chapter 3

1K 139 5
                                    

Mencoba berdamai dengan masa lalu

oOo

Iqbaal mendengar suara berisik terjadi di sekitarnya. Ia bangun dan menyipitkan matanya karena belum bisa menyeimbangkan sinar matahari yang begitu terik. Selang beberapa lama, matanya menangkap sosok gadis yang saat ini sedang mengambil buku di rak.

"Kamu mau ke mana?" tanya Iqbaal kepada (Namakamu) seraya mengusap matanya dan berjalan ke arah kamar mandi.

"Kampus. Aku kesiangan." (Namakamu) memoles bedak ke wajahnya dan setelah ia memakai alis serta maskara. Tak lupa lip matte berwarna merah muda menghiasi bibirnya.

Iqbaal membasuh mukanya dengan air, setelah itu ia keluar dari kamar mandi dan masih menemukan (Namakamu) yang saat ini sedang melihat tampilannya di cermin. Celana ripped jeans yang dipadukan dengan kaos putih berlogo adidas yang dimasukan ke dalam celana.

"Aku anterin."

"Nggak usah, aku sendiri aja. Kamu masih ngantuk gitu." (Namakamu) melihat ke arah Iqbaal dari cerminnya.

"Aku anterin aja. Ada motor kan?"

(Namakamu) melirik jam tangannya. "Yaudah deh, motor ada kok."

Iqbaal berjalan ke arah kamar mandi dan mengganti celana pendeknya dengan jeans yang ada di dalam kopernya.

Setelah selesai, keduanya turun dan (Namakamu) mengambik kunci motor yang terletak di laci meja ruang keluarga. Lalu memberikannya kepada Iqbaal.

Iqbaal mengendarai motor tersebut dengan kecepatan rata-rata. Padahal (Namakamu) bilang jika ia sudah terlambat. Karena Iqbaal tahu, jam terlambatnya (Namakamu) adalah jam bangun tidurnya laki-laki ini. Selalu begitu semenjak SMA.

Sesampainya di pelataran kampus, mata (Namakamu) melotot ketika dirinya mendapati seseorang dengan seragam pilot di depan gedung fakultasnya. "Astaga!"

"Kenapa?" ujar Iqbaal. "Ada yang ketinggalan? Mau aku ambilin?" lanjutnya di balik helm full face itu.

"Nggak ada. Nggak ada." (Namakamu) langsung turun dan memberikan helmnya ketika sudah sampai di depan gedung fakultasnya. "NADHIF!"
Yang merasa namanya dipanggil pun menoleh dengan senyum lebarnya. Ia merentangkan tangannya siap menerima pelukan dari gadis ini.

"Hai!" sapanya ketika (Namakamu) sudah berada di pelukannya.

"Pantesan tadi lo nanya gue kuliah jam berapa."

"Romantis nggak sih gue? Masih pake seragam, berdiri di depan gedung buat nungguin lo dateng doang." Nadhif berujar dengan tangan yang masih melingkar di atas pinggang (Namakamu).

"Lumayan." (Namakamu) tertawa setelahnya.

"Berangkat sama siapa?"

"Iqbaal."

"Iqbaal?"

"Eh iya, gue ketemu Iqbaal." (Namakamu) menarik tangan Nadhif untuk bertemu dengan Iqbaal yang memang sedari tadi belum juga pergi. "Baal. Nih Nadhif."

"Oh, apa kabar lo?"

"Baik, lo sendiri?"

"Baik."

Mereka berjabatan selayaknya teman lama yang baru saja ketemu kembali. Tanpa mereka ketahui, tangan Iqbaal yang lainnya mengepal kuat ketika melihat (Namakamu) memeluk Nadhif.

"Baal, nanti aku pulang bareng Nadhif aja. Kamu istirahat aja di rumah." (Namakamu) merogoh sesuatu di tasnya. "Ini kuncinya."

Iqbaal menatap (Namakamu) tajam. Yang ditatap hanya bersikap tidak mengerti. Lalu laki-laki itu mengambil kuncinya kasar dan segera pergi meninggalkan pekarangan kampus.

Petrichor (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang