03. gara-gara black cat

11 3 0
                                    

Aufa dan Lutfi sudah kembali ke tempat semula, ternyata jalan yang dia tuju tadi buntu, bahkan dia juga tidak menemukan tanda-tanda jika itu jalan yang benar. Tak berselang lama, datanglah Bagus dan Aini yang terlihat berlari ketakutan.

"Lo berdua kenapa lari sih?" tanya Tias yang penasaran dengan apa yang terjadi kepada dua temannya itu.

"Kita dikejar-kejar sama anjing, yang nggak tahu datangnya darimana," jawab Bagus yang terlihat sedang mengatur nafasnya.

"Oh ya, Anton sama Mala mana?" tanya Aini yang menyadari jika anggotanya belum lengkap.

"Mereka belum dateng," jawab Pingky dengan menatap jalan yang tadi dilalui oleh kedua temannya itu.

Entah kenapa pikiran Aini merasa tidak enak, dia merasa jika sahabatnya sedang tidak baik-baik saja. Apalagi mereka cuma berdua jalan ditengah hutan, dan Mala memiliki trauma yang masih belum hilang.

"Kita tunggu setengah jam lagi, kalau mereka tidak juga datang, kita harus cari mereka," ucap Bagus yang langsung diangguki teman-temannya.

Waktu terus berlalu, hingga satu jam mereka menunggu namun tak melihat kedatangan para sahabatnya. Mereka langsung khawatir, terlebih lagi Aini yang sudah pucat, bagaimana jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan terhadap sahabatnya itu. Meskipun ada Anton yang menjadi pelindung, tapi dia tetap tidak tenang.

"Kita harus cari mereka."

------

Di tempat lain, Anton dan Mala berjalan berdua di tengah hutan. Hingga sekitar 50 meter mereka menemukan sebuah tanda yang terbuat dari kayu berbentuk sebuah panah. Yang dibingungkan oleh Anton, akankah mereka nanti berjalan dipinggir jurang seperti ini? Meskipun jurang itu tidak terlalu dalam, jika mereka jatuh, nyawa taruhannya. Karena dibawah jurang iti ada bebatuan.

Lain hal dengan Anton yang sedang memikirkan sebuah jalan yang akan dilewati nanti. Mala sedang menatap area sekitar dia berdiri. Matanya menangkap sebuah kain berbentuk segitiga yang tertancap di pinggir pohon besar. Mala berjalan untuk mengambil kain itu karena dia yakin kain iti adalah sebuah bendera yang dia cari.

Saat dia berhasil mengambil bendera itu, tiba-tiba tubuhnya oleng karena dia terkejut saat melihat kucing berwarna hitam yang tak jauh dari bendera itu. Mala tak dapat menyeimbangkan tubuhnya, tanah yang licin akibat terkena hujan, membuatnya langsung jatuh kedepan yang tak lain adalah jurang.

Mala langsung berpegangan pada batang pohon yang ada disekitarnya. Dia tidak bisa berpikir positif, pikiran negatif telah memenuhi otaknya saat itu. Untuk mengeluarkan suara saja di harus mengeluarkan tenaga ekstra.

"TOLONG!!"

Anton yang sedang memperhatikan sebuah jalan, langsung terkejut mendengar suara itu. Pasalnya dia sangat paham pemilik suara itu. Mala. Anton langsung berlari menuju arah suara, dan dia terkejut melihat Mala yang sedang bertaruh nyawa di pinggir jurang. Dengan berpegangan batang pohon yang sebentar lagi akan terlepas dari tanah karena tarikan kuat dari Mala.

"Mal, lo nggakpapa kan?"

Raut khawatir tak dapat dia sembunyikan, dia sebagai ketua harus dapat melindungi para anggotanya termasuk Mala. Anton segera mengulurkan tangannya untuk menarik Mala dari dasar jurang itu.

Mala dapat meraih tangan Anton, dengan susah payah dia mulai merangkak naik, namun saat dia akan berhasil, dia melihat kucing hitam tadi mencakar tangan Anton. Anton terkejut langsung mengibaskan tangannya, tubuhnya sedikit oleng karena tarikan kuat dari Mala. Sepertinya tubuh Anton tidak kuat menahan tarikan itu, dan membuatnya ikut tertarik. Dan kedua remaja itu langsung jatuh kejurang. Mala yang masih tersadar, dia berharap semoga dia baik-baik saja, dan kemudian kesadarannya hilang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang