01. Tim kita

14 5 0
                                    

Lapangan yang terasa sangat panas jika berdiri di sana, hari ini dipenuhi oleh peserta yang akan mengikuti lomba penjelajahan. Soal tempat dimana penjelajahan akan dilaksanakan, masih di rahasiakan, membuat seluruh peserta semakin penasaran.

Peserta lomba tak hanya dari satu sekolah saja, tapi dari berbagai sekolah yang antusias mengikuti lomba itu. Rela berpanas-panasan untuk menunggu ketua panitia penyelenggara yang entah sedang dimana.

Mala dan Aini sudah berdiri di tengah ramainya peserta yang ikut lomba penjelajahan. Mala mengeluh kepanasan karena dia berada tepat di tengah-tengah lapangan. Usahanya untuk memutihkan tubuhnya harus gagal karena panas hari ini.

"Kapan berangkatnya sih? Udah hampir dua jam kita nunggu disini, dan gue harap acara itu gagal."

Aini mendengus, mendengar semua keluhan dari sahabatnya itu. Entah sudah berapa kali Mala mengeluh karena lambatnya panitia untuk mengatur kegiatan ini.

"Sabar kali Mal, tuh para panitia udah dateng. Nggak usah ngeluh mulu, dan jangan pernah berharap kalau acara ini gagal."

Mala memutar bola matanya, dia berjalan menuju bis yang akan membawanya ke tempat penjelajahan. Sudah dapat dipastikan kalau teman duduk Mala adalah Aini. Meskipun mereka sering berdebat, sering bertengkar, namanya sahabat akan kembali seperti semula.

Aini menikmati perjalanan panjang ini, sangat berbeda dengan Mala yang lebih memilih tidur. Katanya, penjelajahan itu butuh tenaga ekstra, dan dia butuh istirahat untuk mengumpulkan tenaganya.

Setelah sampai di tempat yang dituju, semua peserta berkumpul di sebuah lapangan yang dikelilingi pohon menjulang tinggi. Mala menguap lebar, rasa kantuknya mulai menghilang saat dia merasakan dingin yang menjalar di kulitnya. Apalagi dia mulai merasakan merinding saat mengetahui dimana dia sekarang. Hutan. Sudah pasti, karena tidak ada permukiman penduduk dan yang dia lihat sepanjang perjalanan menuju lokasi ini hanya pepohonan.

"Yakin, kita mau jelajah disini?" tanyanya dengan berbisik, karena dia takut panitia marah karena dia membuat keributan.

"Yakin lah. Udah jangan banyak tanya, lo nggak liat apa, tatapan para panitia serem-serem gitu."

Pandangan Mala langsung beralih kepada panitia yang berdiri di depan, tatapan tajam, tak ada yang terlihat ceria, tersenyum, mereka terlihat ingin menerkam siapa saja yang membuat kesalahan. Maka dari itu, Mala memilih diam.

"Kalian sudah tulis semua peraturan yang kita sebutkan tadi. Jangan ada yang melanggar kalau kalian tidak ingin tersesat di hutan."

"Siap! Mengerti!"

Ketua panitia yang memiliki mata tajam itu masih menatap peserta-peserta yang mengikuti acaranya, "silahkan kalian membuat kelompok sebanyak delapan orang."

Mala sedikit terkejut, dia kira para panitia yang membuat kelompoknya. Kalau seperti ini, siapa yang akan mau menjadi kelompoknya? Mala saja tidak kenal dengan para peserta yang lain, yang dia kenal hanya Aini saja.

"Mal, semua pada udah dapat kelompok. Lah kita, masa kita jelajah cuma dua orang sih."

"Dari awal kan gue udah bilang, nggak usah ikut jelajah nggak jelas ini. Lo-nya aja yang ngeyel."

Aini mendengus, dia menatap seluruh peserta yang sudah berkumpul pada kelompoknya masing-masing. Tapi matanya menangkap dua cewek yang terlihat bingung, Aini yakin, dua cewek itu sedang bingunh untuk mencari kelompok.

"Mal, ajak dua cewek itu yuk. Nggak mungkin kan kita cuma dua orang."

Mala mengikuti langkah sahabatnya itu dengan malas, kalau bukan karena sahabatnya, dia ogah mengikuti acara seperti ini. Dia aja tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi ataupun ekstrakurikuler, semua berawal dari kejadian Bhantara waktu itu.

Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang