Chapter 1

1.7K 159 26
                                    

Berdamailah dengan masa lalu. Karena kamu tidak akan pernah bisa menghindarinya.

oOo

Senyumnya mengembang walaupun terkadang surut ketika mengingat hal yang menyakitkan dimasa lalunya. Mencoba untuk berpindah ke lain hati tapi tidak bisa. Bahkan ketika Nadhif  menyempati dirinya untuk berkunjung ke rumah (Namakamu) itu sama sekali tidak mengalihkan pikirannya dari laki-laki itu.

Dia, Iqbaal, akhir-akhir ini sering datang menyusulnya ke Bali ketika laki-laki itu memiliki waktu luang. Bahkan (Namakamu) tidak pernah memberitahu di mana ia tinggal selama di Bali. Dan hebatnya, Iqbaal bisa menemukannya.

(Namakamu) tidak mengetahui seberapa hancurnya Iqbaal ketika dirinya pergi. Ketika Iqbaal mendapatkan data-data siswa yang keterima SNMPTN, dirinya terkejut melihat gadis yang selalu dipikirannya pergi walaupun hanya ke luar kota.

Apakah selama ini ia dibohongi ketika gadis itu bilang bahwa ia daftar Hubungan Internasional di Universitas Indonesia? Dan tentu saja jawabannya adalah iya.

"Apalagi, Baal?" cuap gadis yang memakai sweater abu-abu ini.

"Aku jauh loh dari Jakarta ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku jauh loh dari Jakarta ke sini. Sambutan kamu gitu aja?" ujar Iqbaal memelas.

"Aku kan nggak minta kamu ke sini." (Namakamu) menjawabnya dengan malas. "Masuk sini, berapa hari?"

Iqbaal yang awalnya cemberut langsung memasang wajah ceria ketika gadis itu bertanya. "Setahun kali."

"Yang bener aja!"

"Aku udah UAS, terus udah libur makanya aku ke sini. Udayana belum emangnya?"

"Belum, dosennya pada ngaret UASnya."

"Yaudah sabar aja, nanti aku bantuin kamu."

(Namakamu) tertawa meremehkan. "Bantuin apa heh? Jurusan situ beda ya."

"Bantuin doa dong. Yang penting aku ada peran ngebantuin kamu."

Iqbaal merebahkan tubuhnya ke sofa ruang tamu milik (Namakamu). Sementara gadis itu duduk seraya memainkan ponselnya. Dan seketika ponselnya berdering menampilkan nama 'Nadhif' di sana.

"Halo?"

'Lagi apa?'

"Baru sampe rumah nih. Kok telpon? Lo nggak ada jadwal flight emangnya?"

'Ada. Ini lagi break.'

"Oh ya? Sekarang di mana?"

'Turki.'

"Demi apa? Tolong bawain gue cowok Turki satu please."

Nadhif tergelak. 'Kasian banget sih lo ngemis cowok. Mau gue bawain apa?'

"Nggak usah. Oleh-oleh dari lo numpuk banget di rumah. Tapi yang makanan ludes sama Papa Mama. Mereka bilang nyuruh lo ke sini."

'Salam aja ya buat nyokap bokap lo. Nanti kalo ada libur gue pasti main.'

Petrichor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang