Bukan hal yang buruk untuk berdamai dengan masa lalu.
oOo
(Namakamu) meneguk minumannya seraya sesekali mengaduk dengan sedotan. Matanya terlihat sayu karena sebenarnya gadis ini sudah mengantuk. Ia hanya tidur sebentar malam tadi.
"Cape ya?" Iqbaal mengusap rambut (Namakamu) dan dilihatnya mata gadis itu sedikit memerah.
"Ngantuk."
"Kamu begadang? Tidur jam berapa semalem?"
"Jam empat."
Iqbaal terkejut. Pasalnya jarang sekali gadis ini tidur selarut itu. Bahkan Iqbaal pun sering diingatkan untuk tidak tidur terlalu malam apalagi sampai pagi.
"Ngapain?"
"Nyelesain drakor hehe." (Namakamu) memamerkan jejeran giginya, lalu seketika ia terdiam dan meringis ketika menatap wajah Iqbaal. "Tanggung, Baal. Soalnya lagi seru. No sita-sita, oke?"
"Yang suka ngingetin aku buat nggak tidur pagi siapa?"
"Itu udah lama, Baal. Semua bisa berubah."
"Yaudah abis ini pulang."
"Lah katanya mau nyari bahan buat skripsi?" ujar (Namakamu) seraya melihat ke arah Iqbaal yang menyuapkan potongan daging ke mulutnya.
Iqbaal menggeleng. "Bisa besok. Kamu kurang tidur." Laki-laki ini melirik jam tangannya. "Ini jam satu, nanti pulang, jam lima kamu bangun terus prepare buat dinner."
"Kamu dinner biasa aja sampe beli celana bahan. Dasar centil!" sewot (Namakamu) ketika tadi Iqbaal memintanya untuk memilih celana. Ketika ditanya untuk apa, Iqbaal menjawab untuk makan malam nanti.
"Ya orang aku nggak bawa baju formal. Rencananya kan juga mendadak sayang."
"Ya pake yang biasa aja apa. Orang bukan acara resmi. Mau tebar pesona ya lo?!"
"Lah kok kamu jadi sewot?"
"Kesel gue," gumam (Namakamu) namun tetap saja Iqbaal samar-samar bisa mendengarnya.
Iqbaal mengusap rambut (Namakamu) lagi. "Yaudah yuk pulang. Kamu rese kalo lagi ngantuk."
"Oh gitu?"
"Enggak sayang, ada pembalut nggak? Lagi dapet ya? Yuk beli yuk."
"Sekalian cari eskrim kitkat sama milo ya?"
"Iya boleh."
Lalu Iqbaal tersenyum lega. Iqbaal mengenal baik gadis itu. (Namakamu) bukan tipe perempuan yang suka mengumbar kecemburuannya. Dan ketika gadis ini sedang mengumbar hal tersebut, berarti ada yang salah dengan dirinya.
Dan benar saja, gadis ini sedang dalam hari merahnya.
oOo
"By the way, temen-temen kamu itu apa kabar?"
Mendengar suara itu, (Namakamu) yang tadinya memainkan ponselnya lantas menolehkan kepalanya. "Salsha, Steffi, Cassie?"
"Iyalah, emang ada lagi?"
(Namakamu) menggeleng seraya tertawa. "Mereka baik. Cuma emang lagi pada sibuk aja. Salsha kan kedinasan, Steffi udah pasti sibuk deh, dia kan ngejar double degree, Cassie juga kan kuliah di luar, waktunya udah pasti beda."
"Tetep kontakan?"
"Iya dong. Kan tiap tahun kita selalu liburan bareng."
"How about this year?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Petrichor (Completed)
Fanfic[Sequel Good Enough] Setiap kesedihan, kekecewaan, dan kesakitan yang dialami pasti akan indah suatu hari nanti. Dan, aku percaya akan hal itu.