaa Allah Ukhty", katanya menutup perbincangan kami via wa saat itu.

Next Part 6

Sepenggal RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang